Share

BAB 104. Menyusun Rencana.

Author: Bayang Cermin
last update Last Updated: 2025-06-27 11:13:09

"Hei! Eli! Kenapa kamu kok malah diam aja? Kamu mau ngomong apaan? Karena apa?" suara Delia terdengar menekan.

"Ah, nggak—nggak apa-apa. Mungkin karena Erlan gak denger suara HP nya. Makanya dia gak angkat," Eli mencoba berdalih.

"Coba kasih telepon kamu ke dia, aku mau bicara." ujar Dia memaksa.

"Tapi—tapi Pak Erlannya sekarang udah jauh. Gak mungkin aku lari-larian Del."

"Huurrrrrgh! Kamu itu!" Ujar Delia geram.

"Udah dulu yah Del. Aku lagi beres-beres mau pulang." jawab Eli sambil menutup sambungan teleponnya.

'Sebaiknya aku nggak bicara dulu. Karena ini kan belum jelas. Takut aku salah ngomong, akhirnya jadi fatal.' batinnya. Karena Pak Erlan juga pemilik saham disini sekarang.

Sore itu Erlan pulang ke rumah dengan perasaan yang galau. Ia pulang ke rumah kontrakan yang berukuran kecil. Mencoba menjauh dari Rubia yang sudah menghancurkan hidupnya.

Erlan menghempaskan badannya di kursi tamu, melipat kedua tangannya di belakang kepala. Bayang-bayang wajah, dan tubuh Nesya tidak mau l
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Raya   BAB 108. Gia Di Kantor

    Sebuah amplop putih bertuliskan tangan, yang sudah dikenalnya. Erlan, mantan suaminya. Pria yang pernah ia cintai dan pernah mengisi hari-harinya dengan tawa bahagia, namun bertabur luka. Tangan Nadine bergetar membuka amplop putih itu. Amplop yang sudah lama menunggu dibaca. Namun baru kali ini Nadin ingin membaca isi dari selembar kertas yang terlipat rapi. " Nadine ... " -Wanita yang pernah ada dalam hidupku.Namun pernah membuatmu luka yang tidak aku sadari. Sebelumnya aku ingin meminta maaf padamu.Walau permintaan maaf aku ini menjadikan kamu muak. Aku tahu, permintaan maaf aku ini mungkin tidak berarti apa-apa bagimu. Tapi hanya inilah yang dapat aku lakukan- Mata Nadine mulai basah dan merasa panas. Bayangan-bayangan menyakitkan dan merasa terhina saat berada di lingkaran itu. Kata-kata sarkas dan perlakuan kasar sang mertua dan madunya, seperti menggali ulang luka lama yang masih menganga lebar di hatinya. "Aku sudah memaafkan kamu Mas, tapi perlakuan tidak terpuji har

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Raya   BAB 107. Surat

    "Nes, Linda itu bagian administrasi, tapi bagian keuangan juga kan?" "Iya, betul. Kenapa?" tanya Nadine tidak mengerti kemana arah bicara Ghia. "Kamu lihat disini, bukti transferan ke nomor rekening yang bukan milik perusahaan. Bukannya sebentar lagi tutup buku tahunan yah?" tunjuk jemari Ghia di depan layar monitor. Nadine menelisik semua bukti transferan. "Ghia, kamu dapat ini dari mana?" "Waktu itu kan semua karyawan keluar makan. Tapi aku belum lapar. Jadi laptop aku eror. Yah aku pake laptop yang ada. karena buru-buru aku jadi pakai laptop Linda." "Tanpa sengaja aku lihat bukti transferan di satu file. Tapi transferan itu kok, ke rekening yang tidak ada daftar di bagian keuangan. Lihat namanya Bima Kresna. Ini siapa yah? Yang di transfer dari rekening Helena. Ini lima bulan lalu." "Bukannya lima bulan lalu Helena masih ada? Dia masih kerja di kantor ini kan? Dia bernama Helena yah?" tanya Ghia. "Helena itu mantan istri Aldiano, dan sekarang mereka sudah cerai. Sedan

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Raya   BAB 106. Ada Apa Ghia?

