Share

Keputusan yang harus di ambil

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2023-10-14 17:31:43

“Suamiku bukanlah seorang duda!”

Baru selangkah Anggita mendekati kerumunan ibu mertuanya bersama wanita yang dibawa oleh sang suami, Anggita tiba-tiba ditarik masuk ke arah dapur oleh Anita, adik iparnya.

“Mau ngapain, Mbak?” desis wanita yang lebih muda dari Anggita tersebut. “Jangan macam-macam! Aku enggak mau Mbak merusak acara ini.”

“Apa-apaan kamu, Nit? Aku mau kasih tahu ke semua orang di luar sana kalau kakak iparmu itu punya istri!”

Anita tampak meremehkan. “Dengan penampilan Mbak yang lusuh begini? Bikin malu, Mbak!” ucapnya. “Udahlah, urusan Mbak Anggita sama Mas Beni selesaikan saja di rumah.”

Anggita terperangah. "Nit, kamu jahat banget. Kamu enggak memiliki empati sedikit pun sama aku? Kita di sini sama-sama menantu. Bagaimana kalau suamimu tiba-tiba membawa pulang wanita lain?"

"Mbak, maaf ya. Bukan enggak memiliki empati sama Mbak Anggita. Hanya saja, aku pikir wajar ya kalau Mas Beni itu mencari wanita lain." Sembari mengatakan itu, Anita menatap Anggita dari ujung kaki hingga kepala, lalu menutup mulutnya–menahan tawa.

"Mbak, coba ngaca deh. Ini kan acara yang didatangi banyak orang. Masa penampilan Mbak lusuh dan bau begini?” Anita kembali terkekeh. Ia kian meremehkan kakak iparnya itu. “Lagian, meski kita sama-sama menantu, suamiku nggak mungkin bawa pulang wanita lain. Aku masih pintar urus suami, nggak kayak Mbak.”

Mendengar rentetan kalimat dari Anita, rasanya Anggita ingin sekali menjambak adik iparnya itu. Penampilan dia yang seperti ini toh karena sejak tadi ia mengurusi persiapan acara.

Namun, Anggita tak mau membuat dirinya terlihat bodoh karena semua pasti akan membela Anita, bukan dirinya.

Ia tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri.

Karenanya, Anggita membiarkan Anita meninggalkannya yang tengah mengatasi kemarahan dan rasa dongkolnya tersebut. Anggita juga menekan perasaan sakit hatinya lantaran ia bisa menyaksikan kemesraan sang suami dengan wanita lain sepanjang acara.

Baru ketika ia sudah sampai di rumah sendiri bersama suaminya, Anggita langsung meminta penjelasan pada sang suami.

"Mas, siapa wanita itu?”

Namun, Beni hanya diam dan tak banyak bicara. Pria itu malah sibuk dengan ponsel miliknya dan tersenyum sendiri.

“Mas! Aku bicara sama kamu,” ucap Anggita lagi. ”Siapa wanita itu? Calon istri barumu?”

"Ck, berisik!” balas Beni kasar. “Kalau sudah tahu, ngapain nanya?”

Meskipun sudah menduga, tetap saja Anggita merasa sakit hati saat mendengar jawaban suaminya.

“Ibu tahu? Jadi karena itu ibumu bilang kalau kamu sudah duda?” cecar Anggita lagi. Suaranya bergetar karena emosi. “Aku ini masih istri kamu! Bukan pembantu. Seenaknya saja dia bilang kamu sudah duda dan aku cuma sekadar pembantu di sana.”

Beni mendengus. “Lagian kamu sadar diri dong. Mana mungkin Ibu mau mengakui kamu sebagai menantunya di depan para tamunya Anita dan teman-temannya. Ngaca! Lihat diri kamu. Udah jelek, bau lagi!"

“Tetap saja aku ini masih istri sah kamu. Kamu enggak bisa menghargai aku?" Anggita kembali bicara dengan menahan sesak yang kian menusuk di dada. "Kamu lupa siapa yang menemani kamu saat kamu susah?"

