Share

Dunia Ini Kecil

Author: Stefani
last update Last Updated: 2024-02-09 01:51:24

Mentari bersinar lagi, pagi hari datang kembali, menandakan hari yang baru telah datang lagi.

Seperti biasanya Hanna akan memulai aktivitasnya di pagi hari dengan berolahraga.

Dia akan berlari mengelilingi lingkungan disekitar gedung apartemen. Hanna berlari setidaknya 30 menit setiap hari.

Dia sangat menyukai pagi hari di musim semi.

Ketika matahari baru saja terbit, dia sungguh bersemangat untuk berlari.

Di lingkungan apartemen Hanna ada sebuah taman yang ditumbuhi bunga-bunga lily putih.

Dia sangat menyukai bunga lily putih. Setelah selesai berlari, dia akan duduk sejenak melepas lelah di taman itu sambil memandangi bunga-bunga yang ada disana.

"Wah, ternyata disini ada juga taman yang ditumbuhi bunga lily putih. Staminamu pada saat berlari boleh juga, aku hampir tidak mampu mengejar kecepatanmu."

"Uhukk..uhuk..uhuuukk.." Hanna yang sedang meneguk air mineral yang dibawanya, seketika tersedak karena kaget.

Setelah mengatur napasnya sejenak Hanna memandang dengan kesal ke arah pria yang tiba-tiba duduk disebelahnya.

"Tuan Aiden Bradley, apakah sekarang anda berubah profesi sebagai seorang penguntit?"

"Aku hanya kebetulan melihatmu ketika sedang berlari tadi. Aku juga tinggal di apartemen di lingkungan ini." Aiden menjawab dengan seringai licik di wajahnya.

Hanna kemudian beranjak dari tempatnya duduk. Dia terlalu malas untuk berlama-lama duduk di dekat pria brengsek itu. Perasaan baiknya tiba-tiba rusak dalam sekejab.

"Hei, mau kemana? Apakah kamu terburu-buru?" Aiden ikut beranjak dan mengikuti Hanna.

"Ya, sudah waktunya aku kembali dan bersiap untuk bekerja. Aku tidak ingin terlambat. Aku pergi duluan, Tuan Aiden!" Hanna melambaikan tangannya.

Tapi Hanna salah, Aiden justru masih berjalan mengiringi langkah Hanna. Dia berjalan dengan tenang di belakang Hanna.

Sampai di depan gedung apartemennya, Hanna melihat dengan kesal kepada Aiden yang masih mengikutinya.

"Tuan Aiden, apakah anda sedang sangat luang hari ini? Atau memang benar profesi anda sudah berubah sekarang? Sepertinya anda adalah seorang penguntit!"

"Hehe..kamu salah paham, apartemenku kebetulan didalam gedung ini juga." Aiden menunjuk gedung dimana Hanna juga tinggal.

Hanna menghentakkan kakinya ke tanah dengan kesal, "Ssshhh, mengapa dari semua gedung di negara ini dia harus tinggal disini juga!" gumamnya.

Lagi, dalam diam Aiden berjalan di belakang Hanna. Ketika Hanna masuk kedalam lift, dia juga masuk kedalam.

Dengan waspada, Hanna berjalan perlahan di lorong lantai kamar apartemennya. Pria itu masih berjalan mengikutinya di belakang.

Ketika sampai didepan pintu apartemennya, Hanna berbalik dan melotot ke arah Aiden.

"Sekarang apa? Apakah kamu ingin mengatakan kalau kamu tinggal di kamar apartemen yang sama denganku?" Hanna berkata dengan meninggikan suaranya.

"Ini kamar apartemen milikku." Dengan wajah polos, Aiden menunjuk pintu kamar apartemen yang posisinya bersebelahan dengan Hanna.

"Haaaah?" Hanna menganga karena terkejut.

"Sejak kapan tempat ini adalah milikmu?" Hanna menunjuk ke arah kamar Aiden.

"Sejak beberapa hari yang lalu..." kata Aiden.

"Kliik, BRAAAKKK!" Hanna masuk ke kamar apartemennya dengan penuh kekesalan.

"Aarrrgghh, dasar penguntit sialan!"

Ingin rasanya Hanna mengobrak abrik seluruh isi apartemennya untuk meluapkan amarahnya.

Tapi dia lebih memilih untuk segera menyegarkan dirinya dengan mandi.

