EXTRA PART 5 – THE HAPPY ENDING?Miya segera dilarikan ke rumah sakit terdekat karena kondisinya benar-benar mengkhawatirkan. Elang sudah menghubungi keluarganya untuk memberi kabar mengenai kondisi Miya. Dokter yang menangani Miya keluar dari ruangan beberapa menit kemudian. Elang segera bertanya bagaimana kondisi istrinya. “Bagaimana kondisi istri saya dan kandungannya, Dok?”Dokter menghela napas berat. “Kondisi istri Anda sedang kritis. Detak jantung bayi dalam kandungannya juga lemah, karena air ketubannya sudah pecah dari dua jam lalu tetapi bayi tidak segera dikeluarkan. Saya mendeteksi bahwa bukan hanya luka fisik yang diderita oleh istri Anda, melainkan luka psikologis juga. Apa mungkin sebelum dibawa ke rumah sakit, istri Anda mengalami kejadian mengejutkan?”Elang jelas tahu apa maksud dokter. Pasti yang dimaksud oleh dokter itu adalah kejadian di mana Miya melihat kakaknya sendiri ditembak tepat di depan matanya untuk melindunginya. Elang bahkan tidak tahu bagaimana kondi
Bab 1 Keluyuran Lagi"Lagi-lagi keluyuran, lagi-lagi keluar dari rumah tanpa izin suami. Maunya kamu apa sih, Mi? Kamu mau aku marah? Kamu udah nggak mau ngedenger perkataan aku lagi, iya?" Suara Elang terdengar pelan, menahan rasa geram yang menyelimuti hatinya saat untuk kesekian kalinya, ketika dia sampai di rumah dirinya tak menemui keberadaan istrinya di sana. Sudah beberapa hari ini, Miya selalu kedapatan pergi dari rumah saat dia pergi bekerja.Awalnya Elang tidak sadar, tetapi yang namanya bangkai, walau disimpan rapat pun pasti akan tercium ujung-ujungnya. Elang mulai sadar ketika dia pulang kerja, pintu rumahnya malah terkunci rapat, alih-alih mendapat sambutan yang hangat dari Miya."Maaf, Mas." Miya tak menjawab banyak, dia hanya membuka pintu dengan kunci yang dia keluarkan dari saku daster yang dia pakai."Maaf terus, maaf terus! Aku itu nggak butuh maaf kamu, Mi. Aku butuh penjelasan, sebenarnya kamu ke mana? Suami kerja banting tulang di luar sana, eh, kamu malah buat
Bab 2 Nasihat Elang"Mama jangan gitulah, waktu Mama lihat tadi mungkin saja istriku lagi belanja ke pasar, Ma," sahut Elang mencoba berkilah."Belanja apaan? Bukannya selama ini si Miya belanja di warung? Atau pun belanja di tukang sayur? Sejak kapan dia belanja di pasar?" Suara Olga kembali terdengar mencemooh. "Kamu jangan lembek, Lang. Kamu itu terlalu memanjakan dia, makanya dia itu membuat ulah di belakang kamu! Jadi suami dan laki-laki kok, ndak ada wibawanya sedikitpun?!" Elang memijat pelipisnya yang terasa pening, segala seruan yang Olga keluarkan semakin membuat telinganya berdengung. Miya bilang dia hanya main ke tempat tetangga, lalu Olga mengatakan kalau Miya keluyuran di pasar. Terus yang benar, yang mana?"Sudahlah, Ma. Nanti aku akan memastikan hal ini lagi sama Miya, sekarang aku mau istirahat dulu," kata Elang pada akhirnya."Mama nggak mau tahu, pokoknya kamu wajib mencari tahu mengenai tingkah laku istrimu di luaran sana. Jangan sampai membuat malu keluarga kita!
