Home / Romansa / Istri yang Kau Khianati Ternyata Pewaris / Bab 1 Pernikahan Seperti Kuburan Cinta

Share

Istri yang Kau Khianati Ternyata Pewaris
Istri yang Kau Khianati Ternyata Pewaris
Author: Maria Goreti

Bab 1 Pernikahan Seperti Kuburan Cinta

Author: Maria Goreti
last update Last Updated: 2024-07-16 08:05:06

“Hei, apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Nata berteriak sedikit mendorong tubuh suaminya.

“Apa aku enggak boleh mencium istriku?” tanya Jett perasaannya ternodai.

“Kamu ini gila, apa yang kamu inginkan dari aku?” tanya Nata sambil punggung tangannya mengelap bibir.

“Dek, kamu enggak salah tanya?” tanya Jett garis emosinya mulai terbentuk.

“Minggir,” ucap Nata masih bersikeras mendorong tubuh suaminya.

Manik hitam pria ini memerah lalu telapak tangannya sudah bersiap di depan wajah Nata.

“Mas mau menampar aku? Silakan,” kata Nata mengarahkan pipi serta menatap tajam. Manik hitamnya mengeluarkan sinar laser.

Jett tidak bisa menahan gejolak emosi. Dia melayangkan satu pukulan ke wajah cantik istrinya.

“Auw, Mas,” pekik Nata mendadak bulir-bulir air membasahi pipinya.

“Kenapa? Sakit? Kurang?” tanya Jett emosinya meninggi.

Lirikan tajam wanita ini justru membuat Jett semakin geram.

“Mas tega melakukan ini sama aku,” protes Nata memegang bekas tamparan suaminya.

“Tega?” tanya Jett mendekatkan tubuhnya tepat di depan Nata.

Tanpa ragu, pria ini menangkup erat wajah istrinya sambil menatap tajam manik hitam di depannya.

“Berani-beraninya kamu bilang aku tega. Apa kamu enggak mikir kalau kamu juga tega?” tanya Jett belum menggeser telapak tangannya.

Aku nggak mungkin bisa tega sama kamu, Mas. Apa kamu enggak lihat selama ini aku sangat mencintaimu? Kurang apa aku di matamu, Mas. Aku selalu melakukan semua yang diinginkan. Nata membatin dengan guyuran air membasahi pipinya.

“Kenapa Mas bisa bilang aku tega? Salah aku di mana?” tanya Nata pelupuk matanya tidak lagi sanggup menahan guyuran air.

Jett menyeringai tipis.

“Dengarkan aku baik-baik. Bersikap seperti biasanya, lakukan yang aku inginkan,” kata Jett memperingatkan istrinya.

“Ingat jangan melewati batas yang aku buat,” lanjut Jett tanpa memberi kesempatan Nata menjawab.

“Mas bilang melewati batas? Sejak kapan aku melewati batas? Apa selama ini aku tulus sama kamu kurang? Aku berusaha maksimal melakukan untukmu semuanya,” kata Nata terselip pertanyaan menggugah Jett melirik tajam.

“Belum. Kamu belum maksimal melakukannya, Dek,” balas Jett merasa istrinya tidak melakukan maksimal.

Kalau saja kamu melakukan maksimal mungkin sekarang keluarga ini bahagia dengan hadirnya seorang anak. Jett membatin.

“Kenapa Mas bisa bilang kalau aku belum maksimal? Semua yang keluarga ini inginkan sudah aku lakukan termasuk Mas. Apalagi sekarang?” tanya Nata pun geram melihat sikap suaminya semakin hari tidak berubah.

“Dek, kamu belum mengandung anak kita,” ucap Jett terdengar seperti gelegar petir.

“Apa?” tanya Nata tercengang.

Aku nggak menyangka Mas memiliki pemikiran seperti ini. Nata membatin sesal.

Nata diperlakukan layaknya cerita cinderella di keluarga ini. Saat suara lonceng berbunyi tak lain teriakan suaminya, Nata kembali menjadi seperti pembantu di rumah ini.

“Ya kamu enggak salah dengar,” kata Jett mengulang.

Kenapa malam ini kamu membuat aku terpesona enggak biasanya? Apa aku mendadak ingin bercinta dengan mu? Jett membatin sambil kembali menarik langkah mendekati istrinya.

“Mas, Mas, apa yang mau kamu lakukan?” tanya Nata pun menarik langkah mundur perlahan walau tetap saja tangan suaminya berhasil memeluk Nata.

“Mas, lepaskan,” teriak Nata tidak satu pun mendengar teriakannya.

“Ayo, Dek,” ajak Jett berhubungan intim layaknya suami istri.

“Nggak mau, Mas. Lepaskan,” tolak Nata justru menambah geram suaminya.