Setelah sarapan, Hanna bersiap pergi kerumah sakit untuk bekerja. Dia memasukkan beberapa jarum perak kedalam saku bajunya.

"Awas saja, kalau penguntit itu mencoba macam-macam padaku akan aku..." gumam Hanna pada dirinya.

Kemudian Hanna perlahan membuka pintu, kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan. Kemudian dia keluar sambil mengendap-endap. Dia melihat ke arah pintu kamar apartemen Aiden sekali lagi.

"Huh, syukurlah dia tidak ada." Kemudian Hanna mempercepat langkahnya.

Di sudut lorong ada bayangan seorang pria.

Sejak beberapa menit, dia mengamati tingkah Hanna dari sana.

Aiden terkekeh, "Hehe, dia menggemaskan juga."

Aiden dari tadi mengamati tingkah Hanna dari sudut lorong. Dia tahu, Hanna akan semakin kesal padanya dan menghindarinya jika bertemu lagi.

...............................

Sesampainya dirumah sakit, Hanna duduk diruang prakteknya. Wajahnya terlihat sangat kusut dan penuh kekesalan.

"Ada apa denganmu, sepagi ini sudah menekuk wajah seperti itu?" tanya Mia.

"Pria penculik itu sepertinya sekarang berubah menjadi seorang penguntit!"

Mia kebingungan mencerna maksud Hanna.

"Penculik? Penguntit? Apa mak...aaahhh.. Aiden Bradley? Apakah dia yang kamu maksud?"

Hanna mengangguk dengan tatapan sayu kearah Mia.

"Dia sekarang tinggal di gedung apartemen yang sama, dan bahkan kamarnya bersebelahan dengan milikku. Apalagi namanya kalau bukan penguntit?"

"Benarkah? ckckck.. Dia memang tergila-gila padamu Hanna," Mia menggeleng-geleng mendengar ucapan Hanna

"Dia gila, bukan tergila-gila," Sahut Hanna ketika mendengar kata-kata Mia.

"Sudahlah, jangan membicarakannya lagi. Ayo kita berkeliling memeriksa pasien," Hanna menarik lengan Mia pergi.

Hanna memeriksa pasien jantung yang ditanganinya. Sebagai seorang asisten, tugas Mia adalah mengikuti kemana saja Hanna pergi. Terakhir dia pun memeriksa ke ruangan pasien VIP, tempat Nenek Betsy dirawat.

"Halo Nek..bagaimana kabar Nenek hari ini? Apakah sudah merasa membaik? Atau adakah keluhan lainnya?" tanya Hanna kepada Betsy.

"Nenek sekarang merasa lebih baik nak, semuanya berkat dirimu."

Hanna tersenyum, "Syukurlah jika Nenek sudah merasa lebih baik."

"Terimakasih nak, kamu telah mengobati dan memberi umur yang lebih panjang kepadaku."

Hanna mengusap punggung tangan Betsy, "Kesehatan dan umur yang panjang datangnya dari Tuhan, Nek."

"Ya, yaa kamu benar nak." Nenek Betsy memegang tangan Hanna dengan penuh syukur.

"Ibu, wajahmu hari ini terlihat lebih segar dari sebelumnya. Ibu sepertinya telah pulih dengan baik." Terdengar suara James dari arah belakang Hanna.

"Tentu saja.. Aku harus sembuh dan berumur panjang, aku tidak ingin melewatkan hari pernikahanmu," gurau Betsy pada puteranya.

"Begitukah? Kalau begitu, aku tidak akan cepat-cepat menikah, maka ibu akan berumur lebih panjang," sahut James.

"Anak nakal ini.. Bagaimana jika aku mati lebih dulu dan melewatkan pernikahanmu? Aku ingin segera mendapatkan menantu dan cucu darimu."

"Ibu.. Ibu sudah memiliki cucu, dan dia bahkan memiliki tubuh yang lebih tinggi dari aku. Hahaha.." James mengangkat sebelah tangannya diatas kepalanya.

Hanna senang melihat interaksi antara ibu dan anak itu. Ada banyak kehangatan yang terlihat didalamnya.

"Baiklah Nek, setelah menjalani 3 hari masa perawatan lagi, Nenek sepertinya sudah boleh pulang dan berkumpul bersama keluarga dirumah."

