Ayudisha tersenyum pada Bayan. Ia ingin mengatakan pada laki-laki itu bahwa ia baik-baik saja. Memar di wajahnya sedikit memudar dan rasa sakit yang ada tubuhnya sudah mereda. Hal tersebut membuat Bayan merasa lega dan juga ikut tersenyum."Ayo kita pulang.""Ya."Kereta telah disiapkan sebelumnya. Tuan Gili telah mengirim surat untuk Amor dan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi sepanjang malam. Hal tersebut membuat Amor mengirimkan banyak prajurit istana dan sebuah kereta untuk Ayudisha. Kereta tersebut merupakan kereta ternyaman dan tebaik yang ada di kerajaan Malaka. Sehingga Ayudisha dapat beristirahat di dalamnya. Bayan menggenggam tangan Ayudisha dan menggendongnya untuk naik ke atas kereta. Tak lupa ia menyiapkan selimut serta bantal agar Ayudisha dapat tidur di dalam. Serta sebuah kain tipis untuk menutupi wajah Ayudisha yang terluka."Pelan-pelan." ucap Bayan lembut.Di dalam kereta, Ayudisha ditemani oleh ayahnya. Laki-laki paruh baya itu terus mendampingi Ayudisha, bahk
"Yang Mulia, silahkan bersiap."Amor kini berdiri di depan kaca tembaga dengan tegak dan berwibawa. Para pelayan pun langsung datang menghampirinya sambil membawa jubah khusus dan mahkota untuk Amor. Kali ini untuk pertama kalinya ia akan tampil di hadapan rakyat sebagai seorang raja.Ayudisha yang duduk di belakangnya terus tersenyum saat melihat Amor yang kini menjadi seorang raja."Kakak terlihat sangat tampan.""Benarkah?"Ayudisha langsung mengangguk, hal tersebut menimbulkan pemikiran jail yang dimiliki oleh Amor muncul."Lebih tampan siapa, aku atau suamimu?"Mendengar hal itu Ayudisha langsung terdiam, ia menatap suaminya yang berdiri tidak jauh darinya sesekali lalu tersenyum maklum. Hal tersebut membuat wajah Bayan langsung tertekuk, ia tidak rela mendengar Ayudisha memuji ketampanan orang lain yang lebih baik darinya bahkan jika itu kakaknya sendiri.Amor pun langsung tersenyum dan mendekat ke arah Ayudisha."Baiklah, baiklah. Di matamu Bayan lah yang paling tampan. Sekaran
Bayan menatap makanan yang beraneka ragam di depannya. Hal tersebut membuat Bayan menelan ludah dengan susah payah. Ia terlahir dari kalangan orang yang sangat kaya, akan tetapi keluarganya adalah keluarga militer sehingga jarang untuk mereka memanjakan anak-anaknya, apalagi soal makanan. Mereka telah dilatih untuk disiplin dan hidup secara sederhana sejak dini. Akan tetapi istana memiliki pola yang berbeda, tempat ini dipenuhi oleh kemanjaan duniawi yang begitu luar biasa. Makanan beraneka ragam, tempat tinggal yang begitu nyaman dan pakaian yang begitu mewah."Pantas saja Bajingan Badra itu betah tinggal di istana. Tempat ini begitu nyaman untuk ditinggali."Ayudisha yang mendengar keluhan Bayan hanya mampu tersenyum. Ia mengambil piring dan menyendok nasi yang banyak dan menaruh beberapa lauk daging, setelah itu ia menyerahkannya ke arah Bayan."Kalau kamu suka tempat ini, aku bisa mengatakan pada Kakak Amor agar kita bisa tinggal disini mulai sekarang."Mendengar hal itu Bayan lan
"Raja Malaka telah berganti, lalu apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"Semua Raja di setiap sudut Mirah Adhi kini telah mengetahui bahwa Malaka telah berganti kepimpinan. Malaka tak lagi dipimpin oleh Badra yang terkenal bodoh dan mudah dimanipulasi. Sekarang Malaka telah dipimpin oleh Amor, yang mana reputasi laki-laki itu bisa dikatakan tangguh. Semua orang menimbang-nimbang apakah Amor akan sama seperti Raja Senggrala yang berambisi memperluas wilayah atau tidak. Jika memang begitu maka kerajaan di sampingnya harus bersiap-siap untuk memperketat wilayah perbatasan. Akan tetapi hingga kini belum ada berita bahwa Raja Amor akan melakukan peperangan pada kerajaan lain."Raja Malaka yang baru bukan seseorang yang bisa kita remehkan. Dia menguasai kerajaan dan menggulingkan raja sebelumnya dalam waktu satu malam. Itu membuktikan bahwa dia pantas untuk menduduki tahta."Mendengar suara penasihatnya, Raja Senggrala pun memasang wajah kesal. Ia telah menyusun banyak rencana untuk menj
