"Aldiano? Siapa Aldiano?" tanya Milthon tengok kanan kiri. Memastikan siapa yang dimaksud Erlan. Hanya ada sosok pria disudut dinding. Erlan berdiri menadahkan tangannya meminta. "Aku tunggu di mobil, mana kunci mobilnya. Cepat." Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Matanya membelalak lebar sambil memalingkan wajah dari pria yang duduk di kursi sudut sambil menyesap minumannya. Wajah itu, tidak mungkin Erlan salah lihat kalau itu adalah Aldiano. Keringat dingin membasahi keningnya. 'Kenapa dia masih hidup?' batinnya. 'Harusnya dia udah mati. Jurang itu dalam. Gak mungkin dia bisa selamat.' "Ada apaan sih?" tanya Milthon bingung. "Bilang kalau ada masalah!" "Udah, cepet. Mana anak kuncinya? nanti aku ceritain di mobil. Ayo cepat!" bisik Erlan tidak sabar. Setelah mengambil kunci dari tangan Milthon, Erlan langsung berlari tanpa menoleh kanan kiri dan sangat tergesa-gesa. Tapi sayangnya, Aldiano sudah melihat saat Erlan berlari. 'Itu kan pria yang di video Albe
Tok!Tok!Tok!"Mama! Kak Erlan!"Suara ketukan terdengar keras di rumah kediaman Milthon Orlando, yang masih menduduki sebagai pengacara yang pernah menangani kasus Nadine.Pintu berderit terbuka. Erlan yang saat ini menumpang di rumah itu, membukakan pintu untuk Sandra, sang adik."Darimana aja sih kamu San? Bisanya cuma kelayapan aja," gerutu Erlan."Aku tuh tadinya janjian sama cowok brengsek itu. Gayanya pake di restauran mahal lagi. Akhirnya malah ghosting. Ngeselin kan tuh. Malah hpnya mati gak bisa dihubungi" jawab Sandra merengut."Lagian cari cowok gak jelas. Carilah pria yang jelas!" ujar Erlan duduk kembali di sofa meneruskan nonton TV.Sandra menyapu pandangannya ke seluruh ruangan di rumah itu, yang tertata rapih. Senyumnya mengembang."Kak, ini rumah siapa? Kita bakalan tinggal di sini?""Ya, tapi sementara aja. Gak enak kalau kita menumpang terlalu lama di sini," jawab Erlan acuh.Rubia keluar dari kamar. "Dari mana kamu? Lelaki mana yang berani mainin kamu San?""Bia
"Nih, aku bayar semua? Kalian gak perlu hina aku dari keluarga gak mampu. Tadi aku Karena gak bawa uang aja. Pacarku yang brengsek itu ghosting. Nih ambil!" ujar Sandra dengan sombongnya, lalu meninggalkan tempat itu dengan kepala mendongak sambil menggerutu. "Bu, dia itu sombong sekali ya. Padahal emang beneran gak punya uang," ucap Sari di bagian kasir. "Udah, udah. Gak perlu di perpanjang. Biarkan aja dia mau bicara apa. Gak ada urusannya sama kita," jawab Catalina sambil meninggalkan kasir. Wanita itu kembali duduk di samping Aldiano sambil memandangnya dalam. "Kamu kesepian ya Rehan? Karena gak ada Zarah? Memangnya kapan Zarah balik lagi? Kamu lagi nunggu dia ya?" Aldiano menggeleng. "Nggak, aku gak nunggu siapa-siapa, karena aku gak punya siapa-siapa. Aku juga gak tau Lin. Aku bingung sama hidupku sendiri. Terkadang aku mengenal seseorang. Tapi di mana? Aku sendiri gak tahu." "Itu berarti ingatan kamu sudah mulai pulih. karena kamu kan selama ini rajin terapi," ucap Catalin
Berita pengusiran Erlan dan Rubia ternyata menjadi viral di sosial media. Berita keributan itu tersebar luas di berbagai media. Rekaman berdurasi 3 menit itu memperlihatkan situasi yang tegang saat Rubia, mantan mertua Nadine, menarik kasar tas yang diberikan Bi Ani, lalu melempar ke wajah Bibi. Bi Ani merasa kesakitan."Aduh, galak amat sih! Sakit muka Bibi Non," ujar si Bibi sambil kembali melangkah masuk.Disitu Nadine menyaksikan kekasaran Rubia masih belum bisa berubah. Suasana tegang di depan halaman rumah memperlihatkan Rubia yang semakin nekat, berteriak-teriak tak jelas."Nadine! Kembalikan cucu saya. Kamu ambil cucu saya tanpa ijin saya kan?! Cepat kembalikan!"Di rumah mewah bercat putih, dekat pintu gerbang, kedua security sudah menegur, tapi tidak dihiraukan oleh Rubia. Dia tetap berteriak. Maka Security itu mengusir mereka. Tidak lama kemudian berita itu semakin ramai di berbagai platform. Netizen banyak yang menduga-duga tentang apa yang terjadi pada keributan di hari
"Ibu Nadine?" ucap lirih Milthon yang saat ini diundang oleh Erlan.Tapi dadanya berdegup dengan pandangan mata Nadine yang menatapnya tajam."Pak Milthon?"Nadine buru-buru melepaskan pelukannya. "Bapak kok ada disini?""Maaf, saya kesini atas undangan Pak Erlan. Bukankah hari ini adalah hari ulang tahun anak Pak Erlan?"Mendengar itu Nadine menghela nafas panjang. 'Mau sampai kapan dia terus mengakui anaknya. Kalau terus-terusan seperti ini bisa kacau,' batinnya."Maaf Pak, memang Darko itu anaknya. Tapi sudah di ambil asuh oleh saya. Jadi dia gak berhak lagi atas anaknya.""Oooh, jadi ibu Nadine sudah punya anak dengan Pak Erlan, maaf.""Bu—bukan itu maksudnya ... "Ucapan Nadine terputus dengan kedatangan Erlan. "Pak Milthon, ayo masuk. Anak saya ada di dalam," ucap pria itu sambil menarik lengan Milthon masuk ke dalam.Nadine tercengang dengan sikap Erlan sambil memandang kepergian mereka.'Ini apa-apaan ya? Kenapa Erlan bersikap semaunya disini? Harusnya dia malu sama Papa Mama.
"Sakit sekali," rintih suara Aldiano terdengar pelan.Seketika bayangan itu bergolak cepat melintas di matanya. Membuat kedua tangannya meremas kepalanya dengan kencang. Ingatan-ingatan masalalu yang tiba-tiba datang begitu saja setelah melihat wajah Erlan. Tapi ia tidak mengingat kejadian apa yang menimpanya. Hanya bayangan wajah Erlan, setelah itu lenyap, dan Aldiano memaksa ingin mengingatnya. Akan tetapi ia tidak bisa, dan semakin dia mengingatnya, semakin kepalanya sakit luar biasa. "Aarrrrrrrgh! Sakiiiit!" Teriakannya membuat Zarah tersentak kaget. "Kenapa Rehan?" "Kepala aku sakit," ucap Aldiano meringis menahan nyeri. "Tuh kan, kamu gak boleh kelamaan lihat hp. Nanti malah sakit lagi. Udah sini hpnya," ujar Zarah mengambil hp dari tangan Aldiano. Dengan cepat, tangan Aldiano menarik ke belakang. "Nggak, jangan ambil hp ini! Saya masih mau lihat anak itu lagi." "Ayo sini Rehan, nanti kamu sakit lagi," ujar Zarah berusaha mengambil hp Aldiano. "Diaaaam! Aku bilang diam!