“Kamu ini bisa enggak sekali saja buat aku bahagia,” kata Jett mengempaskan tubuh Nata menjauh darinya.

Jett tanpa ragu lagi melayangkan pukulan. Tiada hari tanpa pukulan dirasakan wanita ini.

“Mas benar-benar tega melakukan ini sama aku,” protes Nata pelupuk matanya tidak mampu menahan derasnya air mengalir membasahi pipi.

“Cukup,” teriak Jett menoleh ke arah berlawanan enggan menatap istrinya.

Apa pernikahan ini seperti kuburan cinta untukmu, Mas? Nata membatin bertanya-tanya.

Entah apa yang dipikirkan Jett mendadak memutar tumitnya menatap wajah istrinya cukup lama walau sambil memijat pelipis. Pria ini menatap istrinya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

“Kenapa menatapku jijik?” tanya Nata bingung dengan tatapan suaminya.

“Dek, apa kamu nyaman dengan tubuh seperti ini?” tanya Jett menunjuk Nata dari ujung kepala hingga ujung kaki.

“Aku nyaman sama tubuh ini,” jawab Nata juga tidak mengerti arah pembicaraan suaminya.

“Cobalah untuk diet. Apa enggak malu badan kamu gemuk?” tanya Jett ketus.

Nata hanya menyeringai tipis sambil menggeleng.

“Untuk apa juga aku diet? Aku nyaman sama tubuh ini,” kata Nata terselip pertanyaan menggelitik.

“Kamu tanya untuk apa? Apa enggak salah? Aku minta kamu diet supaya cepat mengandung. Apa enggak malu saat hamil badan kamu gemuk seperti ini?” tanya Jett memberondong pertanyaan menyayat perasaan istrinya.

“Tahu kan jawabannya,” tambah Jett tanpa memedulikan perasaan istrinya.

“Aku lihat penampilan kamu seperti pembantu di rumah ini. Apa kamu nyaman seperti ini?” tanya Jett sejujurnya enggan mengkritik penampilan istrinya mau gimana lagi.

“Aku harus seperti apa Mas?” tanya Nata tidak tahu lagi.

“Dandan sih kenapa. Aku pulang mau disambut istri dengan penampilan cantik, wangi. Apa salahnya berpenampilan cantik di depan suaminya?” tanya Jett mengatakan keinginannya.

“Mas mau aku seperti orang lain di matamu?” tanya Nata kurang nyaman.

“Kenapa enggak kamu jadi orang lain supaya berpenampilan cantik?” tanya Jett hanya ingin Nata melakukan sesuai keinginannya.

Jadi kamu ingin melihat penampilan istrimu walau seperti orang lain. Nata membatin tidak habis pikir dengan suaminya.

“Mas mau aku jadi orang lain?” tanya Nata mengundang Jett mendekatkan tubuhnya.

Jett mengelus pipi lalu menjambak rambut istrinya.

“Mas, sakit. Rambut aku jangan ditarik,” teriak Nata kesakitan.

“Kamu hanya perlu jadi apa yang aku inginkan enggak perlu berusaha sebaik mungkin,” ucap Jett ketus.

Batangan pipih di saku celananya berdering panggilan masuk memaksa Jett melepaskan genggaman erat di rambut istrinya.

“Siapa sih malam-malam telepon?” tanya Jett kesal sebelum melihat nama muncul di layar ponsel.

Mendadak sudut bibir pria ini membentuk lengkungan tajam walau berakhir melirik tajam ke arah istrinya.

“Halo,” sapa Jett ramah sambil mengembangkan senyum.

Siapa juga malam-malam telepon suamiku? Apa nggak bisa besok? Nata membatin bertanya-tanya dengan kepercayaan masih utuh terhadap suaminya.

“Kenapa kamu masih di sini? Keluar sana,” kata Jett kasar meminta istrinya keluar dari ruang kerja.

Langkah wanita ini terseok-seok ke luar dari ruang kerja sambil menatap curiga. Tidak lupa tangan mungil ini menutup pintu walau tidak sepenuhnya tertutup.

Bisa-bisanya dia tersenyum setelah menampar dan mengkritik istrinya. Nata membatin geram melihat sikap suaminya seperti memiliki kepribadian ganda.

“Aku penasaran siapa yang menghubungi?” tanya Nata pun mendadak penasaran.

Nata menempelkan telinga di pintu berharap bisa mendengar pembicaraan suaminya.

“Suaranya wanita. Nggak mungkin sekretarisnya menelepon malam-malam membicarakan pekerjaan. Wanita mana yang menghubunginya?” tanya Nata lirih.

“Nggak-nggak. Nggak mungkin Jett selingkuh,” ucap Nata lirih menepis kemungkinan suaminya selingkuh.

“Kenapa mesra sekali pembicaraan mereka? Nggak mungkin sama klien ngomongnya mesra,” kata Nata mulai menaruh curiga.

