Share

Bab 9 – Jayden dan Felix?!

“Felix ...!” ringis Valency kesakitan, memberontak kecil dan berusaha melepaskan cengkraman Felix pada pergelangan tangannya yang sangat erat. 

Tangan besar Felix berbanding terbalik dengan pergelangan tangan Valency yang kurus, membuat Valency kesusahan terlepas dari genggaman pria itu. Tenaga mereka tak sebanding. 

“Dari mana saja hah?! Jangan berani bermain-main denganku, Lency! Kamu tahu sendiri akibatnya karena telah membuatku marah,” ancam Felix, matanya menggelap menatap Valency penuh amarah. Genggamannya semakin mengerat seiring dengan emosinya yang meledak-ledak. 

“L-lepaskan tanganku, Lix.” 

Ringisan kesakitan Valency membuat Felix tersadar jika yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan. Sontak tangannya melepaskan cengkraman pada Valency, membuat Valency buru-buru menarik tangannya dan mengelus bekas kemerahan yang terlihat jelas melingkar. 

‘Sial, jika tangannya terluka, dia tidak akan bisa aku manfaatkan mengerjakan desain lagi,’ batin Felix merutuki dirinya. 

Felix kembali menatap nyalang Valency. “Kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan?! Karenamu, perusahaanku hampir merugi dan kehilangan proyek besar!” 

“Aku sibuk belajar beberapa hari ini,” dusta Valency. 

Rahang Felix mengetat. “Apa belajarmu itu lebih penting daripada aku?” tanya Felix sewot. “Buku-bukumu itu bisa menunggu, tapi klienku tidak bisa menunggu!”

Kepala Valency terangkat, menatap Felix. “Aku baru saja menerima info lanjutan mengenai beasiswaku, aku harus mendapatkan nilai sempurna dalam tugas akhir nanti,” ucap Valency beralasan. 

“Kamu terlalu banyak beralasan.”

Amarahnya tak kunjung mereda. Valency bisa melihat itu dari ekspresi Felix sekarang, mulutnya tak kunjung berhenti mengomel dan menyalahkannya, seolah Valency baru saja melakukan kesalahan fatal. 

“Kamu tahu akibat dari perbuatannya kemarin?” tanya Felix, menyudutkan Valency yang sama sekali tak merasa gentar. “Klien pentingku marah besar, bahkan hampir membatalkan kerja sama kami karena belum menerima desain pesanannya hingga hari ini. Dan ini semua karena kesalahanmu!” 

Valency mendengus pelan dalam hati kala mendengar semua omong kosong yang diucapkan oleh Felix. 

‘Sejak kapan pekerjaan perusahaanmu menjadi tanggung jawabku? Aku bahkan tak mendapatkan sepeserpun dari keuntungan perusahaan ini!’ maki Valency dalam hati. 

“Sudahlah, Lix. Tidak ada gunanya terus marah-marah seperti ini. Yang penting sekarang Lency sudah datang.”

Suara yang berasal dari sudut ruangan membuat Valency spontan menoleh, baru sadar jika Cecilia sejak tadi turut menonton drama yang dibuat oleh Felix. 

Cecilia berdiri dan mendekati Valency, mengelus punggung Valency layaknya seorang sahabat yang sedang menenangkannya. 

“Lain kali jangan melakukan hal seperti itu lagi, Lency. Kasihan Felix terus berusaha menghubungimu sejak kemarin,” ucap Cecilia. 

Kening Valency mengernyit bingung sebentar, mempertanyakan kenapa Cecilia tampak begitu tenang bertemu dengannya. Apa gadis itu tidak sadar Valency telah keluar dari asrama?

Detik itu juga, Valency mengetahui jawabannya.

Cecilia pasti belum sempat pulang ke asrama dan terus bermalam di tempat Felix!

“Kamu akan mengerjakannya sekarang kan, Lency?” tanya Cecilia dengan suara yang dibuat lembut dan penuh perhatian.

Valency kembali menatap Felix yang berdiri diam di belakang Cecilia. “Biar aku yang bicara dengan klienmu itu,” 

Mata Felix dan Cecilia membesar.

“Apa? Tidak, tidak. Kamu tidak boleh bertemu dengannya!” tolak Felix cepat.

“Kenapa?” pancing Valency. “Bukankah bertemu dengan klien akan mempercepat proses pembuatan desain?”

