Mata Kayla mengerjap beberapa kali seolah masih belum sadar dari rasa terkejutnya.Leon pun menarik tubuh Kayla untuk berdiri menghadapnya. Dia menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga.“Iya, Honey. Apa kamu mau?” tanya Leon sekali lagi.“Mau!” Kayla mengangguk cepat berkali-kali. “Aku mau, Sayang!” sambungnya lagi.Dia memeluk Leon dengan perasaan senang yang membuncah. Ini sangat berbeda saat Rio memintanya menikah, seolah ini adalah lamaran pertama di hidupnya. Pria ini begitu romantis dan lembut dalam berkata-kata. Sikapnya yang gentle sebagai seorang pria tentu meluluhkan kerasnya dinding yang sempat Kayla bangun.Leon melerai pelukan mereka dan menatapnya dengan tatapan penuh kasih sayang, namun terdapat kegelisahan di sana.“Tapi, hal itu masih lama untuk bisa terwujud. Tidak apa-apa 'kan?”Kening Kayla langsung berkerut heran. “Apa maksudmu?”Helaan napas kasar terdengar. “Aku masih belum mapan, Kayla. Aku malu kalau bertemu papamu nanti. Belum ada yang bisa kubanggak
“Berani sekali kau mengencani putriku?!”Baik Kayla dan Leon sama-sama terkejut saat mendengar suara Kevin yang tiba-tiba menggelegar di ruangan itu. Kedua sejoli itu terpaku. Bahkan Laura sampai memegangi dadanya. Mama Kayla mengerti raut wajah Leon yang tertekan.“Sini, Sayang. Ayo, Nak tampan duduklah di sini!” ajak Laura sambil melambaikan tangannya. Menatap bergantian pada putri dan pria di sampingnya.“Kalian belum kenal, tapi kenapa kamu ramah sekali padanya?!” ujar pria itu ketus.Laura melihat wajah Kevin yang berubah masam lalu dengan cepat dia melotot tajam pada suaminya. Membuat pria itu mendengus.“Ayo, Sayang!”Mereka mendekat bersama lalu Kayla duduk di sebelah mamanya sementara Leon mendudukkan tubuhnya ke sofa tunggal di sebelah kanan papa Kayla.Kevin bahkan sudah menampakkan diri sebagai orang tua yang protektif. Kayla khawatir kalau papanya tahu mereka sudah tidur bersama, Leon pasti akan tinggal nama setelah ke luar dari rumah mereka. Lihat saja duduknya bak kais
Plaakkk!!!Gio memegang pipinya yang ditampar oleh Nora.Tapi, suaranya kok–“Hei! Halo!” Nora melambaikan tangannya di depan wajah pemuda itu.Gio pun tersadar. “Hah? A-apa?!” ucapnya tergagap.Rupanya semua itu tadi hanya khayalan.Nora mencebikkan bibirnya karena kesal.‘Sialan! pria ini malah melamun!’Gio jadi malu dan serba salah. Dia berharap semoga Nora tidak menyadari apa yang ada di pikirannya barusan.“Maaf, Nona. Sepertinya aku terlalu sibuk bekerja jadi tidak fokus,” ucapnya asal.Nora susah payah menahan emosinya.“Jadi, apa kamu mau bengong di sini seharian?” Gio jadi ciut juga karena suaranya terdengar ketus.“Ya, tidak juga. Aku juga butuh ditemani, Nona. Nanti kalau tersesat di rumah sebesar ini bagaimana?”Nora melongo. “Ya sudah! Makanya ikut aku!”Wajah pemuda itu langsung berubah lega dan berbinar bahagia.‘Sial! Merepotkan sekali pria ini! Kenapa aku harus berakhir ciuman dengannya kemarin!’Nora hanya bisa merutuki dirinya sendiri yang terlewat ceroboh.Setela
