Share

Kembali Pulang

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2023-10-14 17:33:20

“Pulanglah. Akan Kakak jemput.”

Meskipun Anggita belum menjelaskan apa pun pada kakaknya tersebut, walaupun ia pernah terlibat pertengkaran dengan ketiga kakak laki-lakinya karena mereka menentang pernikahan Anggita dengan Beni, kakak bungsunya tersebut tetap saja menerimanya saat Anggita mengatakan ingin pulang.

Segera, Anggita mengumpulkan barang-barangnya dan memasukkan mereka ke dalam tas. Untungnya, selama menikah dengan Beni, ia tidak memiliki banyak baju maupun barang-barang lain.

Tanpa menunggu lebih lama, Anggita menjinjing tasnya keluar rumah.

"Heh! Mau ke mana kamu?"

Sampai di ruang tamu, tiba-tiba ibu mertua Anggita menghadang. Rupanya Bu Neni sampai di rumah saat Anggita hendak keluar. Wanita paruh baya tersebut melirik tas Anggita dengan pandangan sinis.

“Mau kabur ya!?” tuduh Bu Neni. Ia langsung berteriak memanggil putra sulungnya. "Beni! Lihat istri kamu nih. Dia mau minggat diam-diam. Bawa banyak barang lagi."

Anggita menatap ibu mertuanya tersebut. "Aku mau pulang, Bu,” ucapnya. “Lebih baik aku pergi daripada diperlakukan dengan tidak baik di sini.”

Bu Neni mendengus. “Baguslah kamu sadar diri.”

Anggita kembali melangkah saat tiba-tiba Bu Neni kembali mencegatnya dan merampas tas di tangan Anggita.

“Bu!”

“Diam!” Bu Neni mengaduk-aduk isi tas Anggita yang hanya berisi pakaian sehari-hari dan barang-barang pribadi. “Mana tahu kamu mengambil barang anakku dan mau kamu jual.”

Anggita mengepalkan tangannya, tersinggung dengan tuduhan ibu mertuanya.

“Aku bukan maling, Bu,” ucap wanita itu.

Bu Neni mengabaikan Anggita dan berdecak. Wanita paruh baya itu kemudian melempar tas yang sudah ia acak-acak ke kaki Anggita agar menantunya itu bisa memungutinya kembali. Namun, Anggita diam saja dan hanya menatap lurus pada Bu Neni dan Beni yang baru saja muncul.

“Kenapa diam saja? Punguti kembali barang-barangmu itu!”

Anggita menggeleng. “Silakan ambil saja kembali,” ucapnya pada ibu mertuanya. Lalu, pada Beni, ia berucap, “Tunggu surat gugatan dariku, Mas.”

Setelah mengatakan itu, Anggita berbalik dan berjalan pergi tanpa membawa apa pun, mengabaikan kekehan dari Beni dan komentar-komentar menyakitkan hati dari ibu mertuanya.

Tepat ketika Anggita melangkah keluar halaman, sebuah mobil mewah muncul dan berhenti tepat di depan Anggita.

Pintu terbuka dan sesosok pria berkaca mata hitam keluar dari dalam mobil untuk membuka pintu ke kursi penumpang sembari berujar pada Anggita:

"Masuk."

Wanita itu langsung masuk mobil mendengar titah pria tersebut. Setelahnya, mobil itu pun melaju cepat meninggalkan rumah milik Beni usai pria berkaca mata tersebut duduk di kursi pengemudi.

Anggita menyandarkan tubuh di sandaran kursi, kemudian mengeluarkan ponsel dan dompet lusuh yang sudah biasa ia gunakan. Hanya dua benda itu yang ia bawa bersamanya, selain pakaian yang melekat di tubuh.

“Kenapa Kak Andre bisa tahu rumah Mas Beni?" tanya Anggita.

Ia heran lantaran ia belum sempat mengatakan memberi tahu sang kakak di mana ia tinggal sekarang. Pun, sebenarnya Anggita berencana untuk naik kendaraan umum untuk menghindari kalau-kalau kakaknya itu akan memancing keributan dengan suaminya.

Namun, pria yang dipanggil “Kak Andre” itu tak menjawab pertanyaan Anggita. Netranya terus memandang ke depan dan fokus menyetir mobil.

"Kak Andre, jangan diam aja. Sejak kapan Kak Andre tahu rumah aku?" Anggita kembali bertanya.

Pria di balik kemudi itu mendengus, kemudian tersenyum miring.

