Share

Istri jelekku
Istri jelekku
Penulis: Silviarita

Berliana

Perkenalkan namaku Berliana, kedua orang tuaku sangat menyayangi dan memanjakanku, mengiat aku anak tunggal mereka satu-satunya, kemauanku selalu mereka turuti, terutama soal makanan kesukaan. Sehingga aku menjadi gadis yang mempunyai berat badan berlebih, semula aku tidak mempermasalahkan nya, namun seiring berjalanya waktu dimana aku yang sudah beranjak remaja, mulai kewalahan dengan bentuk tubuh yang tidak bisa kembali normal layaknya gadis-gadis lain yang memiliki bentuk tubuh yang sangat sangat ideal.

Aku sering diejek, apalagi mataku yang minus sehingga aku harus mengunakan kaca Mata tebal, membuat penampilanku bertambah buruk di mata mereka. Aku hampir tidak memiliki teman dan rasa percaya diri lagi.

Gigi-gigi yang tidak rata, mengharuskan aku mengunakan behel, tidak ada yang menarik dan dapat dibanggakan dari bentuk tubuhku, bahkan orang malas memandang diriku lebih lama, ataupun melirik dua kali ke arahku, bahkan dengan sindiran pedas mereka mengatakan jika matanya sakit melihat diriku. Menyedihkan, tapi itulah kenyataan pahit yang harus aku terima.

Namun keberuntungan seakan berpihak pada garis hidupku, ketika perusahaan papaku semakin maju pesat. Usaha yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit itu menjadi usaha terbesar didaerahku.

Sehingga orang-orang yang mengenali keluargaku, berusaha untuk mendekati dan ada yang ingin berteman denganku, tapi mereka tidak tulus, mendekati hanya untuk memanfaatkan kekayaan gadis polos seperti diriku, jika aku tidak memberikan apa permintaan mereka, dia akan menjauhi ku.

Awal cerita hidupku,

“Papa, hari ini Berli ikut ke pabrik ya.”

“Tumben minta ikut papa, biasanya paling malas diajak ke pabrik apa lagi melihat perkebunan kelapa sawit kita yang luas.”

“Ngak tahu pa, tiba-tiba saja Berli ingin ikut papa.” jawabku spontan.

“Bagus juga jika kamu sering-sering ikut papa, mengingat kamu anak kami satu-satunya, penerus papa untuk memimpin pabrik dan perkebunan kita nanti nya.” Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan papa, dan ikut masuk ke mobil nya.

Sepanjang perjalanan, kami melewati perkebunan kelapa sawit milik kami yang lumayan luas, selain itu papa juga membeli hasil kebun sawit milik masyarakat sekitarnya untuk diolah di pabrik pengolahan milik kami.

“Tampan nya.”

Gumamku tanpa sadar saat mobil kami berpapasan dengan sepeda motor butut yang dikendarai seorang pria tampan. Yang sedang memboncengi bapak-bapak.

“Pa, mereka siapa?”

“Mereka itu buruh yang bekerja diperkebunan kita, namanya pak Karyo dan anaknya, kalau tidak salah namanya Devan.” Terang papa menjelaskan.

“Devan.”

Aku mengulangi menyebut nama Pria tampan itu dalam hati sambil tersenyum manis, memperhatikan mereka melalui kaca spion mobil yang terus berjalan.

Sampai dipabrik aku lebih banyak menghabiskan waktu bersantai diruangan kerja papa, namun pikiranku kembali teringat laki-laki tampan yang bernama Devan itu, sambil tersenyum sendiri membayangkan jika seandainya bisa bersanding dengannya, meskipun itu mustahil tapi tidak ada salahnya jika aku berharap lebih.

Hari-hariku lalui dan sering dibayangi wajah tampan Devan, aku sengaja sering-sering berkunjung ke pabrik agar bisa memperhatikannya secara diam-diam.

“Kenapa denganku, apa aku sudah jatuh cinta?”

Berbagai pertanyaan berkecamuk, pagi yang cerah ini aku kembali ikut dengan papa, berharap bisa bertemu dan melihat Devan kembali yang sudah menarik seluruh perhatianku.

Devan yang merupakan anak dari karyawan biasa pabrik pengolahan minyak kelapa sawit, sudah membuatku benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama. aku akan menjadi resah gulana jika tidak melihat Devan.

“Kenapa pria tampan itu tidak pernah muncul lagi? Bagaimana ini, aku ingin sekali melihat wajahnya kembali.” Gumam Berliana melamun di taman depan kantor perusahaan nya.

Tiba-tiba senyum mengembang di bibirnya, begitu melihat Devan yang kembali mengantarkan ayahnya dengan motor butut nya.

Dengan ramah Berliana menyapa, Devan yang semula cuek dan mengabaikan nya langsung berubah ketika ayahnya membisikkan jika Berliana anak dari pemilik perusahaan tempat mereka bekerja.

“Non Berlian, pa kabar.”

“Baik pak.” Balas Berlian sambil melirik kearah Devan.

“Non Berli, Perkenalkan ini anak bapak. Namanya Devan.”

Berliana dengan senyum ramah dan rendah hatinya mengulurkan sebelah tangan kanannya kearah Devan.

"Berlina."

"Devan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status