Di mansion Yuditama …,Pria paruh baya yang masih terlihat gagah dengan tubuh tegapnya sedang menikmati segelas whisky sambil menatap keluar jendela kaca.Pintu ruangannya terbuka lalu suara langkah kaki terdengar mendekat.“Selamat malam, Tuan Besar. Saya ingin melaporkan hal yang Tuan minta,” ucap pemuda itu memecah keheningan.Kevin pun berbalik dan menatap anak buahnya sekilas lalu meneguk minumnya sampai habis dan meletakkan gelas itu ke meja.“Jelaskan!” “Baik, Tuan Besar!” jawabnya cepat.Pemuda itu mengangkat tabletnya dan mulai membaca.“Informasi yang saya dapat, pria itu membeli mobil secara cash, lunas dengan uang tunai. Dia datang kemari dengan temannya atau mungkin juga asistennya. Dia sedang mencari lahan atau tempat yang membutuhkan investor juga konselor bisnis. Semua memakai data temannya itu. Tinggal di apartemen Paradise Hills berseberangan dengan Nona muda, Tuan!” ungkapnya dengan lugas.Kevin manggut-manggut paham.“Begitu ya? Jadi dia bukan orang miskin?” ujarn
Setelah beberapa puluh menit, mobil Rio memasuki parkiran salah satu apartemen mewah. Tekadnya sudah bulat untuk datang kemari. Dia pun bergegas masuk ke apartemen itu dan langsung menuju ke meja resepsionis.“Selamat malam, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” sapa gadis itu dengan tersenyum ramah.“Halo! Aku memang butuh bantuanmu, Cantik!”Tak lama setelah itu telepon interkom yang ada di ruang tamu berdering nyaring.“Siapa ya? Baru kali ini aku dengar telepon di kamar ini berbunyi? Apa ada hal penting dari pihak manajemen?” gumam pemuda itu dengan kening berkerut.Dia heran sebab tidak ada memesan makanan atau layanan apapun sebelumnya.Dengan gerakan cepat dia mengangkat gagang telepon itu. “Halo? Siapa ini?”[“Katakan pada Leon, aku tunggu di Cafe Town Coffee di depan apartemennya ini. Sekarang juga!” ucapnya dengan suara dingin.]Mata Gio terbelalak geram. “Siapa kau? Beraninya menyuruh tuanku!”[Rio tersenyum sinis. “Bilang padanya ini soal Kayla!”]Belum sempat pemuda itu menjaw
“Hahaha!”Kali ini suara tawa Leon benar-benar pecah sampai menggema dan menarik perhatian beberapa pengunjung yang ada di dekat meja mereka.Kening Rio berkerut karena itu.“Apa sebelum datang ke sini kepalamu terbentur? Atau otakmu geser karena dipukuli kemarin?” Leon benar-benar tersentak mendapatkan tawaran seperti itu.Rio mengangguk dengan angkuh. “Aku tidak akan mengulangi kata-kataku. Itu adalah perusahaan yang baru kubangun, sedikit lagi selesai. Kau bisa mengambilnya asalkan pergi dari Kayla!” ucapnya menekan sekali lagi.Memang miliknya bukan perusahaan Donny. Itu adalah bisnisnya sendiri yang dibantu oleh uang Kayla, tapi semenjak mengejar Sonia dia lebih mementingkan jabatan Presdir dan membuat segalanya mandek. Bank swasta yang akan Rio dirikan bahkan belum sepenuhnya selesai karena saat ini semua sertifikat sudah digadai untuk biaya menikah dengan Sonia kemarin. Jadi, kalau Leon mengambilnya maka otomatis semua hutang akan ditanggung oleh pria itu. Itulah rencana licik
Kedua mata Jared membola karena terkejut mendengar ucapan Rio barusan. Tapi, setelah itu dia kembali tertawa bahkan lebih keras dari yang tadi. Anak buahnya pun saling pandang tak percaya dengan apa yang pria itu ucapkan. Seolah wajah mereka mengatakan, “Apa pria ini cari mati?”Jared manggut-manggut sambil menyugar rambutnya ke belakang.“Hahaha! Besar sekali nyalimu itu, Bung!” ucapnya lalu meraih gelas dan menghabiskan minumannya.Rio sudah bertekad. Jadi dia tidak akan mundur lagi setelah melangkah sejauh ini.“Aku serius dengan ucapanku, Tuan. Aku ingin dia mati!” ucap Rio dengan penuh penekanan.Jared menyeringai dan itu terlihat seram di mata Rio. Dia bertanya sekali lagi. “Apa kau tidak tahu siapa Nona Kayla?” Rio mengangguk mantap. “Tentu aku tahu siapa dia. Tapi, aku yakin Tuan Jared bisa membantuku. Semua temanku bilang kalau Tuan adalah orang yang tepat untuk melakukan hal itu,” ungkapnya dengan yakin.Jared memegang dagunya dan merasa melayang mendapatkan pujian seperti
