Sepi. Keadaan mobil yang meluncur ke arah Bandung untuk mengantarkan Dania dan Alex untuk pergi berbulan madu itu sepi tanpa suara.Dania memilih untuk menutup telinganya dengan earphone yang terhubung dengan ponselnya yang menyalurkan lagu-lagu kesukaannya. Dia melemparkan pandangannya keluar sambil sesekali memejamkan matanya di balik kaca mata hitam yang dia pakai.Berbeda dari Dania, Alex memilih untuk melanjutkan tidurnya lagi di dalam mobil. Tadi malam dia memang tidur hampir pagi karena mengerjakan laporan yang harus dia periksa. Alex sudah mengatur tempat duduknya agar dia bisa sedikit berbaring santai menikmati lanjutannya.“Kita sudah sampai, Pak,” ucap Ivan yang ikut dalam perjalanan Dania dan Alex hari ini.“Udah sampai?” ucap Dania yang kemudian menegakkan duduknya.“Sudah, Bu. Kita sudah di hotel. Saya akan menurunkan barang bagasi dulu.”“Pesankan satu kamar lagi. Aku gak mau satu kamar sama dia,” ucap Alex tiba-tiba meski matanya masih terpejam.Dania menoleh ke ar
“Lex ... Alex,” panggil Dania saat dia sudah melihat kejutan yang disiapkan Haris untuk dia dan Alex. Dania berdiri dan terdiam melihat hadiah yang disiapkan Haris untuk dia dan Alex. Hadiah yang diletakkan di atas tempat tidur oleh Haris, cukup membuat Dania malu.Alex menghampiri Dania yang berdiri seperti orang bodoh di mata Alex. Dia kemudian ikut melihat apa yang dimaksudkan Dania tadi. Alex menggelengkan kepalanya lalu segera membuang muka.“Bereskan itu. Menjijikkan!” ucap Alex memerintah manajer hotel.“Buang?” ulang manajer hotel.“Apa perlu saya ulangi?” Alex menatap tegas manajer itu.“Maaf, Pak.”Alex berjalan menuju sofa dan duduk di sana. Dia melihat ke arah Dania yang masih berdiri di dekat tempat tidur sambil melihat benda keramat yang belum pernah di pakai itu.Dania melihat ada sebuah lingerie berwarna hitam dengan potongan sangat terbuka tergeletak di atas kelopak bunga mawar yang sengaja di hamburkan di atas ranjang. Tampaknya Haris memang sengaja menyuruh mana
Dania segera membawa baju berbahan halus dan menerawang itu ke dalam kamar mandi. Dia ingin membuktikan ucapan Alex yang tidak akan tergoda pada dirinya meski memakai pakaian kurang bahan itu.Dania yang sebenarnya ragu kini menjadi sedikit tertantang. Dia ingin menaklukkan Alex yang tingkat kesombongannya sudah di luar batas kesabaran Dania.Alex melihat Dania berjalan ke kamar mandi sambil membawa baju kurang bahan itu. Dia menggerak-gerakkan bibirnya sendiri menahan geram, tidak percaya kalau Dania akan melakukan hal itu.“Tu anak kesambet apaan sih? Jangan bilang dia emang anggep ini beneran bulan madu. Cih! Mau pake gaya apa pun juga aku gak akan kegoda kalo ama kamu,” gerutu Alex kesal.“Lagian siapa sih yang ciptain baju kayak gitu. Baju gak bisa dipake keluar malah di jual mahal. Dasar kurang kerjaan!”Alex yang kesal segera meraih remot TV yang tergeletak di atas meja. Dia memilih untuk mengabaikan Dania dan pikiran nakal yang mulai menggoda akal sehatnya, menebak penampilan
“Apa yang sedang kalian lakukan!” Mata Dania melotot melihat pemandangan di depannya. Andai ada barang keras di dekatnya, pasti dia sudah melemparkannya sekuat tenaga ke arah dua orang yang sedang bercumbu itu. Tanpa merasa bersalah, Restu turun dari tempat tidur. Tentu saja dengan pakaian yang seadanya, “Brengsek! Ngapain kamu ke sini! Siapa yang nyuruh kamu ke sini!” “Mas, kamu udah berani bawa dia ke sini?! Kenapa Mas bawa perempuan jalang itu ke sini, Mas!?” “Ya emangnya kenapa? Dia pacarku dan bentar lagi dia bakal jadi istriku! Hmm, berani juga ya nyalimu panggil pacarku wanita jalang,” tegas Restu sambil menatap tajam ke arah Dania. “Mas! Kamu ....” “Apalagi, Dania? Pernikahan kamu sama Restu itu udah selesai. Sekarang aku yang bakalan jadi istrinya Mas Restu,” ucap Lisa sambil mengikat tali kimono tidurnya. “Nggak! Nggak bisa. Aku nggak akan pernah izinkan Mas Restu nikah sama kamu sesuai dengan wasiat papa. Aku bakal tetap jaga kepercayaan papa!” Restu dulu memang di mi
