BAB 60 – BAYI KEMBAR?!Cindy menelan ludahnya dengan kasar. Bibirnya terkatup rapat, tak tahu harus menjawab apa."Jawab, Cindy! Kenapa kamu malah diam aja?" desak Elang dengan raut wajah kesal."A-anu ... i-itu ....""Itu apa? Jawab yang benar! Apa artinya Papa kamu beneran nggak tahu statusku? Apa kamu nggak bilang kalau aku ini sudah punya istri?" bentak Elang pada Cindy. Dia benar-benar hampir murka, hidupnya seperti papan permainan bagi orang lain.Cindy berjingkat kaget, air matanya lolos begitu saja karena takut dengan suara Elang yang mengeras."I-iya," jawabnya spontan."Papa belum tahu kalau kamu sudah punya istri, Mas," lanjut Cindy.Elang yang gusar dan marah baru saja akan membuka mulutnya, saat Cindy kembali memulai penjelasannya."Aku terpaksa melakukan ini demi kamu juga, Mas. Kalau sampai papaku tahu, aku hanya akan dijadikan istri kedua, Papa pasti nggak akan setuju, papa pasti nggak mau kasih restu ke kita," jelas Cindy."Dan mungkin lebih parahnya lagi, Papa akan
BAB 61 – SERASI SEBAGAI ADIK KAKAKMila benar-benar terkejut dengan berita yang baru saja dia dengar dari dokter tersebut. Begitu juga dengan Zelo, lelaki itu sama terkejutnya meskipun sejak tadi hanya terdiam dan mendengarkan."Kami memang belum tahu, Dok, karena kakak saya belum sempat melakukan USG. Dia mau menunggu suaminya pulang dari dinas luar kota, Dok," jelas Mila tanpa sengaja.Dokter itu hanya mengangguk mendengar penjelasan Mila. Namun tidak dengan Zelo, lelaki itu benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin sampai saat ini Miya belum memberitahukan tentang kehamilannya itu pada suaminya? Bukankah berita kehamilan merupakan hal yang sangat penting bagi pasangan suami istri? Bahkan adik Miya sudah tahu, Zelo pun yang baru mengenal Miya juga sudah tahu, mengapa justru suami Miya akan menjadi orang terakhir yang mengetahui hal ini?“Tidak masalah. Yang terpenting, sekarang kalian sudah tahu. Jadi saran saya, kamu harus lebih ekstra dalam menjaga kakak kamu, ya? Karena hamil kem
BAB 62 – ELANG YANG SAMA.Mila menatap ke arah Mia yang sedang tertidur dengan lelap di ranjang rumah sakitnya. Kemudian dia beralih menatap Zelo. "Mas Zelo, aku titip Mbak Miya sebentar, ya?!" ucapnya pada Zelo.Zelo tersentak. "Memang kamu mau kemana, Mila?" tanyanya."Aku mau pulang ke rumah Mbak Miya sebentar, Mas. Aku harus ambil pakaian ganti dan peralatan Mbak Miya selama dirawat di sini," jawabnya.Zelo mengangguk mengerti. "Kalau begitu biar Rendy yang antar kamu pulang, ini juga sudah hampir malam.""Baik, Mas." Mila mengangguk setuju. Dia tahu, Zelo selalu berniat baik padanya dan juga Miya.Zelo dan Mila keluar dari ruangan tempat Miya dirawat. Rendy berada tepat di depan pintu, menunggu dengan siaga, kalau-kalau bosnya itu memerlukan bantuan."Rendy, tolong kamu antar Mila pulang ke rumahnya untuk mengambil pakaian ganti dan semua kebutuhan Miya, biar saya yang menemani Miya di sini," perintah Zelo pada Rendy, yang lebih tampak seperti permintaan."Baik, Pak," jawabnya pa
BAB 63 – MIYA DIPOLIGAMI?!"Cindy berbohong soal apa, Bu Olga?" desak Pak Taufan pada ucapan Olga yang tak sengaja dia dengar sedikit."Pa, sebenarnya--""Jadi Cindy minta sama Elang untuk pulang ke Jakarta besok, Pak. Tapi saya bilang mungkin saja Cindy berbohong hanya untuk menguji kepekaan Elang. Karena setahu saya, Cindy itu suka sekali dengan suasana puncak," sela Olga sebelum Elang sempat menyelesaikan kalimatnya.Pak Taufan terdiam, dengan raut wajah yang sama sekali tak terbaca. Sampai-sampai Olga meneguk ludahnya sendiri dengan gugup, berpikir apakah alasannya tadi terdengar tidak masuk akal. Detik demi detik mendadak rasnya berjalan begitu lambat.Namun yang terjadi selanjutnya justru Pak Taufan tergelak dengan tawa yang keras."Benar, Cindy memang selalu suka villa ini. Jadi lebih baik besok kamu ajak dia jalan-jalan. Mungkin benar kata ibumu, Cindy hanya menguji agar kamu berinisiatif lebih dulu, Elang!" ujar Pak Taufan masih dengan terkekeh.Elang mengangguk kaku. "Ba-bai
