Share

Istri yang Kau Khianati
Istri yang Kau Khianati
Penulis: Inthary

Part 1 - Beraninya Dia

"Aduh, pakai acara lupa lagi!" keluh Frani dengan penampilan yang sudah kusut di sana-sini.

Karena sedari tadi sibuk mengasah tangannya untuk membereskan cucian orang-orang, wanita berusia dua puluh tujuh tahun sampai lupa membawa kunci laci berisi pendapatan laundry. 

Bukannya dia tidak percaya pada dua karyawannya yang sekarang, tetapi dulu Frani sempat kecewa dengan karyawan pertamanya yang mencuri hampir seluruh uangnya dan kabur. Jadi, dia berjanji untuk selalu membawa kunci laci. Terlebih, Frani
 harus menabung untuk progam hamil lagi.

Mengingat program hamil, wanita itu lantas teringat Gani, sang suami. 

"Gimana caranya kita bisa punya anak kalau kamu sibuk? Aku saja berkorban untuk tidak lagi bekerja di pabrik hanya untuk lebih sering bersama dengan kamu, Frani."

Ucapan sang suami setelah lima bulan menikah kembali terngiang di kepala Frani. Segera, wanita itu berjalan kembali ke toko laundry miliknya yang dia bangun setelah menikah. 

Dulu, Frani adalah karyawan kantor biasa. Namun, dia harus resign karena Gani tidak suka jika dia banyak menghabiskan waktu di kantor.

Frani yang sangat mencintai Gani pun tidak ingin mendebatkan masalah itu. Dengan sisa tabungan yang dia miliki, dia menyewa ruko dan membuka laundry kecil-kecilan. Yah, meskipun tidak sebanyak itu pendapatan seblumnya, dia tetap bersyukur. 

Ting! Ting! Ting!

Alarm di ponsel Frani berbunyi.

Melihat jam di ponsel menunjukkan pukul 19:00, Frani semakin tergesa-gesa dan mempercepat langkahnya menuju toko.

Begitu tiba di depan pintu toko yang berupa kaca bukannya pintu sliding yang berisik bunyinya itu, ia pun berhenti dan berusaha membukanya.

"Belum terkunci?" gumam Frani bingung, "ah, Celia pasti masih di dalam!"

Memang, Celia lembur hari ini karena Leni--salah satu karyawannya--izin ada acara di rumahnya. Bahkan, Frani pun pulang terlambat karena itu. Hanya saja, packing baju belum selesai, hingga Frani meminta wanita itu untuk mempacking sisanya karena dia harus pulang.

Tapi, dia malah lupa membawa kunci laci yang tidak boleh sampai tergantung dan terpaksa kembali!

"Cel?" panggil Frani pelan.

Namun, tidak ada jawaban.

Frani beralih ke belakang kasir, sedikit berjongkok untuk membuka laci uang yang tidak seberapa besar jumlahnya. Dia tidak berniat mengambilnya dan hanya menarik kunci yang menggantung. Sayangnya, dia terkejut dengan apa yang dia dengar.

"Argh, Mas, cepatlah!"

Desah memenuhi ruangan, hingga Frani menajamkan pendengarannya.

'Apakah itu suara Celia?' batin Frani.

Namun, pikiran Frani menolak kemungkinan itu.

'Tidak! Celia tidak akan mendesah begitu,' pikir Frani lagi sampai suara desahan kembali terdengar.

"Arrgh ... ayo, Mas! Aku sudah hampir selesai. Benar-benar nikmat! Lebih semangat lagi, Mas!"

Frani terpaku.

Ini benar-benar suara Celia. Karyawannya itu seperti sedang melakukan sesuatu. Berani benar Celia melakukannya padahal dia belum menikah?!

Merasa perlu mengecek siapa yang menjadi lawan main Celia karena tempat yang mereka gunakan adalah toko miliknya, Frani pun mendekati asal suara.

Dengan perasaan tidak karuan, wanita itu berjalan lebih masuk lagi.

Memang, ada satu ruangan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan cucian yang telah selesai dipacking--bersebelahan dengan kamar mandi, tempat cuci, dan sisa ruangan tanpa sekat.

Jaraknya tidak terlalu jauh, tapi karena di dalam ruangan mungkin Celia tidak mendengar panggilannya tadi.

"Mas, setiap malam bisa begini terus aku tidak keberatan," gumam Celia lagi.

Frani terkejut Celia yang pendiam ternyata bisa mengutarakan hal yang di luar dugaan. Wanita itu semakin mendekat dan sampai di depan pintu yang terbuka.

Untuk beberapa saat, wanita itu ingin berpura-pura tidak tahu karena Celia butuh pekerjaan. Kalau dia sampai memergoki mereka, Celia pasti malu dan memutuskan untuk resign.

'Apa aku pulang saja ya?' batin Frani bingung.

Tiga detik kemudian, wanita itu berbalik. Dia akan memantau lebih jauh lagi. Siapa tahu kali ini Celia hanya salah jalan. Ya, manusia memang terkadang seperti itu. Harus salah jalan dulu baru mengerti arti kehidupan.

Frani tersenyum simpul. Dia berniat melangkah tapi ...

"Manis sekali kamu, Sayang. Sudah lama aku tidak merasakan hal yang luar biasa ini," balas seorang pria.