Anggita ingat. Dahulu, ialah yang menjamin kebutuhan suaminya ketika pria itu masih belum mapan seperti sekarang, bahkan sebelum keduanya menikah.

Sementara itu, Beni tersenyum miring. Dengan enteng ia kembali mengabaikan Anggita. Namun, sang istri tidak membiarkan pria itu lolos kali ini. Anggita kembali mengejarnya dan terjadi pertengkaran lagi.

"Mas, demi kamu aku meninggalkan keluarga aku. Aku memilih kamu meskipun keluargaku menentang habis-habisan, bahkan mengatakan kalau kamu hanyalah pria berengsek,” ucap Anggita. “Ternyata memang benar, kamu itu memang manusia tidak tahu terima kasih!"

"Jaga ucapan kamu! Kamu yang tidak tahu diri!” bentak Beni. “Coba kamu ngaca, sebagai istri, apa pernah kamu membuat aku senang? Sehari-hari cuma ngurus rumah aja, tapi penampilan udah bener-bener kayak pembantu! Lusuh dan kusam.”

Anggita terperangah. Dahulu, ia masih bisa bersolek diri. Namun, semenjak menikah, ia sudah tidak dapat memperhatikan penampilannya lagi.

"Mas, aku seperti ini pun karena kamu tak pernah memberikan uang lebih," kata Anggita lirih. “Uang yang kamu kasih–”

"Bukan urusanku!” sergah Beni. “Lagian, untuk apa aku memberi uang lebih. Kamu itu sebagai istri harusnya pintar-pintar mengurus keuangan. Ini nih, sebabnya aku nggak bisa kasih gajiku sepenuhnya juga ke kamu.”

“Jadi wanita nggak bisa dandan, ngurus uang juga gak becus,” gerutu Beni. Matanya kembali fokus pada ponsel di tangannya. “Sudahlah. Asal kamu tahu, aku akan menikah lagi. Jangan pernah halangi aku."

Anggita mencengkeram lengan sang suami dan menarik pria itu agar kembali menghadapnya.

“Aku masih istrimu!” bentaknya dengan mata merah karena menahan tangis. “Kalau kamu mau menikah lagi, paling tidak ceraikan aku dulu! Toh ibumu sudah tidak menganggapku menantu!”

“Heh!” Beni menarik tangannya dengan kasar, sontak membuat Anggita sedikit terpelanting. “Memangnya kamu mau pergi ke mana, Anggita? Sudahlah, kamu tetap bantu-bantu di sini saja. Paling tidak kamu bisa makan dan tidur gratis.”

Anggita tak kuat mendengar semua cercaan dari sang suami. Ia pun masuk ke kamar, ia meremas dada merasakan sesak yang begitu perih. Pria yang selama ini ia bela di depan keluarga besarnya malah kini membuangnya.

Suaminya benar. Meskipun bercerai pun, Anggita tidak tahu ia harus pergi ke mana setelahnya. Ia tidak mau tinggal di tempat ini–tempat yang sudah tidak lagi menghargainya meski ia sudah memberikan banyak hal pada suami dan keluarga pria tidak tahu terima kasih itu.

Namun, Anggita juga tidak mungkin kembali pada keluarganya. Di detik ketika Anggita melanggar larangan keluarganya untuk menikahi Beni, saat itu juga sang kepala keluarga mencoretnya dari daftar anggota keluarga.

Saat itu, tiba-tiba sebuah pesan masuk.

Anggita menatap ponselnya sesaat dan meraihnya, lalu membuka pesan tersebut.

[Kabarmu bagaimana?]

Sebuah pesan masuk dari sang kakak pun berhasil membuat Anggita kembali menangis. Dengan tangan bergetar, wanita itu Lalu, ia pun gegas menghubungi sang kakak.

“Kakak,” isak Anggita setelah terdengar kakaknya mengangkat panggilan. “Kak, aku mau pulang."