“Tidak, bukan seperti itu. Hanya saja ... “ Felix mengulum bibirnya, terdiam sejenak. Otaknya bekerja keras mencari jawaban yang pas. “Hanya saja untuk apa kamu mau bertemu dengan klienku? Tugasmu hanya membuat desain saja, urusan lain biar aku yang urus.”

“Benar kata Felix. Jika kamu meminta bertemu bisa saja akan membuat klien bertambah marah karena pertemuan yang dadakan, dia orang yang sangat sibuk, bos perusahaan besar,” tambah Cecilia ikut membantu. 

“Justru karena membuat desain adalah tugasku, maka aku ingin bertemu dengan klien secara langsung,” ucap Valency. “Aku ingin berdiskusi lebih banyak tentang desain yang mereka inginkan, bukankah itu lebih baik?”

Senyum tipis tersungging di wajah Valency. Dirinya sudah tahu kenapa Felix dan Cecilia bersikeras menghalanginya bertemu klien. 

Tentu saja karena kedua orang itu akan mengenalkan desainnya sebagai desain milik Cecilia!

“Tidak perlu. Kami sudah mencatat detail permintaan mereka dan kamu hanya tinggal membuat desainnya saja.” Felix kembali menolak mentah-mentah permintaan Valency. “Jangan buang-buang waktu lagi dan kerjakan secepatnya, oke Lency?”

Felix ingin mengambil tangan Valency dan mengelusnya, tetapi dengan cepat Valency menghindar dan berjalan mendekati meja kerja Felix. “Baiklah. Mana catatannya? Akan lebih baik jika aku mulai membuat desainnya sekarang.”

Valency mengintip dari sudut matanya, bisa menangkap interaksi Felix dan Cecilia yang saling melempar senyum senang mendengar ucapannya, membuat Valency mendengus. Dia menduduki kursi kerja Felix dan mulai mengerjakan desain sesuai dengan catatan yang diberikan Cecilia dengan santai, tak ingin memberikan desain terbaiknya seperti dulu. 

Berkat kecerdasan otaknya yang kreatif, satu desain kecil menjadi hal yang mudah bagi Valency. Dalam hitungan jam saja dia telah menyelesaikan desain buatannya, yang bahkan biasanya diselesaikan beberapa hari oleh desainer lain. 

“Ini,” pungkasnya. Valency menyerahkan hasil desainnya kepada Felix. “Semua catatan untuk detail pengerjaannya juga ada di sini.” 

Felix yang memeriksa hasil kerja Valency, lalu menganggukkan kepala puas. “Desain milikmu memang yang terbaik, Sayang!” puji Felix sembari mengusap kepala Valency dengan senyum lebar. Dia merasa sangat senang karena sebentar lagi pasti akan mendapat bayaran hasil dari proyek ini. 

Valency yang dipuji hanya memasang senyum palsu. Biasanya pujian Felix akan sangat membuatnya kesenangan sendiri, tetapi kini pujian itu tak lagi berarti apa-apa untuknya. Valency merasa hambar dan malah muak. 

Saat menoleh ke arah lain, matanya tak sengaja melihat raut kesal Cecilia. 

Apa wanita itu cemburu padanya?

Valency tertawa dalam hati.

Apa Cecilia bahkan pantas untuk cemburu ketika dialah kekasih gelap Felix yang sebenarnya?

“Lia,” panggil Valency tiba-tiba, menyentak Cecilia yang merengut diam-diam. 

“Y-ya?” 

“Kapan kamu akan mengembalikan buku desainku?” tanya Valency. “Aku membutuhkannya untuk tugas akhirku.”

Cecilia menjadi gelagapan sendiri. “I-itu ... aku tidak bisa mengembalikannya sekarang. Aku masih membutuhkannya. Bagaimana kalau kukembalikan minggu depan?” tawar Cecilia. 

“Aku sangat membutuhkannya, bagaimana jika kamu mengembalikannya lusa?” ucap Valency sedikit memaksa. 

Cecilia mendekati Valency dan memegang tangannya, matanya menatap memohon pada Valency.

“Ayolah Lency, aku juga sangat membutuhkannya untuk tugasku hingga minggu depan. Kita kan sahabat, jadi tolong bantu sahabatmu ini ya?” rengek Cecilia dengan nada manja, tangannya menggoyang-goyangkan tangan Valency. 