Frani berhenti di tempatnya. Dia tahu suara siapa itu. Lima tahun hidup dengannya tidak mungkin dia bisa lupa. Sekujur tubuhnya membeku, bahkan tangannya bergetar hebat. Dia ingin mengelak, tapi itu suara suaminya. Gani. Dia sangat yakin.

Untuk memastikan bahwa dia benar, Frani kembali berbalik. Antara takut dan tidak percaya, dia mengintip ke dalam. Dua manusia yang tidak lagi menggunakan pakaian yang pantas tengah melakukan hal yang di luar batas.

Seketika tubuh Frani luruh. Dia masih bisa menggapai dinding untuk menghentikan laju gerakan tubuhnya. Sekilas, dia melihat bagaimana wajah suaminya yang menunjukkan kelegaan. Belum lagi keringat yang mengalir dari dahi suaminya. Padahal, Gani beralasan untuk lembur tadi!

Sudah berapa kali mereka melakukannya di belakang Frani?

Sejak kapan mereka menjadi dekat?

Gani jarang pergi ke toko apalagi berbicara dengan Celia. Mereka seperti orang asing yang tidak saling berkomunikasi.

Lalu kenapa bisa mereka berdua berlaku buruk di belakangnya? Salah Frani apa pada Celia? Salah apa dirinya pada Gani? Kenapa bisa?

Wanita itu terlalu terkejut dengan fakta di depan matanya, hingga berbagai pertanyaan menggelayut di kepala Frani. Sayangnya, dia tidak kunjung mendapat jawaban.

Lantas, dia pun memilih pergi diam-diam untuk menenangkan dirinya.

'Gani pasti salah mengira kalau Celia adalah dirinya karena mata minus pria itu. Pasti begitu!' gumam Frani dalam fase denial

Sayangnya, berpikir positif bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Setelah Frani berusaha untuk merayap sampai ke rumah karena tenaganya telah terkuras habis, dia terduduk di tepi tempat tidurnya.

Dengan mata nanar dia menatap tempat peraduannya dengan Gani. Tempat yang menjadi saksi bisu percintaan mereka. Tidakkah Gani menyadari siapa yang dia ajak bercinta tadi?

****Tiga puluh menit kemudian****

Terdengar suara pintu terbuka. Frani terlalu lemah untuk berpikir. Dia masih tidak percaya apa yang terjadi. Jadi, dia memutuskan untuk diam  

"Hei, Sayang. Kenapa belum tidur? Bukannya aku bilang lembur, ya?" ucap Gani yang seperti biasa mengecup bibir Frani.

Pria itu pun duduk di samping istrinya.

Frani lantas menoleh pada sang suami. Namun, dia dapat mengendus bau parfum Celia yang lebih tajam dari parfumnya di tubuh Gani.

Berarti ... Frani tidak salah lihat atau berhalusinasi, tadi.

"Mas, aku ingin malam ini," ucap Frani mendadak. Dia juga memberanikan diri untuk melihat mata Gani.

Hanya saja, yang tersisa di sana adalah pandangan lembut yang selalu pria itu  tunjukkan pada dirinya.

Ya, lembut--tidak ada perasaan bersalah dan cinta yang membara!

Benarkah itu cinta? Mendadak Frani tidak ingat mereka pernah saling mengungkapkan cinta setelah menikah.

"Oke. Aku mandi dulu, ya." Gani kemudian tersenyum simpul membuat perasaan Frani seketika mendidih.

"Aku maunya sekarang!" Frani tidak ingin Gani menghilangkan "bau" pengkhianatann itu.

Lama, Gani tampak terdiam, bingung. Sampai akhirnya, dia terkekeh. 

"Baiklah. Kamu kenapa tidak sabaran sekali?" Pria itu lantas membuka kemejanya yang terlihat kusut, lalu menggunakan kekuatan tangannya untuk melakukan tugasnya pada Frani.

Ketika semuanya sudah siap, mendadak Frani mual melihat tubuh suaminya.

Beberapa saat lalu, tubuh itu dijamah orang lain bahkan sisa-sisa percintaannya masih ada.

Dengan mata kepala sendiri, Frani menyaksikan kenikmatan yang sudah tidak lagi terlihat dalam hubungan mereka.

Frani seketika merasa mual. Sontak, ia membuang muka ketika Gani hendak mengecup bibirnya.

"Aku tidak ingin, Mas."

"Tiba-tiba?" tanya Gani bingung.

"Tiba-tiba. Aku mau mandi dulu."

Gani menatap istrinya lama.

"Kenapa dengan dia? Lelah di toko? Salah sendiri kenapa buka toko laundry bukannya toko makanan kemasan yang tidak perlu repot sana-sini."

Dari dalam kamar mandi, Frani mendengar gerutuan suaminya itu. Sesak di dalam dadanya tidak bisa hilang begitu saja. Dia kecewa.

Tangan wanita itu mengepal.

"Tega kamu, Mas!"

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Cowok Inisial R
gue kurung di wc lo gani! gitu amat jd cowok
goodnovel comment avatar
Alnayra
buang aja lah cowok kayak gini
goodnovel comment avatar
Nur Cahaya
Astaga Gani. Pengen gorok anunya. ...Sabar ya frani.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status