BAB 64 – MIYA DAN MIYA LAGI!Keesokan harinya, sesuai permintaan Olga, Elang mengajak Cindy jalan-jalan di sekitar perkebunan. Sepanjang mata memandang, hamparan perkebunan teh terlihat. Hijaunya dedaunan menyejukkan mata yang penat dengan kebiasaan sehari-hari.Semilir angin membuat hidung terasa terbebas dari racun ibukota. Udara dingin khas perkebunan sangat sempurna untuk berbulan madu.Cindy tak mau melewatkan semua itu, dia pun meminta Elang mengajaknya jalan-jalan mengelilingi kebun teh yang indah. Wanita hamil itu pun menarik tangan Elang untuk menyusuri perkebunan sambil pegangan tangan. “Mas, kita ke sana, yuk? Di sana kayaknya bagus, deh, buat foto,” ajak Cindy menunjuk sebuah tempat yang berada di ujung perkebunan. Cindy menggampit tangan Elang, tak ingin jauh darinya sedangkan Elang hanya mengikuti dengan malas. Terlebih Elang sering melakukan itu bersama Miya. Kenangan bersama Miya pun kini menari-nari di ingatan.‘Miya. Lagi apa kamu, Sayang? Mas kangen banget sama
BAB 65 – MENJADI MODEL IKLANCindy sudah siap dengan rencananya. Dia memegang ponsel dan melihat beberapa foto yang sudah dikirim oleh Jake. Tanpa ragu, Cindy mengirim foto yang paling bagus pada nomor Miya.“Sial! Kenapa pesannya malah centang satu, sih?! Jadi belum terkirim dong ke Miya?!" Cindy marah-marah karena baru saja dia mengirimkan foto dirinya yang tampak berpelukan dengan Elang, dari Jake—fotografer suruhannya yang dibayar untuk mengabadikan setiap momen Cindy dengan Elang. Gagal sudah rencananya! Padahal dia ingin Miya melihat foto itu dan salah paham pada Elang. Lebih bagus lagi kalau mereka sampai bercerai. Untung ponsel Miya rusak, dia pun tak bisa melihat pesan yang Cindy kirim. Entah ini kabar baik atau buruk bagi Miya, tetap saja membuat Cindy lagi-lagi marah pada Miya.Masih kesal dengan gagalnya rencana yang sudah dia buat, Cindy terkejut saat Elang tiba-tiba muncul dari belakang. Dia sampai berjingkat kaget membuat Elang keheranan. “Kamu kenapa?” telisik Elang
BAB 66 – PERHATIAN ZELO.Rendi sudah sampai di depan kantornya, Zelo pun bersiap untuk turun. “Maaf, Pak, tentang Mas Elang. Apa yang harus saya katakan pada Mbak Miya nanti?”Zelo menatap Rendy sebelum dia turun dari mobil. “Kita ikuti saja permainan Elang. Kalau dia bilang sedang dinas ke luar kota, katakan pada Miya kalau Elang belum pulang dari dinas luar kota juga.“ Zelo ingin tahu apa yang sebenarnya diinginkan Elang pada Miya hingga dia melakukan semua itu. Yang Zelo tidak tahu adalah, alasan dinas luar kota itu bukan Elang yang mengarangnya melainkan Mila. Rendy mengangguk dan mengikuti saja perintah atasannya.Zelo melirik Rendy dengan tajam. Dia harus memberi pelajaran pada Elang dan Rendy harus membantunya. “Apa kamu sudah menghubungi manajemen Cindy tentang iklan teh wangi dari perusahaan kita?” tanya Zelo memastikan semua rencananya akan berjalan sesuai yang dia inginkan.“Sudah, Pak. Saya sudah memastikan pihak manajemen Mbak Cindy sudah menerima pekerjaan dari perusah
BAB 67 – APA BENAR MIRIP?Bola mata Cindy melebar diiringi mulutnya yang terbuka. Apapun akan Cindy lakukan untuk mendapatkan kontrak itu.Semangat Cindy menggebu-gebu untuk menandatangi kontrak kerja tersebut. Sampai dia ingin segera menandatanginya saat itu juga. “Siapa yang bisa menolak kontrak sebesar ini, Pak? Saya pasti setuju. Mana bolpoinnya? Saya akan tanda tangan sekarang juga.” Cindy meminta bolpoin pada manajernya dan mencari kolom untuk dia tanda tangani.Manager itu meraba saku kemejanya, ada sebuah bolpoin yang selalu dia bawa. Kegunaannya, ya seperti ini, tanda tangan kontrak. Namun, dia tak langsung memberikan bolpoin yang dia punya. Ada yang harus Cindy lakukan sebelum kontrak itu ditandatangani. “Kamu mau langsung tanda tangan? Baca dulu kontraknya dengan teliti. Kamu pelajari semuanya. Kalau kamu setuju, baru kamu tanda tangan,” usul manajer yang sudah pengalaman menangani proses penandatanganan sebuah kontrak kerja seperti ini.Cindy mengangguk dan dia pun membac