Tit..tiiiitt...tiiiiiiiittt..Gambar alat monitor detak jantung Alena menunjukkan garis datar.Dokter tidak dapat melakukan tindakan apapun karena jantung Alena baru saja dioperasi.Dokter Shella juga melakukan pemeriksaan detak jantung bayi yang ada di dalam kandungan Alena.Setelah beberapa saat, dia juga menggeleng dan kemudian berjalan dengan tertunduk.Aiden dan Brian sempat berteriak histeris memanggil nama Alena beberapa kali."Maafkan aku Clara, Dante..Aku sudah berusaha semaksimal mungkin," ujarnya sambil menepuk bahu Clara.Adam, Marta, dan juga James hanya diam terpaku, menahan kesedihan. Mereka tidak berani memberitahukan hal ini kepada Betsy dirumah.Mia menghampiri Brian dan memeluknya yang sedang menangis dengan histeris."Bersabarlah Brian, Alena sudah......." ujar Mia yang kemudian membisikkan beberapa kalimat. Setelahnya kedukaan Brian cukup berkurang, meski airmatanya masih mengalir.Aiden hanya bisa diam terpaku di hadapan tubuh Alena yang perlahan menjadi kaku. Jiw
"Selamat Mia, akhirnya proyek penelitianmu berhasil juga!" Bian menyerahkan sebuket bunga mawar yang sangat indah sebagai ucapan selamat kepada Mia."Sayang, selamat untuk keberhasilanmu." Brian memeluk Mia, dan mencium dahinya."Terimakasih, tanpa dukungan kalian aku tidak akan sampai ke tahap ini," dia menyambut semua ucapan selamat dengan bahagia."Oh, akhirnya kalian sudah bisa menentukan tanggal pernikahan. Hahaha," canda Bian."Oh, hai. Aku tidak menyangka kamu datang juga hari ini," sapa Mia kepada seseorang."Ya, aku kebetulan sedang ada urusan di Jerman. Aku menemani Elsa mengunjungi kedua orangtuanya."DEG DEG DEG Jantung Bian mendadak berdetak kencang mendengar suara pria di belakangnya.Bian segera pergi dari sana, dan tidak menoleh sedikit pun.Tanpa disadari oleh Aiden, matanya menatap sosok wanita itu dari belakang dan mengikuti arah kepergiannya."Jadi, wanita cantik yang di sebelahmu ini..adalah.." tanya Brian.Aiden tersadar dari lamunannya, "Oh, ya, perkenalkan..i
DEG DEG DEGBian berusaha mempertahankan ketenangan wajahnya di hadapan sepasang pria dan wanita di hadapannya saat ini."Ayolah Aiden, Dokter Bian ini adalah salah satu dokter spesialis kecantikan terbaik di negara ini. Tidak ada salahnya sesekali seorang pria melakukan perawatan wajah. Beberapa bulan lagi kita akan menikah. Kita harus terlihat sempurna," rengek Elsa."Hmmm, ya, baiklah," Aiden menatap kepada wanita di hadapannya. Sejenak tadi dia merasa terkejut, bagaimana bisa suara wanita ini sangat mirip dengan Alena."Baiklah, aku akan menyuruh staf untuk mempersiapkan ruang perawatan untuk anda berdua. Silahkan!" ujar Bian dengan senyum ramah menghiasi wajah cantiknya."Tunggu! Dokter, bolehkah aku tahu namamu?" tanya Aiden."Namaku? Oh..Namaku adalah Bianca Hart.""Hart? Apa hubungan anda dengan Alena Hart dan Brian Hart?""Bagaimana anda kenal dengan..hmmm..Ya, aku adalah sepupu Brian dan almarhum Alena. Anda adalah..?" dengan piawai Bian berpura-pura polos."Oh, kami adalah
"Mama.." panggil seorang lelaki kecil yang sangat tampan dan lucu. Wajahnya adalah versi kecil dari Aiden Bradley.Vince berlari memeluk Bian, dan mencium pipinya. Bian juga mencium kedua pipi anaknya itu dengan gemas."Hai, anak mama yang tampan. Bagaimana sekolahmu hari ini?" tanya Bian kepada putranya itu."Yah, seperti biasa Ma. Pertanyaan dan tugas yang diberikan Bu Guru terlalu mudah. Bahkan di sela pelajaran aku sering tertidur," keluh Vince.Vince lebih menonjol dalam pelajaran dibandingkan teman sekelasnya yang lain. Bahkan usia Vince belum seharusnya memasuki usia taman kanak-kanak. Dia bersekolah lebih cepat.Sejak usia 3 tahun, Vince sudah mahir membaca dan berhitung. Di taman kanak-kanak dia hanya mempelajari pelajaran-pelajaran dasar. Vince mampu mengerjakan pembelajaran untuk anak-anak usia sekolah dasar kelas 5."Sebaiknya Vince lompat kelas, Bian. Dia anak yang cerdas, seperti Aiden," sahut Brian di belakangnya."Tapi Kak, dia masih terlalu kecil untuk masuk sekolah d