"Terimakasih Hanna, aku berhutang budi karena kamu menyelamatkan ibuku," ucap James dengan tulus kepada Hanna.

"Jangan sungkan, ini sudah menjadi kewajibanku sebagai dokter. Jika ada keluhan, segera panggil aku ya Nek. Aku permisi pergi."

Ketika berbalik, kepala Hanna tidak sengaja menabrak dada seseorang. Terdengar suara dari atas kepalanya, "Sepertinya dunia ini kecil, lagi-lagi aku bertemu denganmu. Mungkin inilah yang disebut orang-orang dengan istilah 'berjodoh'."

Mendengar suara yang tidak asing itu, Hanna mendongakkan kepalanya keatas. "Sial, kenapa aku bertemu lagi dengan si penguntit ini ?" keluh Hanna dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Yang Menghilang   Nyawaku adalah Milikmu

    "Siapkan ruang operasi!" Ujar Alena memerintahkan perawat yang bertugas. Kemudian Alena mengeluarkan jarum perak dari dalam tasnya. Dia menusukkan jarum-jarum itu di beberapa titik di tubuh Aiden. Alena berbisik ke telinga Aiden, "Bertahanlah, Aiden. Kumohon." Tit tit tit tit Pada layar monitor alat pengukur detak jantung, terlihat jantung Aiden kembali bereaksi. "Persiapkan pasien, aku akan mensterilkan diri." Alena bergegas membersihkan dirinya di ruang steril. Sekitar setengah jam kemudian Alena masuk kembali ke ruang operasi. Aiden telah dipersiapkan dan juga telah diberi anestesi. Alena membelah bagian dada Aiden dan membuka tulang bagian dadanya. "Benar dugaanku, tulang rusuknya patah dan mengenai paru-paru dan jantungnya." Gumamnya. Alena menusukkan lagi beberapa jarum akupuntur di beberapa titik yang mengalami pendarahan. Tangannya dengan terampil dan dia segera menemukan bagian-bagian vital Aiden yang terluka. Tiiiiiiittttt "Dokter, pasien kritis." Dokte

  • Istri Yang Menghilang   Berjanjilah Satu Hal

    "Hari ini, Elsa Burch putri dari Tony Burch, pesaing ketat Eddy Caleman dalam pemilihan calon perdana menteri ditangkap atas dugaan percobaan pembunuhan terhadap dokter Bianca Hart dan putranya. Selain itu juga diadakan penyelidikan atas tuntutan 'penyalahgunaan kekuasaan' yang dilayangkan Bianca Hart terhadap Tony Burch. Jika Tony Burch terbukti bersalah, kemungkinan besar dia akan ditangkap dan masuk ke dalam tahanan menyusul putrinya. Dengan demikian, Eddy Caleman akan melenggang dengan pasti memjadi calon terpilih perdana menteri berikutnya." Berita ini ditayangkan di layar gedung tertinggi di pusat kota. Hampir setiap pejalan kaki yang lewat melihat dan mendengar pemberitaan itu. "Cih, dia layak mendapatkannya. Dia dan putrinya adalah orang yang sangat sombong. Mentang-mentang anggota parlemen, lalu seenaknya saja memaki dan menghina orang lain." "Benar, dia selalu berlagak setiap kali berbelanja di tokoku. Elsa selalu merasa seolah dia adalah orang paling hebat dari orang

  • Istri Yang Menghilang   Klinik Tidak Boleh Beroperasi

    Bianca pagi ini tiba di depan kliniknya untuk bekerja seperti biasa, namun sayang sekali pintu kliniknya disegel. "Dokter, Anda akhirnya tiba?" Dona terlihat agak panik."Ada apa ini Dona?" Bianca sedikit bingung melihat kliniknya yang diberi garis polisi."Tony Burch melaporkan kita ke polisi, katanya Anda melakukan malapraktik sehingga Elsa Burch cacat. Anda diduga melakukan metode kecantikan yang tidak seharusnya."Bianca tersenyum sinis di wajahnya, "Benarkah?""Bagaimana ini Dokter?" tanya Dona."Aku akan mengatasinya, kalian bersantailah hari ini. Anggap ini sebagai hari libur. Oke?" Bianca tidak ingin Dona dan stafnya yang lain berdiri dengan sia-sia disini."Baiklah, Dokter."Kemudian para stafnya memilih pergi dan membubarkan diri di sana.Bianca mengambil ponselnya menekan tuts di layarnya.Tidak lama terdengar suara tawa dari seberang telepon, "Hahaha, Ayahku benar. Dia berkata kamu akan segera menghubungi dan memohon. Kenapa? Kamu takut dipenjara dan klinik kecantikan mil