“Selamat malam, Bu Dania,” sapa pria itu.“Selamat malam. Maaf, Bapak ini siapa?” tanya Dania dengan suara serak karena dia banyak menangis.Dania melihat ada sebuah sedan mewah berwarna hitam berhenti secara tiba-tiba di hadapannya. Dari mobil itu, keluar seorang pria menggunakan pakaian rapi dan perlente yang saat ini sudah berdiri di depan Dania.“Perkenalkan, saya Bima. Saya datang ke sini untuk menjemput Bu Dania atas perintah Pak Haris.” Bima memperkenalkan diri.‘Bima. Haris. Siapa mereka? Aku sama sekali gak kenal nama itu. Apa mereka orang jahat yang mau culik aku?’ gumam Dania yang kini malah menjadi takut.Alih-alih menjawab pertanyaan Bima, Dania malah memilih kabur. Dia membawa koper kecilnya itu berlari menjauhi Bima karena dia takut Bima akan berbuat jahat kepadanya.“Bu Dania. Tunggu, Bu.” Bima kaget saat mendapati Dania berlari begitu saja meninggalkannya.Dengan mudahnya Bima segera menangkap Dania lagi. Dia memegang koper Dania untuk mencegah Dania kabur lagi dari
Dania tercengang dengan apa yang dikatakan Haris. Tampaknya ada yang salah dengan pendengarannya saat ini atau mungkin dia sedang tidak fokus.Bagaimana mungkin telinga Dania mengirim berita ke otaknya kalau dia adalah pemegang saham terbesar perusahaan raksasa itu. Bermimpi saja dia tidak pernah tentang perusahaan itu, tapi mengapa pria yang dia ketahui sebagai pemilik Media grup malah mengatakan hal itu dengan mudahnya.“Maaf, Pak. Apa saya gak salah dengar?” tanya Dania ragu-ragu.“Tidak. Kamu memang pemilik saham terbesar kedua setelah saya,” ulang Haris dengan sangat yakin.Dania mencubit tangannya sendiri. Dia ingin membuktikan apakah saat ini dia sedang bermimpi atau tidak. Tapi sayangnya, dia merasa sakit dan berarti itu adalah kenyataan.Haris dan Bima tahu kalau Dania saat ini pasti sedang bingung. Tampak sekali di mata mereka, gerak-gerik wanita itu tampak seperti bingung harus melakukan apa. Canggung, Dania sangat terlihat canggung dan bingung.“Kakekmu, Rudi Sanjaya, dul
“Apa? Nikah?! Opa, apa Opa lagi becanda?” Alex tidak percaya dengan apa yang dia dengar.“Gak. Opa gak becanda. Opa mau kalian menikah, seperti keinginan kami dulu. Karena menikahkan anak-anak sudah gak mungkin, jadi sekarang apa salahnya kalo nikahkan cucu.” Haris tersenyum ceria pada dua anak muda yang ada di hadapannya itu.“Tapi Pak, saya ....”“Dania, kamu gak perlu khawatir. Saya akan urus semuanya.” Haris sengaja memotong ucapan Dania karena dia tahu apa yang akan disampaikan wanita itu.Alex melihat ke arah Dania. Dia kemudian berdecih sambil menggelengkan kepalanya. Alex mengambil gelas minumnya, lalu meneguk isi gelas itu untuk membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering.“Opa, apa Opa berniat akan mempermalukan Alex? Kenapa Opa milihin Alex istri kayak gini. Kenapa Opa milih orang dari keturunan yang gak jelas asal usulnya gini.”“Alex!”Alex menoleh ke arah Dania, “Belum lagi penampilannya. Apa wanita lusuh kayak dia pantes bersanding sama Alex?! Apa Opa pik
Setelah menyetujui permintaan Haris kalau dirinya akan menerima harta bagian milik mendiang kakeknya, selama 3 hari ini Dania terus berkutat dengan pelajaran bisnis tingkat tinggi yang langsung diajarkan oleh Bima kepadanya.Haris menyuruh orang kepercayaannya itu untuk mengajari Dania, apa saja tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh Dania saat wanita itu masuk ke perusahaan nanti. Tentu saja hal ini untuk meminimalisir omongan orang, karena menganggap Dania tidak mampu melakukan pekerjaannya.Untungnya Dania dilahirkan dari keturunan keluarga yang cerdas. Selain itu dia juga pernah membantu usaha orang tuanya dan juga mertuanya. Setidaknya Dania sudah memiliki dasar bisnis dan Bima hanya tinggal memolesnya saja.“Bu, hari ini saya akan kenalkan Ibu pada orang yang akan menjadi asisten Ibu di kantor nanti,” ucap Bima.“Asisten? Apa dia mau ke sini?” tanya Dania.“Iya, dia sudah saya suruh ke sini, Bu. Mungkin sebentar lagi dia akan tiba. Mulai besok, dia akan di sini untuk membantu I