Pemandangan laut terlihat begitu jelas di area bukit. Banyak pohon yang rindang dan suara burung yang berburu untuk mencari ikan. Raka menikmati pemandangan itu sambil membuka buku tebal miliknya. Buku itu diberikan oleh Amor untuknya saat mulai berangkat ke perbatasan. Ahh, tidak. Ia harusnya tak bisa lagi memanggil nama Amor sesuka hati, karena laki-laki itu telah menjadi Raja nya saat ini."Yang Mulia Amor. Hmm terdengar sangat luar biasa."Raka mengagumi laki-laki itu sebagai seseorang yang memiliki pemikiran yang luas dan bijaksana. Bahkan saat Raka membaca buku yang diberikan Amor padanya, ia semakin mengagumi laki-laki itu tentang seleranya dalam sastra. Sebagai seseorang yang lebih gemar membaca daripada berkelahi, Raka merasa bahwa ia merasa lebih mirip dengan Amor dibandingkan Bayan kakaknya sendiri."Oi kutu buku! Aku dengar kakakmu sebentar lagi akan dinobatkan sebagai seorang Patih Muda."Raka pun langsung menoleh dan menutup buku miliknya untuk sementara. Julukan 'kutu b
Kehilangan sosok ayah membuat Jarka harus bergantung pada ibunya, hanya saja sang ibu saat ini masih sibuk menangis meratapi kepergian sang suami. Hingga ia terlupa bahwa ada anak yang perlu ia perhatikan. Jarka memandang ibunya dari kejauhan lalu menatap ke arah kakeknya dengan tatapan heran."Kakek, sampai kapan ibu akan bersedih?"Mendengar pertanyaan cucunya, Kerta tersenyum kecut. Ia melihat cucunya yang terlihat masih kecil dan harus kehilangan sosok ayah dan mungkin sosok ibu yang mulai berubah dari pandangannya. Ia merasa sedih atas kejadian yang menimpa keluarganya, hanya saja sebagai seorang pemimpin ia harus terlihat lebih tegar dan kuat dari anggota keluarga lainnya."Seseorang yang telah kehilangan pasangannya akan terus bersedih untuk waktu yang lama." "Apakah jika aku menjadi pasangan Sina dan gugur di Medan perang, Sina akan sedih seperti ibu saat kehilanganku?"Mendengar hal itu Kerta langsung kaget. Ia jarang bermain dengan cucunya dan hanya sibuk dalam kemiliteran
Ayudisha membelai seragam Bayan yang baru, seragam itu akan dikenakan Bayan ketika dilantik menjadi Patih Muda. Hal tersebut membuat Ayudisha membayangkan betapa gagahnya Bayan saat mengenakan itu."Sepertinya istriku jauh lebih senang melihatku menjadi Patih muda dibandingkan diriku sendiri."Mendengar hal tersebut, Ayudisha pun langsung tersenyum lebih lebar. Ia bangga memiliki suami seperti Bayan."Kamu pantas mendapatkannya, jika saja Badra tak menghalangi mu saat pemilihan, mungkin kamu sudah menjadi Patih muda sejak lama."Mengingat hal tersebut wajah Bayan pun langsung kesal. "Ya, ini semua gara-gara Badra. Kalau saja dia tidak menghalangi jalanku, aku jadi tidak perlu masuk penjara dan kita tidak perlu melakukannya disana. Dengan begitu aku mungkin bisa mengontrol diri dan kita tidak perlu memiliki anak terlalu dini. Jadi kita bisa menikmati waktu berduaan lebih lama."Mendengar fokus pembicaraan Bayan yang berbeda darinya, Ayudisha pun langsung melempar sendal ke arah Bayan.
"aku ikut!!!"Suara teriakan Bayan terdengar hingga ke seluruh ruangan. Disana terdapat lebih dari 200 prajurit pilihan yang ditunjuk oleh Amor untuk berangkat ke perbatasan. Ia juga melihat adiknya Sian ikut dalam barisan tersebut. Akan tetapi Bayan tidak terlihat puas karena merasa Amor sengaja tidak melibatkan dirinya pada tugas kali ini.Amor menatap Bayan dengan wajah datar. Ia memang tidak ingin melibatkan Bayan karena laki-laki itu akan bertugas menjaga Ayudisha."Kamu tidak boleh ikut, beberapa hari lagi akan ada pelantikan Patih Muda dan Ayudisha akan melahirkan. Kamu akan ditugaskan untuk menjaga istana. Lagipula prajurit-prajurit ini adalah prajurit terbaik yang dimiliki Malaka. Jadi tak perlu khawatir, perbatasan pasti akan kita taklukkan."Bayan mencibir di dalam hatinya, ia tau bahwa perbatasan pasti akan ditaklukkan. Tapi siapa yang akan menjamin bahwa Raka akan kembali dalam keadaan hidup. Jadi ia bertekad untuk pergi ke perbatasan apapun yang terjadi."Aku akan tetap