    "Oke Ghia, sebentar lagi aku pulang." Nadine menutup sambungan telpon-nya. Ia merasa ada sesuatu yang kurang enak di benaknya. "Sebaiknya aku pulang sekarang ya, Al," kata Nadine beranjak bangun meraih tas kecilnya di atas meja. "Ya, udah. Aku juga pulang. Tolong kasih kabar kalau ada info berikutnya. Silahkan kamu jalan duluan, supaya tidak dilihat orang yang kenal." kata Aldiano mempersilahkan Nadine jalan lebih dulu. Setelah sepuluh menit Nadine meninggalkan ruangan itu, Aldiano pun bergegas melangkah ke halaman parkir. Mereka pulang dengan mobilnya masing-masing, yang seolah mereka tidak mengenal satu sama lain. Sepanjang perjalanan, tangan Nadine memutar setir perlahan ke jalan raya. Mesin mobil menderu pelan saat ia berbelok ke tikungan. Hatinya merasa gelisah bukan hanya ucapan Ghia tadi. Tapi saat ini seolah ada seseorang yang mengikuti jalan mobilnya. Diliriknya kaca spion. Mobil bercat hitam selalu ada di belakangnya. Nadine mencoba mempercepat laju mobilnya.

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Raya   BAB 105. Makan malam berdua

    "Aku jadi cemburu kalau jalan sama kamu Nad. Gak henti-hentinya mata orang-orang menatap kamu," ucap Aldiano malam itu di restauran pribadi milik Pamela. "Ah, peduli amat mereka mau natap aku kek. Lagian kenapa juga kamu cemburu sama aku? kita kan saudara, bukan pacar," jawab Nadine merengut. Malam itu suasana restauran terlihat ramai pengunjung. Namun suasana di ruang VIP resto itu terlihat romantis. Diiringi suara piano di sudut ruangan. Makan malam mereka hanya berdua duduk di depan meja beralas putih dengan bunga mawar di tengahnya. "Kita kan saudara angkat. Bisa jadi kan, status kita berubah jadi sepasang kekasih?" jawab Aldiano dengan senyumnya yang menggoda. "Iiih, apaan sih kamu," gumam Nadine sambil mencubit tangan Aldiano. Selama ini memang Nadine mengakui ketampanan Aldiano. Bahkan pertama kali melihatnya, Nadine pernah berkhayal, kalau dirinya menjadi milik Aldiano. Wajahnya yang tampan, membuat Nadine ingin mengecupnya. Tapi setelah tahu, Aldiano adalah anak angkat P

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Raya   BAB 104. Menyusun Rencana.

    "Hei! Eli! Kenapa kamu kok malah diam aja? Kamu mau ngomong apaan? Karena apa?" suara Delia terdengar menekan."Ah, nggak—nggak apa-apa. Mungkin karena Erlan gak denger suara HP nya. Makanya dia gak angkat," Eli mencoba berdalih."Coba kasih telepon kamu ke dia, aku mau bicara." ujar Dia memaksa."Tapi—tapi Pak Erlannya sekarang udah jauh. Gak mungkin aku lari-larian Del.""Huurrrrrgh! Kamu itu!" Ujar Delia geram."Udah dulu yah Del. Aku lagi beres-beres mau pulang." jawab Eli sambil menutup sambungan teleponnya.'Sebaiknya aku nggak bicara dulu. Karena ini kan belum jelas. Takut aku salah ngomong, akhirnya jadi fatal.' batinnya. Karena Pak Erlan juga pemilik saham disini sekarang.Sore itu Erlan pulang ke rumah dengan perasaan yang galau. Ia pulang ke rumah kontrakan yang berukuran kecil. Mencoba menjauh dari Rubia yang sudah menghancurkan hidupnya.Erlan menghempaskan badannya di kursi tamu, melipat kedua tangannya di belakang kepala. Bayang-bayang wajah, dan tubuh Nesya tidak mau l

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Raya   BAB 104. Prilaku Erlan Menjadi Aneh.

    "Pak Erlan?" gumam Nadine pelan."Nesya?" desis Erlan menatap lekat mata wanita itu yang begitu mempesona bagai cahaya bintang dimalam hari. Setiap kedipan membawa aura misterius yang tak dapat diungkapkan.Tangan Erlan menyanggah tubuh Nadine. Wajah mereka sangat dekat, hampir tidak ada cela untuk udara lewat.Beberapa menit mereka bertatapan. Ada rasa getar di jantung Erlan. Namun, ada rasa puas di hati Nadine. Ia tersenyum lebih menggoda.Senyuman Nadine seolah tertinggal di mata Erlan. Buru-buru Nadine melepaskan dekapan Erlan."Maaf, maaf Pak," gumam Nadine mencoba bersikap terkejut dan takut. "Aku memang ceroboh.""Nggak apa-apa. Kamu mau kemana?" tanya Erlan membuang rasa gugupnya."A—aku mau ke kantin. Bukannya ini jam makan siang yah?""Oh iya, aku hampir lupa. Ayo aku antar!" ajak Erlan sambil melangkah."Pak? Pak Erlan sebaiknya makan sendiri aja. Aku mau makan sendiri. Gak enak di lihat orang," kata Nadine menghentikan langkahnya."Oh, yah sudah kalau begitu, kita makan di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status