Sementara itu di parkiran, Nora heran karena tidak melihat Kayla di dekat mobil mereka.Alis wanita itu berkerut. “Ke mana Nona Kayla? Apa dia pulang duluan?”Marco mengedarkan pandangan ke sekeliling.“Mungkin Nona Kayla naik taksi, Bos.”Nora manggut-manggut paham. “Sepertinya tidak, Marco. Dia pasti dijemput pacarnya. Ya sudah, kita pulang saja!”“Baik, Bos!”Mereka berdua pun masuk ke dalam mobil dan tidak curiga sama sekali. Setelah beberapa menit perasaan Nora jadi tidak enak, apalagi tadi jelas-jelas Kayla akan menunggu mereka selesai bersiap. Rasa cemas mulai menyelimuti wanita itu mengingat kejadian belakangan ini.“Aku telepon saja dulu!” gumamnya pelan.Lalu saat panggilan ke nomor Kayla terhubung setelah itu tiba-tiba terputus. Nora heran lalu menelpon sekali lagi ternyata ponselnya sudah tidak aktif.“Kenapa? Tumben sekali!” ucapnya kesal.Nora tahu ponsel Kayla tidak mungkin kehabisan daya. ‘Apa dia memang bersama kekasihnya?’ Dia pun yakin dengan dugaannya kali ini. K
Kayla terbelalak dengan mulut membulat. “Apa maksudmu, Sayang? Kamu mau meninggalkan aku di sini dan pergi sendiri?!” tanya wanita itu dengan suara yang mulai meninggi.Leon pun kelabakan dan salah tingkah karena hampir salah bicara. “Bu-bukan begitu maksudku, Kayla!” sanggahnya cepat sambil melirik Kevin dengan takut.Kayla berdecak kesal sambil melipat kedua tangannya.Leon pun menarik napas dalam dan mulai menjelaskan lagi.“Kamu kan penerus kelompok keluargamu. Aku tidak mungkin membawamu pergi ke Kota Sahara. Aku tidak enak dengan Papa karena kamu putri satu-satunya,” ungkapnya jujur.Kayla jadi luluh dan rasa marahnya menguap entah kemana mendengar itu.Kevin pun manggut-manggut. “Aku paham maksudmu, Leon. Untuk sementara kalian nikmati saja waktu di sini, lalu Kayla akan ikut menemanimu di sana. Nanti beberapa bulan saat Kayla aku resmikan sebagai pemimpin kelompok yang baru, kalian baru pulang kemari. Kamu sebagai suami,s
Laura tertawa geli melihat itu dan sangat puas sekali. Sementara Kevin melempar selembar roti pada temannya itu sambil tertawa dengan suara keras. Tidak peduli kalau orang melihatnya seperti itu.Jarang sekali dia tertawa!Nora menatap semua makanan enak di depannya dengan mata berbinar karena sangat lapar.“Nona Nora? Mau makan bersamaku?”Nora menoleh lalu ekspresi wajahnya berubah cepat. Tanpa menjawab dia pun berlalu begitu saja meninggalkan Gio yang berdiri terpaku di sana.Gio pun hanya bisa pasrah lalu menarik napas dalam.“Apalagi salahku?” gumamnya pelan sedikit kesal.Nora kembali cuek dan dingin padam padahal semalam mereka sudah setuju untuk berdansa, tapi gagal lagi.“Ini semua gara-gara minuman sialan itu!” umpatnya geram lalu berjalan dengan gontai kembali ke mejanya.Di kamar, pasangan suami istri itu masih setia dalam satu selimut dan sepertinya masih tidak ingin beranjak dari sana.