"Mudah bagi Kakak untuk menemukan gubuk suami kamu,” sahut Andre singkat.

Anggita menghela napas panjang. Ia lupa jika para kakaknya bisa melakukan apa pun yang mereka inginkan dan kehendaki, tidak terkecuali kakak keduanya ini. Apalagi hanya sekadar menemukan keberadaan Anggita yang memang tidak sedang menyembunyikan diri.

Satu-satunya hal yang gagal dilakukan ketiga kakak Anggita adalah melarang Anggita untuk jatuh cinta dan menikah dengan Beni. Sayang sekali waktu itu dia terlampau bodoh dan buta, hingga mengabaikan peringatan para kakaknya.

"Jadi,” ucap Andre kemudian sembari mengemudi dengan santai. Ia melepaskan kacamata hitamnya dan meletakkan benda itu di dasbor. “Katakan pada Kakak apa yang terjadi.”

Anggita diam selama beberapa saat. Ia mengingat rentetan kejadian sejak tadi pagi dan bagaimana suami beserta keluarganya memperlakukan Anggita.

“Dia mau menikah lagi,” ucap Anggita dengan suara pelan. “Calonnya tadi datang.”

Wanita itu mengalihkan pandangannya ke luar jendela, menatap bayangannya yang terpantul samar-samar di kaca. Anggita bisa melihat penampilannya yang masih berantakan. Wajahnya tampak kusam tanpa polesan dan tampak lelah.

Perlahan, kesedihan dan kekecewaan yang Anggita rasakan menjadi kemarahan dan perasaan tidak terima. Ia mengabdikan dirinya sebagai istri, bahkan meninggalkan keluarganya, hanya untuk diperlakukan tidak selayaknya seperti tadi.

“Kakak sudah bilang ke kamu–”

“Ya, aku tahu aku salah,” potong Anggita, tidak ingin lagi mendengar kata-kata itu dari kakaknya. Tanpa diingatkan kembali pun, Anggita sudah menyesali keputusannya dua tahun lalu.

Anggita menoleh ke arah kakaknya. “Maaf karena aku sudah mengabaikan kata-kata Kakak soal Beni,” ucapnya.

Pria berjambang yang merupakan kakak nomor dua Anggita itu tersenyum kecil dan menoleh ke arah adiknya sekilas. Sebelah tangannya kemudian mengelus rambut Anggita pelan.

“Bagus jika kamu sudah sadar,” kata Andre singkat. “Apa rencanamu sekarang?”

Anggita menghela napas. "Entah, Kak. Tapi ... aku tidak terima jika hanya berakhir begini. Aku harus membalas mereka demi dua tahun yang kusia-siakan sebagai istri sekaligus pembantu mereka.”

Wanita itu tersenyum sinis. “Bahkan, mereka mengatakan aku adalah pembantu mereka di acara tadi."

“Apa!?”

Andre geram. Rahangnya mengeras. Pria itu meremas setir dan memukulnya karena kesal sang adik diperlakukan seolah-olah tak punya harga diri sementara Anggita diam saja.

“Kamu benar. Mereka harus mendapatkan balasan,” ujar Andre setelah beberapa saat. “Jangan khawatir. Kakak akan buat mereka semua menderita.”

Anggita mengangguk. Ia memperhatikan kakak keduanya itu dari samping.

Selama dua tahun ini, Andre sebenarnya tidak pernah melepaskan pengawasannya terhadap sang adik begitu saja dan tetap menjaga komunikasinya dengan Anggita, meskipun jarang mendapatkan respons. Anggita benar-benar berterima kasih pada kakak nomor duanya tersebut.

“Kenapa?” Andre menoleh sekilas pada sang adik saat menyadari Anggita menatapnya. “Mau bilang apa? Kamu enggak berniat kembali ke sana lagi, kan?”

Sontak, Anggita cemberut. “Ih, enggak lah. Aku udah sadar, Kak!”

Andre terkekeh. Sikap manja sang adik perlahan muncul kembali di hadapannya.

Mobil melaju dengan cepat dan suasana di antara kedua kakak beradik itu menghangat seiring mereka makin dekat ke kediaman XX, rumah mereka.

Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di rumah megah yang ditinggali Anggita sejak kecil, rumah yang selama dua tahun ini Anggita tinggalkan demi bersama pria yang ia cintai, tetapi sama sekali tidak menghargainya.

Mereka pun turun. Beberapa asisten rumah tangga menyambut dengan senang kedatangannya kembali Anggita.

