“Sylvia sayang, tolong pastikan Sky tidak sendirian,” ujar Mrs. Chaterine Waters Ferragamo. Ia adalah bibi Sky Ferragamo.
Sylvia menatap ke bawah, ke arah padang rumput landai di kediaman Sky Ferragamo di Richmond untuk mengamati Honorabe Constanty Lane. Melihat Sky Ferragamo memasuki tenda teh.
Setelah ia pulang dari rumah sakit beberapa hari lalu, kini ia berada di sebuah “welcome party” yang pria itu adakan sebagai syukuran kesembuhannya dari koma selama hampir enam bulan.
Halaman rumah mereka yang luas itu diambil alih untuk sebuah pesta kebun, dengan banyaknya meja dan kursi yang bertebaran dan dihiasi dekorasi ruangan terbuka yang indah. Kediaman mereka berada di sebuah bukit yang memiliki pemandangan dengan sungai di bawahnya.
Sky Ferragamo yang mencapai kesuksesan di usia terbilang muda, adalah kandidat yang baik untuk dirinya. Ia memiliki karier yang baik, koneksi luas, yang banyak diantaranya sedang berada di sini. Tamu yang diundang adalah dari kalangan bisnis keluarga besar Ferragamo yang telah dipilih secara cermat.
Keluarga Ferragamo merasa Sylvia Sanders dapat menjadi bagian dari keluarga besar mereka. Ayah Sylvia yang mereka kenal adalah owner Burberry International. Memiliki reputasi sebagai kasino terbaik di Las Vegas.Sylvia sebenarnya saat ini lebih memprioritaskan putri yang saat ini ia rindukan. Ia berusaha menata hati untuk menerima takdir diselingkuhi suaminya. Sylvia bertekat membuka lembaran hidup yang baru. Suri akan ia perjuangkan. Ia akan berusaha merebut putri terkasihnya itu dari tangan suami yang telah mencampakkannya.
Dari mertua yang selalu mencercanya. Cukup sudah rasa sakit menderanya. Ia tidak akan kembali menoreh luka lama dengan mengemis cinta mantan suami yang ia tahu telah menikahi putri rekan bisnis keluarga mereka. Dengan segera ia akan melewati itu semua. Kisah kebersamaan mereka memang berawal dari suatu ketidak sengajaan.Ketika suatu pagi setelah acara pesta lajang sepupunya, Deborah, di Vegas, Sylvia Sanders terbangun dalam keadaan sakit kepala berat akibat mabuk. Lebih buruknya lagi, ia berada di sebuah penthouse orang tidak dikenalnya. Ternyata ia minum martini bersama lelaki bernama Reynold. Ia pergi bersamanya dan menikah dalam waktu semalam!
Sylvia telah bercinta dengan orang asing. Seseorang yang pertemuannya pun hanya diingatnya samar-samar. Dan kemudian ... dia telah menikahi pria itu.
Di saat tersadar, seraya berlutut, ia muntah habis-habisan. Sampai ia tetap bertahan dengan perkawinan semu demi sebuah kehidupan yang hadir diantara mereka.Awal yang tidak baik, untuk akhir yang tidak baik pula!
Kini keluarga Ferragamo telah menerima Sylvia yang bersetatus pernah menikah untuk putra kebanggaan mereka. Dengan kondisi ia bukan lagi seorang lajang, tawaran yang ia dapatkan ini mungkin kesempatan terbaik bagi dirinya, seorang wanita yang telah disia-siakan suami.
Setelah melalui perenungan tidak sebantar, akhirnya ia memutuskan.
“Tentu saja, Mrs. Waters. Aku akan menemaninya.”
“Terimakasih, Sayang.” Ia menatap Sylvia dengan wajah berseri-seri.
Masih tersisa pertanyaan mengganjal di hati Sylvia. Tapi ia tetap menuju tenda teh menemui Sky Ferragamo yang telah menunggunya. Sambil mempersiapkan teh yang kemudian ia berikan kepada pria di hadapannya, Sylvia masih melamunkan.