Gio terkejut saat mendengar suara wanita yang sangat dikenalnya. Dia pun dengan cepat balik badan dan langsung melihat Nora yang ada di depannya.“Nona Nora? Ini benar kamu ‘kan?”Gio merasa seperti mimpi karena wanita itu tiba-tiba saja menghampirinya duluan. Ini tidak mungkin!Dia pun dengan cepat bangkit dari kursi bar dan menggenggam tangan Nora dengan erat.“Ayo, kita dansa!” ucapnya bersemangat.Nora hanya tersenyum tipis lalu mengikuti pria itu yang menggandengnya menuju ke area dansa.Di tengah jalan Gio merasa pandangannya mulai kabur dan terasa pusing, tapi tetap memaksa untuk berdiri tegak.Dia pun menatap Nora dengan lekat lalu merangkul pinggangnya dan bergerak sedikit agresif. “Nona sangat cantik!”Nora merasa heran dengan tingkah pria itu yang tidak biasanya.‘Apa dia mabuk?’Baru saja mereka akan mulai berdansa Gio pun dengan berani mendaratkan kecupan lembut di bibir Nora. Belum sem
Semua tamu undangan memberikan berbagai respon yang beragam mendengar ucapan wanita itu. Yang mengenal tentu tahu kalau ini tidak ada sangkut pautnya dengan Kayla, tapi bagi yang tidak tahu langsung menatap aneh pada Kayla karena yakin ucapan wanita itu benar.Leon pun berdiri dari duduknya begitu juga dengan Kayla. Pria itu langsung pasang badan melindungi istrinya.“Apa maksudmu? Memangnya kalau ada yang mati itu tanggung jawab kami?” ucapnya tetap tenang.Kayla merasa tersentuh karena Leon membelanya, tapi kali ini dia sendiri yang akan menyelesaikan semuanya. Ini adalah biang masalah dari masa lalu jadi harus dituntaskan sampai habis ke akarnya.“Sayang, biarkan aku bicara dengannya!”Leon menggeleng cepat. “Tidak perlu. Wanita itu cuma datang mengacau,” jawabnya tegas.Kayla mengelus lengan suaminya untuk tenang. “Tidak apa-apa. Aku bisa kok!”Leon pun hanya bisa menghela napas kasar.Kayla pun maju dua langkah dan anak buahnya dengan sigap berdiri tak jauh di sisinya untuk mence
Saat tiba di lantai lima dan keluar dari lift. Matanya langsung memindai sekeliling untuk memastikan bahwa dia berada tepat di pesta Kayla. Meskipun banyak penjaga di sana kakinya tetap melangkah mendekati pintu masuk.“Berhenti! Silahkan tunjukan kartu undangan Anda!” ucap salah satu petugas.“Ah, aku lupa bawa. Tapi, kalian tidak perlu khawatir karena aku dan Nona Kayla berteman dengan baik. Ijinkan aku masuk!” ucapnya selembut mungkin.Pria itu menatap temannya lalu memindai tubuhnya dan hasilnya aman.“Anda tetap tidak dibolehkan masuk. Silahkan pergi!” ucapnya tegas.Wanita itu mengepalkan kedua tangannya erat.“Panggil saja, Nona Nora! Aku akan mengatakan padanya kalau kalian kurang ajar padaku!” desaknya lagi.Kedua pria itu saling pandang. Lalu salah satunya menghubungi Marco melalui interkom.“Pak, ada seorang wanita yang memaksa masuk. Bisa kemari sebentar? Oke!”Lalu pria berbadan besar itu beralih pada wanita tadi. “Tunggu di sini!”Wanita itu meneguk ludahnya kasar. Entah
Besok paginya, setelah bersiap Gio pun pamit dengan Leon dan Kayla untuk kembali ke Kota Sahara dan mengurus pekerjaan yang tertunda. Anak buah mereka juga harus segera dikirim ke berbagai tempat karena Leon tidak mau lagi melanjutkan kelompok yang dibentuk papanya. Dia akan berdiri sendiri kali ini.Gio ingin membuka pintu mobil, tapi masih ada hal yang mengganjal dan membuatnya ragu. Dia belum berpamitan pada Nora!Namun setelah dipikirkan lagi pria itu tidak mau merusak suasana wanita itu. Apalagi di tengah situasi persiapan pernikahan seperti ini. Dia pun dengan cepat masuk ke mobil.Setelah mobil yang membawa pria itu ke bandara melaju meninggalkan halaman mansion. Nora melihatnya dari arah balkon kamar ayahnya. Di sinilah tempat yang pas untuk memantau keadaan area depan. Ekspresi wajahnya tidak bisa terbaca sama sekali.Ya, Nora yang tidak sengaja mendengar percakapan mereka saat di kamar. Laura memintanya untuk memberitahu sudah waktunya makan siang. Dia pun pergi dan datang l