"Mbak, apa kabar?" salah satu asisten itu menyapa ramah.

Anggita membalas dengan senyum. "Baik, Bu."

Andre meminta para asisten rumah tangga untuk menyiapkan air hangat agar Anggita bisa membersihkan diri, beserta baju ganti dan kamar untuk dihuni oleh adik perempuannya tersebut.

“Kamar kamu sebenarnya masih sama seperti dulu, tapi tetap saja harus dibereskan sedikit.” Andre berkata pada Anggita. “Sana mandi. Setelah itu, kita temui Kak Baskoro.”

Anggita terdiam sesaat.

“Kak. Apa Kak Bas mau menerima aku kembali ya?” tanya Anggita pelan kemudian. Ia tampak ragu. “Kak Bas kan marah besar dulu. Kak Bas juga yang mengusirku saat aku berkeras menikah dengan Mas Beni.”

Andre menepuk puncak kepala Anggita. “Kamu harus minta maaf dulu sama dia," ujarnya. "Kak Bas pasti memaafkan."

“Tapi, Kak. Aku–”

Sebelum Anggita menyelesaikan kalimat, sebuah suara besar dan menggelegar, tapi terkesan dingin memotongnya.

"Untuk apa kamu datang ke sini!?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Disia-siakan Ternyata Pewaris Kesayangan    Bahagia

    Dua bulan persiapan pernikahan Evan. Semua sudah di urus Eo ternama. Evan pun hanya memantau.Dirinya merasa begitu sangat senang walaupun awalnya mengira 2 bulan itu adalah waktu yang begitu sangat lama tetapi jika dijalani terasa begitu sangat sebentar ia tidak menyangka jika ternyata sebuah pernikahan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk proses-prosesnya padahal ia juga sudah menggunakan uang untuk menyelesaikan sebuah masalah-masalah di dalam proses-proses pernikahan. Ia juga tidak mau jika sampai Olive harus mengeluarkan biaya maka semua biaya ditanggung oleh dirinya termasuk juga untuk acara di rumah Olive.Semua sudah beres, hari yang ditunggu pun tiba. Pernikahan aktor top pun berlangsung dengan hikmat tanpa ada sorot kamera dan itu permintaan keluarga Olive. Evan benar-benar tidak mau jika pernikahannya disorot maka dari itu ia berusaha untuk menyembunyikannya dari media bahkan ia pun meminta pihak-pihak yang bertanggung jawab di dalam acaranya tidak membocorkan tentang

  • Istri yang Disia-siakan Ternyata Pewaris Kesayangan    Perkenalkan, saya Evan

    "Ibu sudah sadar?" tanya Olive. Ibunya Olive membuka mata, lalu menatap sekeliling. Acara lamaran di tunda sampai ibunya sadar. Wanita itu kembali lagi teringat jika hari ini adalah hari lamaran dari anaknya, lantas mengapa dirinya justru tiduran di kamar?"Olive, ini acara lamaran kamu?" tanya ibunya lagi. Dia berusaha untuk meyakinkan jika ini adalah acara lamaran untuk putrinya."Iya Bu," jawab Olive.Olive awalnya merasa begitu sangat khawatir karena ternyata respon ibunya jauh di luar dugaan ibunya sampai tidak sadarkan diri karena sangat terkejut melihat aktor pujaannya berada di depan mata bahkan lelaki itu yang akan melamarnya.Olive juga merasa tidak enak dengan keluarga Evan yang harus melihat ibunya tidak sadarkan diri bahkan mereka semua harus menunggu ibunya sadarkan diri terlebih dahulu sebelum melanjutkan acara lagi."Olive, kamu enggak bilang sama ibu kamu siapa calon suami kamu?" tanya Fanya heran. Pasalnya bisa sampai sang ibu pingsan.Dirinya sangat penasaran jang

  • Istri yang Disia-siakan Ternyata Pewaris Kesayangan    Lamaran

    Pertemuan keluarga Baskoro membicarakan pernikahan Evan, lalu membicarakan untuk lamaran esok ke rumah Olive. "Bagaimana setuju?" Bukan hanya Evan saja yang begitu antusias menyaksikan hal tersebut begitu juga dengan Baskoro Karena sekarang dirinya sudah sangat tenang tidak perlu repot-repot untuk membujuk adiknya keluar dari dunia entertainment, ia sekarang sudah mandiri dan bisa menentukan pilihan sendiri apalagi mendengar jika adiknya sudah mengurus hal tersebut kepada manajernya. Evan antusias dengan pembahasan itu. Tidak memungkiri jika selama ini ia menjomblo dan mendapati wanita yang sama sekali tak disangkanya. Wanita bukan dari kalangan artis. Dirinya benar-benar tidak menyangka jika ternyata Olive akan memberikan jawaban seperti itu dan secepat itu ia kira Alif akan membuatnya menunggu lama, tetapi ternyata wanita itu justru sekarang telah membuatnya merasa begitu sangat bahagia. Tak terasa sebentar lagi dirinya akan resmi menjadi seorang pengusaha dan juga suami dari