“Nggak bisa didiamkan,” ucap Nata emosi.

Kekuatan istri tidak bisa dipungkiri kalau sudah emosi, Nata mendobrak pintu ruang kerja suaminya.

“Keluar Mas, keluar,” teriak Nata meminta Jett menjelaskan semuanya.

“Ada apa sih?” tanya Jett membeliak melihat istrinya berdiri di depan pintu.

“Apa yang kamu lakukan di sana?” tanya Jett tercengang.

“Mas terima telepon dari siapa mesra sekali?” tanya Nata emosi tingkat dewa.

“Bukan urusan kamu,” teriak Jett tidak terima dengan sikap istrinya.

“Sana keluar,” ucap Jett mendorong Nata ke luar lalu membanting pintu menutupnya.

Tangan mungil ini membentuk kepalan siap melayangkan pukulan barang siapa pun mendekatinya.

Aku sangat kecewa sama kamu, Mas. Ketulusanku selama ini berbuah pengkhianatan darimu. Nana membatin geram.

“Lihat saja! Tunggu tanggal mainnya! Berapa lama kamu bisa bertahan?” tanya Nata naik pitam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Kau Khianati Ternyata Pewaris   Bab 49 Jalannya Tidak Semulus Paha Ayam

    Panggilan telepon masih tersambung dengan Robert, Nata berlari kecil menuju kamar kakeknya.“Kek, Kakek.” Nata memanggil sambil mengetuk pintu tidak ada jawaban. “Ke mana, Kakek?”“Kakek kamu ada di sini. Kamu cari di mana pun tidak ketemu.”“Kamu serius kalau kakek ada di situ?”“Apa aku pernah berbohong sama kamu? Tidak dapat untungnya juga berbohong. Kamu siap-siap, sebentar lagi aku jemput.”“Nggak usah. Aku bisa pergi sendiri. Bert, apa kakek pergi sama Pak Slamet?”“Iya, aku lihat berdiri di belakangnya.”“Aku lega kalau kakek nggak pergi sendiri.”“Kamu jangan lama-lama. Ada Jett di sini, kamu tahu kalau dia selalu mencari celah membujuk kakak Dewo.”“Aku tahu. Nanti atau kalau ada waktu luang aku ceritakan. Sekarang, aku mau siap-siap.”Percakapan mereka berakhir. Nata merasa lega ada seseorang yang mengikuti kakeknya, mengingat beliau baru saja siuman. Dia tidak mau kakeknya sakit lagi, hanya karena memikirkan masalah sepele.Nata mempercepat langkah kakinya, mempersiapkan di

  • Istri yang Kau Khianati Ternyata Pewaris   Bab 48 Laki-Laki Buaya Darat

    Jett hanya bisa tertunduk, tidak bisa berkata-kata. Apa pun ucapan yang keluar dari mulutnya, hanya terdengar sebagai alasan saja. Jadi, lebih baik tidak mengatakan apa pun. Sejujurnya, dia juga tidak mau melakukan ini, tetapi Jett kasihan dengan Venus.“Pak, aku juga enggak mau melakukannya, tetapi junior aku banyak membantu. Aku enggak tahu bagaimana membantunya.“Jett, aku lihat di hotel. Junior di bawah bimbingan kamu tidak hanya siapa namanya Venus.”“Iya, Pak.”“Kamu bisa menolong dengan cara yang lain.”“Cara lain? Maksud, Pak Dewo ada cara lain?”“Ya, hanya menebak saja. Tidak tahu juga apa cara lain itu.”“Aku hanya terpikir cara ini, Pak. Aku hanya mau balas budi padanya.”“Balas budi? Aku pikir di zaman sekarang sedikit orang, yang berpikir mau balas budi.”“Dia selalu membantu dalam kesulitan apa pun. Aku enggak tega melihatnya berada di hotel cabang. Aku tahu kalau Bu Meta sudah berbaik hati masih memperkerjakan dia. Aku seharusnya berterima kasih masih mempertahankan Ven

  • Istri yang Kau Khianati Ternyata Pewaris   Bab 47 Junior VS Istri

    Nata melirik ke arah kakeknya, bisa jadi diam-diam di belakangnya menghubungi Jett. Kata beliau segala kemungkinan tidak bisa dikesampingkan. Ada saatnya semua benar.“Kakek meminta dia untuk datang?”“Tidak. Kakek tidak punya urusan dengan Jett, untuk apa memintanya datang.”“Kenapa dia datang ke rumah ini?”“Kakek juga tidak tahu. Apa mau bertemu dengan kamu?”“Aku? Aku sebagai istrinya atau cucu kakek?”“Sudah pasti sebagai cucu kakek.”“Meragukan kalau dia datang ke sini mau bertemu aku sebagai cucu kakek. Apa mungkin dia mengikuti aku selama ini?”“Mungkin saja, bisa jadi.”“Kek, apa nggak sebaiknya tanyakan dulu. Mau apa bertemu dengan kakek tanpa membuat janji dulu. Apalagi, bertemu di rumah. Aku yakin ada hal penting mau dibicarakan di luar pekerjaan. Kakek jangan lupa kalau Jett punya seribu satu cara, mendapatkan apa yang diinginkan.”Beruntungnya, Kakek Dewo memiliki pemikiran yang sama dnegan Nata. Beliau minta menanyakan mau ada urusan apa mencarinya. Beliau minta juga ka