Kenapa Sky Ferragamo ingin menikahinya? Pria ini bisa memilih banyak wanita cantik lain yang masih lajang, banyak diantaranya hadir di pesta kebun ini, yang dengan senang hati akan menikahi Ferragamo karena kedudukan, kekayaan dan kekuasaan untuk menjadi istri seorang CEO. Benar, lelaki ini telah menabraknya dan membuat ia tak sadarkan diri selama hampir enam bulan. Tapi Sylvialah yang sengaja menabrakkan diri, ia menyetir ugal-ugalan saat mengetahui perselingkuhan suami dengan saudari sepupunya.Sylvia menarik napas, mengerahkan tekadnya. “Mr. Ferragamo, aku…” jawab Sylvia saat lelaki itu menunggu jawaban atas lamarannya.
Lelaki didepannya mendongak memandang pada Sylvia. Dan ketika pria itu melakukannya, Sylvia melihat wajah Ferragamo berubah menjadi sangat pucat. Pipinya bahkan tampak sedikit hijau dengan janggal, dan napas lelaki berusia tiga puluh delapan tahun itu tampak tersengal.
“Apakah kau baik-baik saja, Mr. Ferragamo? Mungkin sebaiknya kita keluar mencari udara segar.”
Jika Sky memakan sesuatu yang tidak cocok dengan perutnya, ini akan menghentikan lamaran yang terasa kikuk ini. Sylvia meraih lengan Ferragamo, siap membimbing pria itu keluar dan menyerahkan untuk diurus nyonya rumah mereka.
“Syl---” Ferragamo harus berhenti untuk menarik napas. Dia terbatuk, terhuyung-huyung, dan terbatuk lagi.
Sylvia mulai cemas. “Keluarlah bersamaku, Mr. Ferragamo. Kita akan membawamu ke rumah, di tempat kau bisa beristirahat.”
Ferragamo berusaha menarik napas lagi. Matanya terbelalak saat udara tertahan darinya, ia menjatuhkan cangkir tehnya ke atas rumput. Pria itu terkulai bersandar pada Sylvia, matanya membelalak dengan mulut ternganga. Dadanya berusaha menarik napas, tapi tidak ada udara yang bergerak dari dalam tubuhnya.
“Tinggal beberapa langkah lagi,” kata Sylvia, sembari berusaha membantu Ferragamo. “Kau akan baik-baik saja.”
Ferragamo mengambil satu langkah lagi sebelum sempoyongan dan terjatuh dengan berat ke sisi tubuh Sylvia.
“Mr. Ferragamo!”
Sylvia tak sanggup lagi menahan tubuh pria itu. Ferragamo terjatuh menelungkup ke tanah. Sylvia segera berlutut di sebelahnya. Wajah Ferragamo seluruhnya berubah menjadi kelabu. Tarikan napas serak dan keras sekaligus menyakitkan terdengar dari mulutnya.
Batin Sylvia dipenuhi kepanikan atas kejadian tiba-tiba yang mengejutkan ini. Sebelumnya lelaki ini tidak memperlihatkan keanehan, Sky Ferragamo yang ia tahu dalam kondisi sehat dan bugar.
Dokter.
Sylvia harus memanggil seorang dokter. Ia tahu, ada seorang dokter yang turut hadir di pesta ini.Sylvia segera berlari. Ia melihat le sekeliling tamu sambil berusaha mencari Sir Richard, dokter kenalan Ferragamo.
Ia menemukan pria itu sedang berbicara dengan Nancy, kakak Ferragamo, bersama salah satu teman Ferragamo lainnya. Keduanya tersenyum menolehnya yang terengah-engah mendatangi mereka. Tapi seketika senyum Nancy itu menghilang, sang kakak menatapnya dengan cemas.
“Sayang, ada apa?”
“Ferragamo … di tenda teh. Dia tiba-tiba jatuh sakit dan ambruk. Tolonglah Sir Richard. Dia membutuhkanmu.”
Tak menunggu lama, dokter itu berlari memenuhi permintaam Sylvia. “Ada apa dengan Sky?”
“Kumohon, kau harus bergegas. Kurasa ia mengalami kejang. Dia tidak bisa bernapas.”
Mereka tiba di tenda teh itu, Nancy dan beberapa tamu mengikuti, mereka menampakkan wajah bingung dengan kejadian yang baru terjadi.