Bab 3 Olga Kembali Melapor"Lang, kamu malam ini lembur lagi?" Elang menoleh dan dia bisa menemukan sosok Wahyu yang sedang berdiri di samping meja kerjanya, teman baiknya itu lantas menarik sebuah kursi agar bisa duduk di sebelahnya."Memangnya kenapa?" tanya Elang seraya kembali menoleh dan memfokuskan pandangannya kembali ke komputer yang masih menyala, menunjukkan banyak sekali tabel yang berisikan angka."Kalau lembur, aku juga mau ikutan." Wahyu menggaruk tengkuknya."Loh, tumben kamu mau lembur?" Alis Elang terangkat naik, sebab tidak biasanya Wahyu ingin mengambil lembur. "Biasanya kamu selalu pulang ontime, nggak mau ambil lemburan juga. Ada apa?" tanya Elang penasaran."Adikku nabrak orang, Lang. Aku butuh banyak biaya, makanya aku berniat buat ambil lemburan banyak bulan ini," sahut Wahyu sambil menghela nafas panjang."Astaghfirullah! Jadi gimana? Adik kamu baik-baik aja, kan?" tanya Elang simpati."Alhamdulillah, adikku dan juga orang ditabrak selamat. Tapi, motor mereka
Bab 4 Video Mengejutkan"Lihat dengan teliti! Ini Miya kan? Coba kamu amati lagi, daripada nanti kamu pikir Mama ini cuma ngomong doang. Malah jatuhnya fitnah! Tuh, ngapain coba istrimu keluyuran sampai sana?" ujar Olga dengan ketus.Wanita dengan penampilan cetar itu menatap wajah Elang dengan lekat. Dalam hati, dia berharap jika putranya itu percaya dengan semua ucapannya."Aa-aku masih nggak nyangka, Ma! Ngapain Miya di sana? Mana penampilannya lusuh begitu? Astaga!" Elang menggelengkan kepala. Dia langsung menyerahkan ponsel Olga dengan tangan gemetar. "Duduk dulu!" Melihat Elang yang syok, Olga langsung saja menarik tangan Elang hingga bersandar pada kursi."Makanya! Itulah kenapa Mama terus-terusan buat kamu pantau si Miya! Kamu sih, ngeyel kalau dikasih tau! Mama nggak mau tau ya, Elang! Pulang kerja nanti, kamu wajib tegur dan tanyakan sama Miya! Apa tujuannya keliling, panas-panasan begitu di pasar? Apalagi, penampilannya kucel dan dekil! Astaga, Mama malu banget kalau sampa
Bab 5 BertengkarSetelah berpamitan pada Olga. Elang mengendarai mobilnya ke rumah dengan kecepatan tinggi. Dia sudah tak sabar, ingin bertanya perihal video itu. Sampai di rumah, Elang yang terbiasa rapi, kini terlihat asal-asalan meletakkan mobilnya di pekarangan. Dia turun dari kendaraan beroda empat itu, lalu membawa kakinya melangkah ke rumah.Membuka pintu dengan mudah, dia terkejut saat mendapati Miya masih berada di ambang pintu kamar dengan wajah pucat. Wajahnya kusam, penampilan lusuh dengan kulit yang mulai kering. Miya mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia seakan tak percaya, bahwa suaminya sudah berdiri di hadapannya saat ini."M—mas!" panggil Miya tergagap. Wanita itu bergegas maju ke depan. Dia meraih tangan Elang, lalu menciumnya."Tunggu, Mas! Biar aku siapkan air hangat untuk mandinya, ya!" Buru-buru sekali Miya membalikkan tubuhnya. Namun, baru selangkah saja dia mengayunkan kaki. Tangan kekar milik Elang sudah menahannya lebih dulu."Sini dulu! Ada sesuatu yang in
Bab 6 Mengaku?"Sebenarnya, apa sih, Miya? Sudah dari kemarin ya, aku tanya baik-baik sama kamu! Sebetulnya apa sih, yang kamu sembunyikan dari aku? Kenapa kamu diam aja?" Elang semakin murka dan Miya masih diam saja."Coba berikan satu alasan padaku. Kenapa bisa siang-siang, kamu malah keluyuran di tengah pasar dengan keadaan kusam dan penampilan dekil begitu? Mana pakai bantuin orang angkat-angkat barang!Kamu butuh uang?" tanya Elang kini dengan nada tinggi.Sebetulnya dia tidak tega, jika harus berkata kasar. Apalagi menaikkan nada bicaranya pada sang istri. Hanya saja, rasanya Elang sudah emosi sekali.Dia hanya berharap bahwa Miya itu mau, untuk menjelaskan semuanya. Bukan malah diam seribu bahasa, yang membuat pikirannya justru semakin menebak-nebak. Hal apa yang dilakukan oleh wanita itu di belakangnya?"Iya, Mas, maaf! Aku juga melakukan hal itu di sela-sela waktu luang kan? Aku juga tidak melalaikan kewajibanku untuk melayanimu.Maafkan aku, jika aku tidak meminta izin terle
Bab 7 Membuntuti Miya"Udahlah, kamu nggak perlu tau, Miya! Kita nggak usah bahas ini lagi," ujar Elang.Setiap pulang dari bekerja, yang Elang butuhkan hanyalah sambutan hangat dan kasih sayang dari Miya. Tapi, akhir-akhir ini hanyalah pertengkaran yang dia dapatkan. Maka dari itu, Elang ingin menyudahi semuanya. Dia hanya mau damai dan tentram hidup berumah tangga.Miya sendiri juga tak mempermasalahkan hal itu lagi. Dia kembali melayani suaminya dengan baik, mereka berbaikan dan saling mengobrol hingga berujung bersenda gurau.Keesokan harinya, seperti biasa Elang hendak bekerja. Dia pamit pada Miya pergi ke kantor. Tak lupa, Elang kembali mengingatkan pada istrinya. Untuk tidak mencari pekerjaan tambahan di luar lagi, apalagi bekerja keras dan panas-panasan. Keluyuran di siang hari. Elang sudah mewanti-wanti Miya."Nanti aku pulang agak malam, ya! Hari ini aku rencananya mau ambil lemburan lagi. Kamu nggak papa kan, aku tinggal sendiri sampai malam? Ingat, ya! Jangan lagi keluyura