  • Istri yang Kau Khianati Ternyata Pewaris   Bab 46 Omong Kosong

    Tanpa Nata tahu, Jett mengepal tangannya sangat kuat, hingga memperlihatkan urat-urat di telapak tangannya.“Nata! Jaga bicara kamu. Selama ini, aku pikir kamu wanita berpendidikan. Kenapa sekarang cara bicara kamu seperti preman?”“Apa maksudmu, Mas? Aku tanya sesuai kenyataan. Kalau kamu nggak terima terus salahku? Salah pernikahan kita? Sudah pasti salah kamu memilih wanita jalang itu.”“Detik ini, aku tanya. Apa kita bisa bertemu?”“Nggak, Mas. Aku nggak mau ketemu sama kamu. Untuk apa juga ketemu, ujung-ujungnya kamu hanya memukuliku. Kita akan ketemu di pengadilan. Aku pikir itu waktu dan tempat yang layak.”“Kamu serius jawabnya?”“Iya, aku serius. Bahkan, sangat serius!”Jett menggaruk-garuk kepalanya walau tidak terasa gatal. Dia berpikir jalan apa yang harus ditempuh, untuk menemuinya. Jett hanya … mau memastikan bukan istrinya pelaku menyebarkan video panas itu.“Nata, apa enggak ada lagi cinta di antara kita?”“Nggak ada, Mas!” Bia sangat kecewa suaminya tidak sedikitpun m

  • Istri yang Kau Khianati Ternyata Pewaris   Bab 45 Apa Kamu Pelakunya?

    Robert melihat layar ponsel yang ditunjukkan padanya. Lalu … dia menatap wajah cantik ini.“Terserah kamu. Aku tidak berhak, melarang.”Meta di sini ragu, apa dia harus menjawab panggilan telepon ini.“Kalau kamu ragu, tidak perlu diangkat. Kalau sekiranya, kamu menjawab panggilan ini, kamu bisa mendapatkan informasi. Aku pikir tidak masalah,” saran Robert.“Ada benarnya, ucapanmu. Aku jawab saja panggilan ini.”“Ingat, jangan sampai identitas kamu diketahui.”Nata mengangguk. “Iya, Bert.”Nata menyentuh layar ponsel, berniat menjawab panggilan di ponselnya, sedangkan Robert menarik diri. Laki-laki ini menjauh dari Meta, memberikan ruang supaya wanita ini menjawab panggilan.“Semoga saja, Nata tidak mengatakan identitasnya siapa,” harap Robert.Laki-laki ini menempatkan pantatnya di sofa depan, menunggu siapa tahu ada yang mendesak masuk.Wanita ini menempelkan ponsel di samping telinganya. Sej

  • Istri yang Kau Khianati Ternyata Pewaris   Bab 44 Berat Keputusanku

    Nata memutar tumitnya, lalu mengayunkan langkah lembut. Dia menangkup tangan keriput ini.“Kek, aku mau pergi ke hotel dulu. Aku menyelesaikan, masalah yang ada. Aku harap, keputusan ini nggak merugikan banyak orang. Kakek, tunggu sebentar ya. Aku nggak akan lama kok di hotel.”Nata hanya bisa merasakan, kalau Kakek Dewo memberinya izin.“Jujur, aku juga berat Bert, pergi di saat kakek terbaring.”“Tetapi … kamu tetap harus pergi bukan.”“Iya, aku harus memberikan hukuman, sama Venus. Kalau aku nggak melakukan, aku diprotes lainnya.”“Aku menyadari, posisi kamu sangat sulit.”“Kek, terima kasih sudah bertahan. Tunggu … Nata ya, nggak lama.”“Bert, aku pikir menyelesaikan urusan, di hotel dulu. Setelah itu, aku pasti punya banyak waktu, menemani kakek.”“Aku, tidak bisa mencegah kamu pergi.”Nata menatap cukup lama wajah keriput di dekatnya. “Kek, aku siap-siap pergi, ke hotel dulu ya.”Beliau seperti menggerakkan pelupuk mata, tanda setuju.“Terima kasih, Kek.”Nata merasa lega, kakek

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status