Sir Richard memperlihatkan rasa cemas ketika melihat Ferragamo yang tidak bergerak sama sekali. Dokter itu berlutut dan memeriksa, mengecek denyut nadi dan detak jantungnya, kemudian mencondongkan diri ke bawah dan mengendus mulut Ferragamo.
Dokter itu dengan perlahan menutup mata pria lemas di depannya yang membelalak sebelum dia bangkir berdiri. “Sky Ferragamo meninggal dunia.” Wajahnya tampak muram. “Tidak ada yang bisa kulakukan untuknya. Panggil polisi, Mrs. Nancy Ferragamo. Adikmu tampaknya sudah diracuni.”
Sang dokter memandang Sylvia Sanders ketika mengatakan itu, tatapannya menuduh itu seolah menusuk ke dalam jantung Sylvia.
102.Wilman Larue menopang kepala dengan tangan. Meski sudah gelap berjam-jam lalu, ia tak berusaha menyalakan lampu di sampingnya. Meja besar yang ia buat bertahun-tahun lalu tak memberinya kepuasan sedikit pun. Kursi kulit nyaman yang diberikan Caren padanya setelah mereka menghasilkan sejuta mereka yang pertama tak menawarkan kelegaan bagi tubuhnya yang letih. Hatinya hancur, tekadnya nyaris lenyap. Putra sulungnya meninggal dan putra bungsunya yang menjadi penyebabnya.Anthoni telah membawa wanita keji itu ke dalam rumah mereka. la makan makanan mereka, tidur di bawah atap mereka, diperlakukan dengan sangat terhormat. Mereka berniat untuk menyambutnya ke dalam keluarga mereka yang penuh kasih sayang dan akrab. Wanita itu bukan hanya mengkhianati mereka, ia hampir menghancurkan dan menghina kebaikan serta kemurahan hati mereka.Menculik putri Sebastian Clement dari hadapan mereka rnenjadi penghinaan tambahan. Pada akhirnya gadisItu dikembalikan ke keluarganya. Mereka telah menempa
"Claire Dannes, adalah Yvonne Donnatella Ferguson. Kau sudah menikah dengan Andi Johnson selama tiga tahun. Kau dua puluh tiga tahun... Andi jauh lebih tua darimu. Kau adalah istri ketiganya,” ujar Marcel MacDower.”Grissham, Andi Johnson pebisnis sukses berusia empat puluh lima tahun dari Atlanta, Georgia. Kau habiskan sebagian besar hidupmu dalam industri plastik. Emma, istri pertamamu, meninggal saat melahirkan... Bayinya juga tak selamat. Istri keduamu, Leigh, meninggalkanmu setelah menikah setahun. la sekarang tinggal di Montana dengan suami dan dua anaknya.”"Kau bertemu Yvonne di sebuah pusat perbelanjaan... Kau sedang membeli parfum untuk wanita simpananmu. Kau mengajaknya kencan dan tiga minggu kemudian menikah di Vegas. Kau mencintainya, tapi memperlakukannya seperti anak kecil.”"Claire, Yvonne tumbuh dalam latar belakang yang tak stabil. Ibu dan ayahnya sama-sama suka menyiksa dan pemabuk, Ia tak pernah punya seseorang yang benar-benar mencintainya, gadis malang. Yvonne m
Insting Daren Grissham memberitahunya mereka lebih dari sekedar atasan dan bawahan, seperti yang diklaim Claire...Marcel McDower mencondongkan tubuh ke depan. "Clair lelah. Tugas terakhirnya benar-benar menguras tenaga. Aku bisa maklum jika ia menghindar. Itu bagian dari penyamarannya. Tapi ketakutan dan gugup bukan gayanya. Berikan ia beberapa hari, ia akan berubah."Grissham menatap McDower tajam. Pria ini sulit sekali dibaca. "Aku bisa menyesuaikan diri, tapi aku mulai bertanya-tanya seberapa hebat Ms. Claire sebenarnya.”"Claire yang terbaik, sesuatu yang akan segera kau sadari. Mungkin kau hanya perlu bersikap lebih memesona.”Persis seperti yang Grissham katakan pada diri sendiri tadi. Mungkin ia bisa sedikit berlatih. Ms. Claire yang cantik dan eksklusif menjadi target yang bagus.“Pesona? Aku tidak ada masalah dengan itu."McDower bangkit; merenggangkan tubuh, ia menguap lebar. “Nah, latihlah pesonamu dan aku akan memastikan itu akan membuat dirinya lebih ramah." la melirik
