Bayan dan Raka telah resmi keluar dari penjara. Mereka pun segera merayakannya dengan makan besar di rumah Keluarga Bayan. Suasana di rumah keluarga Bayan pun menjadi begitu ramai dan semarak. Semua orang bersuka cita atas bebasnya dua cucu paling dewasa dalam keluarga.Berkumpulnya keluarga ini bukan hanya untuk menunjukkan rasa syukur mereka terhadap bebasnya Bayan dan Raka. Namun juga sebagai bentuk doa agar Raka dapat menjalankan tugas dengan baik di perbatasan nanti. Mengingat perbatasan merupakan tempat paling rawan terjadinya serangan dan perang. Walaupun mereka yakin Raka akan baik-baik saja, tetap saja mereka khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak terduga.Bayan pun memeluk sepupunya dengan perasaan enggan."Raka, aku harap kamu tidak mati di perbatasan. Kalau kamu sampai mati, maka hilang sudah orang waras di rumah ini." ucap Bayan mengeluh.Mendengar keluhan anaknya, Gada pun langsung memukul kepala Bayan dengan keras. Ia sebagai salah satu penghuni rumah ini pun langsung
Bayan menatap ke arah kiri dan kanan dengan tatapan yang begitu teliti, sambil memasang pendengaran nya setajam mungkin. Setelah memastikan bahwa semua orang telah kembali ke kediaman masing-masing, akhirnya Bayan dapat bernafas lega. Ia pun tersenyum kecil dan masuk ke kamarnya kembali.Suasana rumah yang begitu ramai sebelumnya, sekarang menjadi begitu hening dan sepi. Hanya ada suara binatang malam yang menyertai malam mereka saat ini.Bayan menatap wajah istrinya yang terlihat begitu cantik dengan cahaya api yang menyala. Wajahnya yang putih terlihat bersinar dan matanya berkilauan. Selama ada di penjara, Bayan merasa begitu merindukan istrinya yang begitu cantik ini. Jujur saja, ia merasa gerah melihat Raka setiap hari. Selain Raka yang terlalu religius hingga selalu berdoa sepanjang malam, ia juga malas bersama Raka karena Raka sibuk memuji kakak iparnya.Sekarang hanya tinggal mereka berdua di ruangan ini. Hanya ada Bayan dan Ayudisha. Tentu saja tidak ada yang bisa dilakukan
Semua anggota keluarga menjadi begitu antusias dan bahagia. Mereka berharap cucu pertama dalam keluarga ini terlahir sehat dan kuat. Hanya saja kehamilan Ayudisha masih terlalu muda untuk disiarkan pada orang lain. Hal ini dikarenakan ada mitos dan tradisi dalam keluarga mereka untuk merahasiakan kehamilan sebelum berumur 3 bulan. Apalagi ketika umur anak itu masih di bawah 3 bulan dianggap rentan keguguran. Sehingga keluarga akan berusaha keras untuk menjaga serta melakukan yang terbaik agar bayi dapat terlahir dengan selamat.Keluarga Bayan pun telah melakukan kesepakatan bersama untuk menjaga Ayudisha. Serta memberikan makanan-makanan terbaik untuk wanita itu. Selain keluarga Bayan, keluarga Amor pun merasa begitu bahagia saat mendengar Putri mereka akan memiliki seorang anak.Amor telah mengirim surat malam itu juga untuk kedua orang tuanya. Ia ingin mengabarkan bahwa cucu pertama dalam keluarga mereka sebentar lagi akan lahir. Hal itu membuat Amor tak lagi kesal pada adik iparnya
Ayudisha terus menatap perutnya yang masih datar dengan perasaan linglung dan tak percaya. Selama dua kehidupan, ini adalah pertama kalinya ia merasakan menjadi seorang ibu. Ini rasanya seperti mimpi indah yang telah dilapisi oleh madu yang sangat manis.Sejak semalam ia hanya menutup matanya tapi tak kunjung juga tertidur terlelap. Ia masih tak percaya keajaiban benar-benar datang padanya. Ia ingat ketika menikah bersama Tanjung selama puluhan tahun, tak ada satupun anak yang lahir di antara mereka. Sedangkan saat bersama Bayan, dengan rentang waktu pernikahan yang begitu singkat, mereka akan memiliki seorang anak yang akan lahir tak lama lagi.'apakah ini benar-benar nyata?''apakah ini bukan mimpi?''apakah aku benar-benar akan menjadi seorang ibu?'Pertanyaan-pertanyaan itu terus terngiang dalam pikirannya. Seolah menghantui setiap sendi dalam hidup Ayudisha. Terkadang Ayudisha akan menampar atau mencubit dirinya sendiri untuk memastikan bahwa rasa sakit itu benar-benar ada. Sehin