Valency menahan amarah yang menggebu di dadanya. Tugas katanya? Jelas-jelas Cecilia ingin menggunakan informasi dalam buku itu untuk lomba nanti!? Apa wanita itu menganggap Valency bodoh!?

“Ayolah Lency, tugasku sudah hampir selesai, sisa sedikit lagi. Boleh kan?” rengek Cecilia membujuk.

Dengan terus merapal doa agar sabar, Valency pun berkata, “Baiklah, tapi kembalikan segera setelah itu,” putusnya.

Keputusan Valency membuat Cecilia bersorak kegirangan dan langsung memeluknya. Namun itu hanya berlangsung singkat, karena Valency langsung melepaskan pelukan mereka.

“Karena semua tugasku di sini sudah selesai, aku pergi dulu. Aku harus menyelesaikan sebuah desain yang akan aku ikutkan dalam lomba kecil,” pamit Valency. 

“Oke, oke. Hati-hati di jalan,” ucap Felix hambar. Sama sekali tidak peduli dengan Valency setelah mendapatkan yang diinginkan. 

Sedangkan Cecilia, wanita itu sudah kembali sibuk dengan ponselnya.

Dalam diam, Valency meninggalkan ruangan itu. Dari celah pintu yang belum sepenuhnya tertutup, pandangan cerah wanita itu seketika berubah menjadi sangat gelap, seakan siap menyingkirkan dua orang yang tengah tertawa di dalam ruangan tersebut.

**

Tidak terasa, hari lomba pun tiba. Banyak orang-orang di bidang desain perhiasan datang untuk menghadiri acara tersebut, termasuk Valency yang baru saja turun dari mobil. 

Bisa Valency lihat ada banyak wartawan yang meliput acara tersebut. Apalagi perlombaan kali ini mengundang banyak orang-orang penting sebagai juri maupun tamu kehormatan.

Dengan gaun berwarna biru tua yang melekat dengan indah di tubuh rampingnya, kehadiran Valency menarik perhatian beberapa awak media. Mereka dibuat saling bertanya-tanya karena penampilannya yang menakjubkan. 

Valency menarik napas lebih dulu, menormalkan kegugupannya karena sudah lama tidak menghadiri acara seramai ini sebelumnya. ‘Tenang, Valency … kamu pasti bisa.’ Dia mencoba menghibur dirinya sendiri.

Seiring dirinya berjalan dengan percaya diri memasuki aula tempat perlombaan, matanya menyapu setiap sisi aula perlombaan, seakan mencari sesuatu. Hingga akhirnya, pandangan Valency terhenti di area khusus para juri. 

Sosok tegap dan tampan dalam balutan jas formal itu sangat menarik perhatiannya.

Jay …,’ panggil Valency dalam hati.

Tanpa ragu, Valency berjalan mendekati pria tersebut. Namun, semakin jarak antara dirinya dan Jayden terkikis, semakin keruh ekspresi yang ditunjukkan Valency.

Pria yang sedang diajak bicara serius oleh Jayden … bukankah itu … bukankah itu Felix?!

Mata Valency membesar, dia langsung menatap Felix dan Jayden bergantian.

Bagaimana … bagaimana dua pria itu mengenal satu sama lain!?

**

Creative Words

∑(; °Д°) WAH WAH, KEK MANA ITU DUA PRIA KENAL SATU SAMA LAIN? Maksudnya apa yaaa?! Terima kasih untuk kalian yang sudah baca sampai akhir! Kalau kalian suka karya ini, jangan lupa untuk berikan like, vote, dan comment yaa! Biar author tahu tanggapan kalian terhadap karya ini, terima kasih! Buka koinnya ayok untuk menyokong hidup author dan kelanjutan cerita ini (✿◦’ᴗ˘◦)♡ Jangan bilang sudah pakai pulsa, itu untung pulsa ke operator, bukan ke author :") beda walau belakangnya sama-sama 'tor'. Demi sesuap nasi buat authornya ya ges yaaa, muah!

| 12
Komen (7)
goodnovel comment avatar
ej_1007
alur cerita yg bagus..
goodnovel comment avatar
Syakira Ramadani
ayola...thorbikin geratis bacanya....dan dipermuda buka babnya
goodnovel comment avatar
Diana Rasima Hutagalung
lagi asik membaca...terputus......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status