Claire menggeleng. Ia sedikit resah, karena telah mengarahkan pembicaraan mereka ke arah yang personal. Ia perlu mengembalikannya ke topik semula. "Sejauh ini, apa pendapatmu tentang WnR?"Meski Daren Grissham mengangkat sebelah alis tanda ia memaklumi pengalihan Claire pada topik pembicaraan mereka, ia menjawab datar, "WnR? Reputasi hebat, rekor kesuksesan mencengangkan, namun apakah kalian bisa menolongku, masih harus dibuktikan.""Ah ya. Marcel memberitahuku tentang permintaanmu.”"Benarkah? Kenapa ia memberitahumu?"Claire mengangkat bahu. "Aku punya koneksi yang mungkin bisa membantu." Mata Claire melebar sedikit. "Kau tak menyukainya?""Bukan, hanya terkejut. "Kupikir Marcel akan menanganinya sendiri.”"Mungkin ia akan melakukannya, tapi tentu saja aku bisa membantu.”Tapi untuk saat ini, ia masih belum menemukan kalimat yang tepat, analisa yang meyakinkan, semacam hari-hari terakhir kehidupan Sylvia Sanders. Sylvia Sanders sudah meninggal. Tak ada yang boleh menyangkal tentang
Senyum dingin yang melekukkan bibir Claire serta gaya acuh tak acuhnya saat bersandar ke kursi memberitahu Grissham bahwa Claire keberatan dengan pertanyaan itu. "Kisah hidupku akan membuatmu bosan.”"Aku sangat meragukannya." Grissham mendongak saat pelayan mendekat. "Bagaimana jika kita memesan lalu kita lihat apa aku akan bosan."Pandangan yang ditujukan Claire padanya terkesan biasa-biasa saja, tapi Grissham merasa ia telah membuat wanita ini tak nyaman.Setelah pelayan pergi, Grissham mengarahkan pandangan yang diharapkannya bersahabat, tanpa permusuhan. "Bagaimana jika aku duluan?"Mata Claire melirik turun ke meja sembari menyesap anggurnya. "Aku dibesarkan di Vegas dan dibesarkan di Belanda. Kurasa aku pernah menyinggung itu ketika kita pertama bertemu. Lulus dari University of Utrecht. Meneruskan usaha milik ayahku, sampai akhirnya aku mendaftarkan diri sebagai Agen FBI."Meski setiap insting memperingatkannya, Claire bersandar ke kursi, tertarik. la tak ingin datang ke sini
"Itu ide bagus," dusta Claire Dannes lancar.Kilat nakal dan menghargai berkilau dalam mata Daren Grissham saat ia mengangguk setuju. "Kita bisa makan siang bersama, jika itu bukan masalah bagi suamimu.”Sebelum Claire menjawab, Marcel menaikkan alis dan bertanya, "Suami?”Claire memaksakan senyum tipis. "Ketika sebelumnya bertemu Mr. Grissham, ia minta bertemu denganku. Karena aku sedang makan siang bersama Anthoni, aku terpaksa berbohong dan menolak dengan alasan sudah menikah."Marcel berdiri, sepertinya tak sabar lagi supaya mereka segera mulai. "Baiklah, nikmati makan siang kalian. Aku akan…”"Sayangnya aku harus kembali menolak. Ada beberapa hal terkait tugas terakhirku yang perlu kubahas dengan Marcel." Claire menoleh pada Grissham. "Mungkin kita bisa makan malam bersama malam ini. Sekitar pukul enam tiga puluh di Le Mirage."Grissham mengamatinya sesaat, lalu mengangguk."Sampai ketemu di sana." Setelah menjabat tangan Marcel, ia keluar.Marcel berdiri di depan pintu terbuka me