Leon tersenyum miring dengan tatapan nakal ke arah Kayla yang hanya memakai baju tidur tipis. Tentu wanita itu mengerti kemana arah pikiran lelaki itu.“Aku kangen, Honey!” ucapnya dengan wajah memelas.Leon pun memeluk tubuh kekasihnya dengan erat dan langsung mendaratkan satu kecupan lembut pada bibir yang menjadi candunya. Kedua mata Kayla terbelalak karena gerakan pria itu yang begitu cepat sampai tidak sadar ciumannya kini mulai menuntut dengan lumatan yang dalam.“Leon!” Kayla melepaskan tautan bibir mereka. “Kalau ada orang yang melihatmu masuk kemari bagaimana? Papa bisa murka!” ucapnya dengan suara pelan.Lelaki itu terkekeh pelan. “Tenang saja, Honey. Semua orang sudah tidur jadi tidak akan ada yang mengganggu kita!” sahutnya bangga.“Tapi, Sayang!”Sebelum Kayla kembali protes Leon langsung menggendong Kayla menuju ranjang. Wanita itu akhirnya cuma bisa pasrah dengan mengalungkan lengannya di leher pria itu.Dengan perlahan Leon menurunkan tubuh Kayla dan langsung mendaratk
Kayla mengangguk dengan antusias. “Iya, Sayang!”Leon mengajaknya untuk duduk. Meskipun keadaan sempat tegang, sekarang semua orang terfokus pada mereka berdua.Dia menggenggam tangan Kayla dengan erat.“Aku ingin menikah denganmu, Kayla. Atas dasar keinginan hatiku dan juga aku harap ini bisa menjadi penebus dosa-dosa orang tuaku,” ucapnya tegas.Leon pun membuka kotak cincin yang sudah disiapkan secara mendadak itu kemari. Dia mengambilnya dan langsung memasangkan ke jari manis Kayla.“Will you be mine?” tanya lelaki itu dengan senyuman manis yang mengembang.“Yes!” Kayla langsung memeluk pria itu dengan air mata yang berlinang. Ini adalah hal yang sudah lama wanita itu inginkan. Dilamar dengan layak dan disaksikan oleh keluarganya. Meskipun sudah pernah menikah, dia merasa ini adalah pertama kalinya diajak menikah dengan sungguh-sungguh.Laura mengelap air matanya dengan sapu tangan karena merasa terharu dengan kejadian malam ini. Dia tersenyum senang bergantian menatap anak dan
Wajah semua orang terlihat terkejut dan panik. Bahkan Gio sendiri tidak menyangka kalau tuannya akan melakukan hal gila seperti ini.“Aarghhh! Tidak, Leon! A-apa yang kamu lakukan?!” teriak Kayla histeris.Leon tetap tidak bergeming dan sedang bersiap untuk menarik pelatuknya.“Aku memang datang membawa cincin dan melamarmu hari ini, Kayla,” ucapnya dengan mengatupkan rahang. “Tapi, aku tidak bisa membiarkan pembunuh papaku hidup!” teriaknya lagi.Nora menggeleng cepat dengan napas tertahan. “Tidak! Jangan sentuh Ayahku!”Perasaan Kayla antara senang dan takut sekarang. Dia pun bangkit dari duduknya dan menahan tangan Leon supaya turun.“Jangan, Leon. Ini hari kebahagiaan kita, aku mohon!” pintanya dengan air mata yang sudah berlinang.Leon bahkan diam saja tidak peduli dan tidak mau menatap wajah Kayla di sampingnya. Kedua matanya tetap terfokus pada Damar.Laura menatap Kevin dengan wajah panik. “Papa, lakukan sesuatu!” ucapnya ketus dengan perasaan was-was karena suaminya itu masih