  • Istri Yang Menghilang   Tony Burch Mendatangi Bianca

    "Dimana Bianca?!" Tony masuk ke dalam klinik kecantikan milik Bianca dengan wajah yang terangkat tinggi, seolah setiap orang harus tunduk dan hormat padanya. "Tuan, Anda tidak boleh masuk ke ruang praktek dokter begitu saja. Dokter Bianca sedang ada pasien!" Dona mencoba menghalangi Tony Burch yang memaksa masuk ke ruang praktek Bianca. Tony Burch merasa kesal karena wanita yang sepertinya adalah asisten pribadi Bianca, terus berusaha menghalanginya. "Minggir kamu!" Dia sudah tidak sabar dan mendorong tubuh Dona hingga terhuyung. Ceklek Sosok Tony Burch yang angkuh terlihat di pintu ruang praktek yang terbuka. Dan dia masuk begitu saja ke dalam ruang praktek Bianca. Bianca saat ini sedang melakukan metode perawatan laser pada pasiennya. Dan dia tidak dapat meninggalkan pekerjaannya hanya untuk menemui Tony Burch yang lancang. "Maafkan aku Dokter, Tuan ini memaksa masuk." Dona merasa tidak enak karena Bianca mengalami gangguan saat bekerja. "Tidak mengapa Dona, tolong arahka

  • Istri Yang Menghilang   Wanita Itu Membuat Anakku Lumpuh

    Aiden segera menuju ke titik lokasi tanda SOS yang dikirim oleh Vince melalui jam tangannya. Dia sampai pada sebuah gudang barang yang tidak dipergunakan lagi. Beberapa pria lari terbirit-birit dari dalam gudang, seperti sangat takut akan sesuatu. Aiden menghalangi salah satu dari pria itu. "Mengapa kalian begitu terburu-buru? Ada apa?" "Minggir, jangan halangi jalanku!" pria itu melotot kepada Aiden. "Apa kamu melihat anak ini?" Aiden menunjukkan sebuah foto di layar ponselnya. "Apa kamu tidak mengerti? MINGGIR!" pria itu berteriak kepada Aiden yang bersikeras menghalangi jalannya. "Baiklah, jika kamu tidak ingin dengan cara yang baik-baik!" Aiden mengekang tangan pria itu dibelakang punggungnya dan mendorong wajahnya ke tembok dalam sekejap. "Aku akan menelepon polisi, dan pasti kamu lah orang yang akan dicurigai pertama kali!" Aiden mengancam. Tentu saja pria itu takut dan gemetar. Jika dilaporkan ke polisi, dia pasti akan ditangkap atas percobaan penculikan seorang

  • Istri Yang Menghilang   Vince dan Bianca Diculik

    "Halo, putraku yang tampan. Mengapa wajahmu cemberut?" Bianca menjemput putranya di taman kanak-kanak. "Mama, mulai besok aku tidak mau masuk ke sekolah. Kecuali Mama memindahkan aku ke sekolah dasar." "Apa kamu yakin mau lompat kelas Vince?" "Iya Ma. Pleaseeeee!" Bianca membukakan pintu mobil untuk Vince, agar dia masuk ke dalam mobil. "Baiklah, nanti mama urus ya Vince. Sudah, jangan cemberut lagi Sayang. Sekarang kita mau kema_ hmmmfff!" Mulut Bianca tiba-tiba dibekap, sama halnya dengan Vince. Mereka dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil Van oleh tiga orang pria asing. Bianca bersikeras memberontak, namun tangannya dipegang dengan kuat oleh dua orang pria tersebut, dan seorang lagi terlihat memegang Vince. "Siapa yang menyuruh kalian menculik kami?" tanya Bianca. "Nanti kamu akan bertemu dengan Bos kami ketika ajalmu akan menjemput. Tenang saja, kami tidak akan membuat kalian berdua mati penasaran." "Benarkah?" Bak Buk Bak Buk "Hei, ada apa dengan kalian? Men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status