Share

Istri sempurna ciptaan CEO kejam
Istri sempurna ciptaan CEO kejam
Author: Chatrin

Kabar baik dan buruk

Selamat membaca.

"Aku hamil Mas."

Seorang pria rupawan yang sedang meneguk segelas air putih itu pun segera memuntahkan kembali apa yang baru saja ia minum. Lalu menoleh ke arah istrinya.

"Kau, Hamil? Yang benar saja, kakek akan melemparku ke jurang jika sampai ia tahu kalau calon menantu sempurnanya hamil di saat yang, tidak tepat!" bentak Luke Conan, pada dua kalimat terakhirnya.

Pria dengan proporsi tubuh sempurna, cukup untuk membuat wanita manapun bertekuk lutut. Tapi sayang, tidak ada yang berani mendekatinya.

"Gugurkan kandungan itu!"

"Oke."

"Oke?" kini Luke mengeram marah, ia menatap istrinya itu tak percaya. Sebelum tatapannya tertuju pada perut rata yang sengaja dielus-elus oleh Sania Allegra, dengan senyuman tak berarti apapun. "Dia anakku, berani sekali kau setuju begitu saja."

"Bukanlah Mas sendiri yang bilang untuk digugurkan, sejak kapan jadi salahku?"

"Setidaknya bertahanlah, atau lari, menangis mungkin tidak akan membuatku kecewa."

Sania diam. Sebelum 'pft … hahaha' ia tertawa dengan apa yang baru saja ia dengar, demi apapun Sania tidak akan melakukan hal yang akan mempermalukan dirinya sendiri dengan kabur membawa bayi dalam kandungannya.

Melihat istrinya tertawa. Luke tampak pucat, karena yakin kalau Sania tidak main-main dengan kata-katanya barusan.

"Aku hanya bercanda, ber—canda…."

"Nada apa itu?"

"Tren saat ini. Ada di tik tok."

"Apa?"

"Bersyanda, bersyanda…"

Melihat tingkah sang istri membuat Luke mengusap wajahnya kesal, pikirnya Sania benar-benar seperti anak kecil yang kekanak-kanakan. Tapi siapa yang menyangka dibalik sikap bodohnya, wanita itu adalah jenius muda yang hanya tahu tentang uang dan keuntungan pribadi.

"Mas-mas!" Panggil Sania sambil mengakat tangannya, seketika pikiran Luke kembali pada kenyataan. Pria itu kini mengakat satu alisnya ke atas.

Luke menghembuskan nafasnya kasar. "Saya bukan tukang bakso." tegas Luke dengan suara serak yang terdengar romantis ditelinga Sania.

"Lalu apa? Ayahku hmmm?"

Kini Luke mencengkram tangan Sania dengan kuatnya, meski pernikahan ini hanyalah sebuah perjanjian. Percayalah Luke tidak suka saat Sania menggodanya dengan sebutan ayah.

"Awww, sakit Luke. Ma-maaf." Sania menjadi takut.

Karena walau bagaimana pun juga, Luke jauh lebih tua darinya. Berbedaan umur 13 tahun dan status membuat Sania selalu was-was saat bersama dengan Luke, sebab rumor CEO kejam yang beredar itu tidak pernah bohong. Meski Sania sering bercanda dengannya.

Ketika Luke yang melihat Sania kesakitan, dengan segera melepas cengkraman tangannya. Tanpa bicara, Luke mengandeng tangan Sania. Dan Sania pasrah saat tubuhnya terpaksa mengikuti langkah Luke ke arah ruang kerja pria itu.

Disana Luke melepas Sania, lalu menarik laci meja kerjanya. Yang menampakan kotak P3K.

"Luke, aku baik-baik saja."

"Tangan merah begitu, setidaknya oleskan salep."

Luke menyodorkan Salep pada Sania, tapi Sania malah diam saja. Hal itu membuat Luke mengernyitkan dahinya menatap Sania tajam.

"Tanganku sakit, kamu saja yang oleskan."

"Tapi tangan kananmu normal-normal saja."

"Jadi tidak mau membantuku nih."

Marah. Tapi Luke menahan emosinya, yang ingin sekali melempar Sania ke kolam dan merendam tubuh mungil itu semalaman—karena melihat orang lain menderita adalah sebuah kesenangan baginya. Tapi itu tidak berlaku pada Sania.

"Duduk!" titah Luke pada Sania yang murung namun segera menjadi ceria, dengan cepat istrinya itu duduk di sofa lalu mengulurkan tangannya pada Luke dengan senyuman sumringah. Dan Luke menyukai senyuman yang Sania berikan padanya. Katanya dalam hati 'Syukurlah Sania tidak menderita saat bersama dengannya'

"Terima kasih ayah."

"Sania, apa kau ingin aku marah lagi?"

"Tidak."

"Jadi berhentilah memanggilku ayahmu. dan terima layananku. Sebab hanya kamu satu-satunya orang yang bisa membuat seorang Luke melakukan hal-hal 'sepele' seperti ini."

Sania tahu ego Luke. Ia seperti robot, tidak punya hati. Yang bahkan tidak rela mengendong sekertarisnya yang terkilir, dan mengabaikan permintaan tolong dari wanita-wanita jalanan.

Tapi Sania tahu, kalau sebenarnya Luke memiliki hati yang lembut. Pikirannya saja yang tegas. Karena dibalik setiap tindakannya. Ada alasan yang jelas. Dia—Luke tidak suka ada yang mencari pekerjaan dengan mengemis-ngemis, dan menolong orang yang jelas-jelas masih bisa melakukannya sendiri.

Yah walau mereka memang cari perhatian pada Luke, tapi bagi Sania ia sedikit berlebihan dalam berekspresi.

"Ngomong-ngomong Sania, panggilan Mas itu…."

Sania tersenyum. "Tenang saja, Aku akan memanggilmu dengan sebutan itu saat di hadapan kakekmu saja atau di tempat umum." potong Sania.

Luke merasa terluka. "Kau ingin memanggilku dengan sebutan itu?" tanya Luke berharap.

"Memangnya kita sedekat apa? Sampai aku berani memanggilmu dengan sebutan yang akan istri masa depanmu sebutkan, Tuan, Luke Conan?!"

Deg!

Bersambung….

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status