Hening di seberang saluran telepon sebelum akhirnya sebuah suara maskulin menyahut.

"Pulanglah. Akan Kakak jemput."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Disia-siakan Ternyata Pewaris Kesayangan    Bahagia

    Dua bulan persiapan pernikahan Evan. Semua sudah di urus Eo ternama. Evan pun hanya memantau.Dirinya merasa begitu sangat senang walaupun awalnya mengira 2 bulan itu adalah waktu yang begitu sangat lama tetapi jika dijalani terasa begitu sangat sebentar ia tidak menyangka jika ternyata sebuah pernikahan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk proses-prosesnya padahal ia juga sudah menggunakan uang untuk menyelesaikan sebuah masalah-masalah di dalam proses-proses pernikahan. Ia juga tidak mau jika sampai Olive harus mengeluarkan biaya maka semua biaya ditanggung oleh dirinya termasuk juga untuk acara di rumah Olive.Semua sudah beres, hari yang ditunggu pun tiba. Pernikahan aktor top pun berlangsung dengan hikmat tanpa ada sorot kamera dan itu permintaan keluarga Olive. Evan benar-benar tidak mau jika pernikahannya disorot maka dari itu ia berusaha untuk menyembunyikannya dari media bahkan ia pun meminta pihak-pihak yang bertanggung jawab di dalam acaranya tidak membocorkan tentang

  • Istri yang Disia-siakan Ternyata Pewaris Kesayangan    Perkenalkan, saya Evan

    "Ibu sudah sadar?" tanya Olive. Ibunya Olive membuka mata, lalu menatap sekeliling. Acara lamaran di tunda sampai ibunya sadar. Wanita itu kembali lagi teringat jika hari ini adalah hari lamaran dari anaknya, lantas mengapa dirinya justru tiduran di kamar?"Olive, ini acara lamaran kamu?" tanya ibunya lagi. Dia berusaha untuk meyakinkan jika ini adalah acara lamaran untuk putrinya."Iya Bu," jawab Olive.Olive awalnya merasa begitu sangat khawatir karena ternyata respon ibunya jauh di luar dugaan ibunya sampai tidak sadarkan diri karena sangat terkejut melihat aktor pujaannya berada di depan mata bahkan lelaki itu yang akan melamarnya.Olive juga merasa tidak enak dengan keluarga Evan yang harus melihat ibunya tidak sadarkan diri bahkan mereka semua harus menunggu ibunya sadarkan diri terlebih dahulu sebelum melanjutkan acara lagi."Olive, kamu enggak bilang sama ibu kamu siapa calon suami kamu?" tanya Fanya heran. Pasalnya bisa sampai sang ibu pingsan.Dirinya sangat penasaran jang

  • Istri yang Disia-siakan Ternyata Pewaris Kesayangan    Lamaran

    Pertemuan keluarga Baskoro membicarakan pernikahan Evan, lalu membicarakan untuk lamaran esok ke rumah Olive. "Bagaimana setuju?" Bukan hanya Evan saja yang begitu antusias menyaksikan hal tersebut begitu juga dengan Baskoro Karena sekarang dirinya sudah sangat tenang tidak perlu repot-repot untuk membujuk adiknya keluar dari dunia entertainment, ia sekarang sudah mandiri dan bisa menentukan pilihan sendiri apalagi mendengar jika adiknya sudah mengurus hal tersebut kepada manajernya. Evan antusias dengan pembahasan itu. Tidak memungkiri jika selama ini ia menjomblo dan mendapati wanita yang sama sekali tak disangkanya. Wanita bukan dari kalangan artis. Dirinya benar-benar tidak menyangka jika ternyata Olive akan memberikan jawaban seperti itu dan secepat itu ia kira Alif akan membuatnya menunggu lama, tetapi ternyata wanita itu justru sekarang telah membuatnya merasa begitu sangat bahagia. Tak terasa sebentar lagi dirinya akan resmi menjadi seorang pengusaha dan juga suami dari