Ayudisha tersenyum bahagia, selama beberapa hari ini ia mendapatkan semua hal yang ia mau. Bayan akan langsung mengabulkan semua permintaannya dengan senang hati. Bahkan laki-laki itu terlihat begitu bahagia saat melakukannya."Apa lagi yang kamu inginkan, ayo sebutkan. Aku akan mengabulkannya untukmu."Melihat antusiasme Bayan, ayu pun berusaha mencari sesuatu yang benar-benar ia inginkan. Terkadang momen semacam ini memang sering dimanfaatkan untuk meminta sesuatu yang tak pernah didapatkan ketika masih gadis. Dengan alasan hamil dan ngidam maka suami dengan senang hati memaklumi semua permintaannya."Aku ingin memeluk Raka!"Mendengar permintaan istrinya, Bayan langsung terdiam. Ia menggelengkan kepalanya dengan keras."Tidak, tidak boleh. Yang lain!""Sian?""Apalagi yang itu.""Kalau begitu bolehkah aku memelukmu?" ucap Ayudisha lembut.'tidak! Istriku semakin hari semakin pandai merayu. Aku tak bisa mengimbanginya'Telinga Bayan langsung memerah. Ia merasa telah kembali lagi saa
"Kapan kamu akan pergi?" ucap Bayan malas."Kenapa kakak berbicara seolah-olah kakak tidak senang melihatku di rumah. Sepertinya kakak berharap aku cepat-cepat pergi ke perbatasan."Bayan pun memutar matanya dengan bosan. Ia lelah melihat Raka yang tak kunjung pergi juga. Apalagi saat ini Bayan ingin segera membawa Ayudisha masuk ke kamar dan beristirahat. Ia ingin Ayudisha dapat istirahat dengan cukup dan sehat secara lahir batin, agar saat anaknya berumur 3 bulan nanti ia dapat berolahraga tanpa rasa was-was."Kamu telah berpamitan selama hampir 5 jam dan kamu masih belum berangkat juga. Kamu tak melihat istriku sudah terlihat lelah dan pucat, aku ingin membawanya segera masuk ke kamar dan beristirahat.""Ck, bilang saja kakak ingin bermesraan di kamar dengan kakak ipar.""Memang!" ucap Bayan tak menyangkal. "Kamu saja yang tidak peka, sejak tadi aku memberimu kode untuk cepat pergi tapi hingga sekarang tidak pergi-pergi juga."Mendengar hal itu Raka merasa sedih, ia sudah tidak men
Sepanjang perjalanan hampir semua orang menatap ke arah Amor dengan tatapan takjub dan mengagumi. Raka mungkin terlihat tampan dan menarik, tapi pesona Amor begitu mematikan hampir mirip dengan adiknya Ayudisha. Apalagi Amor merupakan orang yang sangat jarang terlihat oleh masyarakat di Malaka. Hal ini dikarenakan Amor terlalu sering pergi berlayar keluar pulau.Raka pun melihat Amor dengan tatapan heran. Menurutnya Amor memang luar biasa, tapi sikap orang-orang di sekelilingnya tentu saja membuat tidak nyaman. Apalagi dengan wajah seperti itu, kemanapun ia melangkah akan diperhatikan oleh orang lain."Apakah kakak Amor tidak merasa risih dengan tatapan orang-orang yang menatap kemanapun kakak Amor pergi?"Mendengar hal itu Amor pun tersenyum singkat. Ia menepuk bahu Raka dengan begitu santai."Aku terlahir tampan dan berpenampilan menarik, jadi wajar saja jika orang-orang melihatku dengan tatapan kagum. Sebagai orang tampan aku sudah terbiasa dilihat oleh orang banyak."Kalimat itu t
Menghilangnya Amor dan Raka tak membuat Bayan merasa senang. Karena selain dua orang itu, ada beberapa orang lagi yang terus memonopoli istrinya. Orang-orang tersebut tak lain dan tak bukan adalah ayah dan para sepupunya. Hal itu membuat Bayan merasa jengah dan ingin membawa istrinya pergi dari rumah.Tuan Gada menyadari bahwa anaknya sedang marah padanya. Akan tetapi ia tak peduli karena sudah terbiasa melihat wajah marah Bayan. Baginya Bayan tak lebih penting dari menantu dan calon cucunya."Ayu, makanlah madu ini. Ini adalah madu pegunungan dengan banyak khasiat, salah satunya mengurangi rasa mual pada ibu hamil." ucap Tuan Gada antusias."Aku juga membawa hati Rusa yang telah digoreng. Aku dengar kakak ipar suka makan hati Rusa, jadi aku langsung menggorengnya untuk kakak." ucap Sian.Hampir semua orang yang ada di rumah ini memanjakan Ayudisha dengan membabi buta. Tentu saja hal itu membuat Bayan senang dan menganggap keluarganya begitu perhatian. Namun setelah beberapa hari ia p