"Aiden, aku rasa pernikahan kalian lebih baik diadakan tepat sebelum masa kampanyeku dimulai," ujar Tony Burch kepada Aiden dan putrinya."Itu ide yang bagus, Ayah."Elsa sangat senang mendengarnya, dengan begitu dia akan segera memiliki Aiden Bradley sebagai suaminya. Elsa telah lama menantikan hari itu."Buatlah semeriah mungkin, dan kita akan membayar untuk pemberitaan khusus selama beberapa hari, agar pamorku meningkat."Aiden hanya mendengarkan dengan seksama, dan ekspresinya sangat datar dari pembicaraan itu dimulai. Aiden sebenarnya belum ingin terburu-buru menikah, jika bukan karena desakan Adam, Marta, dan juga Betsy. Marta lah yang bersikeras menjodohkannya dengan putri Tony Burch, Elsa.Aiden belum bisa membuka pintu hatinya kepada wanita lain selain Alena. Dia mencintainya meskipun setelah sekian lama kematiannya."Aku sudah membayangkan pernikahan kita Aiden. Pasti akan menjadi yang termeriah di tahun ini," ujar Elsa membayangkan nanti, akan banyak tatapan iri yang akan
"Brian, kamu usil sekali. Lagipula kalau Daniel bisa pacaran sama Bianca, pasti sangat keren. Yang satu dokter ahli kecantikan ternama di Jerman, yang lainnya adalah chef selebriti bintang Michelin.""Huh, Bian tidak suka pada pria seperti itu. Yah, tapi Daniel adalah pria yang baik dan bertanggung jawab. Bagaimana Bian?" tanya Brian padanya."Mama cuma mau Vince kan Ma? Mama enggak perlu pria lain," omel Vince."Hei, Vince. Mamamu perlu pasangan, dan kamu perlu seorang papa yang tampan dan baik," celoteh Mia sambil mencubit pelan pipi Vince."Vince bisa kok jaga Mama, Vince juga tampan. Pokoknya Mama enggak butuh pria lain selain Vince.""Ckckck..Brian, dia narsis sepertimu," ejek Mia.Bian hanya tertawa melihat kelucuan putranya."Aku mau ke toilet sebentar, makanlah lebih dulu tidak perlu menungguku," ujar Bian yang kemudian berlalu menuju toilet restoran itu.* * *"Aku akan pergi ke toilet," ujar Aiden dengan sopan kepada Tony dan Elsa.Aiden melangkah pergi dari ruang makan itu m
'Kenapa dia sangat mirip denganku?' batin Aiden."Siapa namamu?" tanya Aiden."Namaku Vince Hart Paman Tampan, aku harus pergi dulu. Mama pasti sudah lama menungguku. Sampai jumpa!" ujarnya sambil berlalu melambaikan tangan kecilnya.Aiden melambaikan tangannya juga kepada Vince, hatinya merasa hangat melihat tingkah bocah itu.Dia mengambil telepon selulernya, "Paman James, bolehkah aku meminta tolong kepadamu?""Ada apa Aiden, tidak biasanya? Katakan, aku akan membantumu," ujar James di seberang telepon."Paman, bisakah kamu menyelidiki tentang Bianca Hart dan Vince Hart?""Hart? Apakah mereka ada hubungannya dengan Brian Hart?""Ya, katanya mereka adalah sepupu.""Aku akan mencari tahu untukmu, secepatnya akan aku kabari.""Terima kasih, Paman."Aiden menutup panggilan teleponnya.Setelah berpikir sejenak, Aiden kembali menekan tuts pada layar selulernya."Ya, Bos!""Jefri, pergilah di tengah malam ke Malta, gali kuburan Alena.""Apa, Bos? Apa yang harus kulakukan pada kuburan itu?
Brian tampaknya terlambat untuk mengantisipasi kecurigaan Aiden. Dia langsung menyelidiki hal itu malam itu juga, dan mendapatkan laporan dari Jefri."Bos, makam itu kosong, tidak ada mayat atau apapun disana.""Apa?!" BUKAiden dengan emosi meninju meja kerjanya."ARGH!" Aiden meraung dengan marah, hatinya sekali lagi hancur bertahun-tahun dengan kepalsuan."Brian..Alena..sekali lagi kalian mempermainkan hatiku.""Jadi..mungkinkah Bianca Hart adalah Alena? Dan kemungkinan anak kecil tadi adalah putraku? Kali ini kalau aku menangkap basah kalian, tidak akan aku biarkan!" geram Aiden.Seandainya dulu Alena menyerah dengan baik-baik pada hubungan mereka, mungkin Aiden akan memakluminya. Tapi dia lagi-lagi membuat sandiwara kematian, dan banyak pihak yang membantunya.Selama 4 tahun Aiden mengalami patah hati karena kematian istri dan putranya. Ternyata semua adalah penipuan. Aiden benar-benar merasa dipermainkan.* * *"Mama!"Bianca menyambut putranya yang keluar gerbang sekolah deng