  • Istri yang Disia-siakan Ternyata Pewaris Kesayangan    Rencananya bahagia

    Evan berjingkrak kegirangan saat mendapat pesan dari Olive. Akhirnya dia menikah dengan wanita pujaan hatinya. Dirinya tidak menyangka jika ternyata wanita itu akan memberikan jawaban yang secepat itu, ia benar-benar merasa begitu sangat senang sekali, sekarang impiannya sudah terwujud mendapatkan wanita yang ia sayangi, entahlah sejak pertemuannya bahkan Anggita membuat misi gila membuatnya justru terjebak akan cinta seperti itu. Kebersamaannya dengan Olive yang memang tidak terlalu lama tetapi sikap wanita itu yang benar-benar bisa membuatnya jatuh cinta."Aku mengucapkan terima kasih kepada manajemen ini, karena kalian sudah membuat namaku menjadi sangat baik sekali, membuatku dikenal banyak orang sesuai apa yang tadi aku katakan semuanya sudah final, aku akan menyelesaikan kontrak-kontrak yang sudah ada dulu dan aku tidak akan menerima kontak-kontak baru."Evan pun pamit pada managernya dan mempersiapkan untuk pergi menemui sang kakak. Dirinya benar-benar sudah tidak sabar ingin

  • Istri yang Disia-siakan Ternyata Pewaris Kesayangan    Calon mantu

    Di rumahnya, Olive berbicara dengan sang ibu. Wanita single parents itu sudah menjanda sejak 18 tahun lalu. Wanita tua itu asyik menonton Sinetron. Dirinya merasa senang karena sekarang anak gadisnya itu sudah bisa bekerja dan ia tak lagi memusingkan perihal uang.Ditemani cemilan pisang goreng ia menonton televisi dengan wajah sumringah.Olive duduk di sampingnya, ia menarik napas dalam. Dirinya benar-benar bingung harus mengatakan dari mana, ia tidak tahu harus seperti apa lagi.Olive benar-benar bingung harus memulai dari mana percakapan dengan ibunya itu, ia sangat pusing dan dirinya harus mengatakan apa terlebih dahulu pasti ibunya sangat terkejut jika mengetahui apabila dirinya dilamar aktor ternama idamannya."Nonton apa si Ma?" tanya Olive."Itu, si kasep. Evan, nah eta aduh cakep bener. Nanti kalau cari calon suami yang ganteng, biar memperbaiki keturunan," ujar sang ibu. Wanita itu benar-benar begitu sangat senang bahkan ia mengidam-ngidamkan ingin bisa bertemu dengan aktor

  • Istri yang Disia-siakan Ternyata Pewaris Kesayangan    Ayo lamar Olive

    "Olive saya benar-benar mau menikahi kamu. Saya janji enggak akan berada di dunia hiburan lagi." Evan masih berusaha untuk meyakinkan wanita itu, ia benar-benar tidak mau kehilangan Olive. Walaupun memang mereka berdua kenal belum lama, tetapi dirinya sudah yakin dan ingin melabuhkan hati kepada Olive. Jika memang Olive takut dirinya berada di dunia hiburan, dirinya akan memilih untuk berhenti jika itu yang dia mau oleh Olive.Olive masih bimbang, apa yang dikatakan oleh Evan. Dirinya seperti tertimpa durian runtuh. Dinikahi pria kaya yang tenar, sudah pasti emaknya histeris saat melihat ada Evan nanti berkunjung. Secara dia ngefans banget sama Evan. Dirinya sangat yakin jika nanti ibunya pasti akan sangat setuju sekali dengan Evan, padahal ibunya selalu berandai-andai jika Evan menjadi bagian keluarganya dan ternyata sekarang keinginan dari ibunya itu menjadi sebuah kenyataan. Evan akan menjadi menantunya dan pasti ibunya akan langsung setuju hanya saja dirinya yang benar-benar mer

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status