  • Istri yang Disia-siakan Ternyata Pewaris Kesayangan    Rencananya bahagia

    Evan berjingkrak kegirangan saat mendapat pesan dari Olive. Akhirnya dia menikah dengan wanita pujaan hatinya. Dirinya tidak menyangka jika ternyata wanita itu akan memberikan jawaban yang secepat itu, ia benar-benar merasa begitu sangat senang sekali, sekarang impiannya sudah terwujud mendapatkan wanita yang ia sayangi, entahlah sejak pertemuannya bahkan Anggita membuat misi gila membuatnya justru terjebak akan cinta seperti itu. Kebersamaannya dengan Olive yang memang tidak terlalu lama tetapi sikap wanita itu yang benar-benar bisa membuatnya jatuh cinta."Aku mengucapkan terima kasih kepada manajemen ini, karena kalian sudah membuat namaku menjadi sangat baik sekali, membuatku dikenal banyak orang sesuai apa yang tadi aku katakan semuanya sudah final, aku akan menyelesaikan kontrak-kontrak yang sudah ada dulu dan aku tidak akan menerima kontak-kontak baru."Evan pun pamit pada managernya dan mempersiapkan untuk pergi menemui sang kakak. Dirinya benar-benar sudah tidak sabar ingin

  • Istri yang Disia-siakan Ternyata Pewaris Kesayangan    Calon mantu

    Di rumahnya, Olive berbicara dengan sang ibu. Wanita single parents itu sudah menjanda sejak 18 tahun lalu. Wanita tua itu asyik menonton Sinetron. Dirinya merasa senang karena sekarang anak gadisnya itu sudah bisa bekerja dan ia tak lagi memusingkan perihal uang.Ditemani cemilan pisang goreng ia menonton televisi dengan wajah sumringah.Olive duduk di sampingnya, ia menarik napas dalam. Dirinya benar-benar bingung harus mengatakan dari mana, ia tidak tahu harus seperti apa lagi.Olive benar-benar bingung harus memulai dari mana percakapan dengan ibunya itu, ia sangat pusing dan dirinya harus mengatakan apa terlebih dahulu pasti ibunya sangat terkejut jika mengetahui apabila dirinya dilamar aktor ternama idamannya."Nonton apa si Ma?" tanya Olive."Itu, si kasep. Evan, nah eta aduh cakep bener. Nanti kalau cari calon suami yang ganteng, biar memperbaiki keturunan," ujar sang ibu. Wanita itu benar-benar begitu sangat senang bahkan ia mengidam-ngidamkan ingin bisa bertemu dengan aktor

  • Istri yang Disia-siakan Ternyata Pewaris Kesayangan    Ayo lamar Olive

    "Olive saya benar-benar mau menikahi kamu. Saya janji enggak akan berada di dunia hiburan lagi." Evan masih berusaha untuk meyakinkan wanita itu, ia benar-benar tidak mau kehilangan Olive. Walaupun memang mereka berdua kenal belum lama, tetapi dirinya sudah yakin dan ingin melabuhkan hati kepada Olive. Jika memang Olive takut dirinya berada di dunia hiburan, dirinya akan memilih untuk berhenti jika itu yang dia mau oleh Olive.Olive masih bimbang, apa yang dikatakan oleh Evan. Dirinya seperti tertimpa durian runtuh. Dinikahi pria kaya yang tenar, sudah pasti emaknya histeris saat melihat ada Evan nanti berkunjung. Secara dia ngefans banget sama Evan. Dirinya sangat yakin jika nanti ibunya pasti akan sangat setuju sekali dengan Evan, padahal ibunya selalu berandai-andai jika Evan menjadi bagian keluarganya dan ternyata sekarang keinginan dari ibunya itu menjadi sebuah kenyataan. Evan akan menjadi menantunya dan pasti ibunya akan langsung setuju hanya saja dirinya yang benar-benar mer

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status