Share

3. Drama Pras

Author: Suzy Wiryanty
last update Last Updated: 2023-02-28 10:00:08

"Kamu ini mau tahu saja urusan orang," omel Pras kesal. 

 "Urusan orang? Orangnya itu 'kan suami sendiri. Wajar kalau aku ingin tahu, Mas," tukas Suri tegas. Statusnya adalah seorang istri. Ia berhak mengetahui urusan suaminya.

"Sudah! Jangan diperpanjang lagi. Aku mau mandi. Suami baru pulang bukannya disambut dengan senyuman, ini malah diajak ribut. Istri macam apa kamu?" Pras mendengkus sembari berjalan ke kamar mandi.

"Istri yang ingin mengetahui siapa yang menelepon suaminya pukul tiga dini hari. Jawab pertanyaanku, Mas?" Suri tidak mau mengalah.

Sudah cukup beberapa bulan ini Pras memperlakukannya tidak selayaknya seorang istri.

Selama ini, ia terus bersabar dan menghibur diri. Mengucapkan dalam hati, bahwa Pras tengah disibukan oleh pekerjaan, makanya sikapnya tidak mengenakan. Ia terus merapal kalimat penghibur diri itu layaknya mantra setiap hari, agar dirinya tidak suudzon pada suami sendiri.

Tapi kali ia tidak mau sabar lagi. Pembicaraannya dengan Wanti tadi sesungguhnya sudah membuat hatinya ketar-ketir. Ditambah dengan sikap Pras yang menutup-nutupi pembicarannya dengan seseorang yang ia duga keras adalah Bu Murni, mengait emosi Suri. Kesabarannya telah sampai ke titik nadir. Malam ini ia mengkaji kesehatan dalam rumah tangganya ini. Apakah masih bisa dipertahankan, atau memang harus disudahi sampai di sini.

"Aku capek, Ri. Aku mau mandi dan istirahat. Apa kamu tidak bisa menunggu sampai besok pagi?!" Nada suara Pras makin meninggi. 

"Untuk orang yang menelepon Mas tadi, Mas menyediakan waktu hingga dua puluh empat jam. Tapi untuk istri sendiri tiga menit saja tidak bisa ya, Mas?" Suri menembakkan amunisinya. Ia sudah mendengar semuanya. Ia juga sudah bisa menebak siapa perempuan yang menelepon Pras itu. Murni Eka Cipta. Ia hanya ingin menguji Pras saja. Apakah Pras akan jujur atau tidak. Kalau Pras jujur, itu artinya memang tidak ada apa-apa antara Pras dengan Murni. Tetapi karena Pras keukeh tetap ingin merahasiakannya, itu artinya memang ada apa-apa di antara keduanya. Kecurigaan Wanti memang berdasar. 

"Kamu menguping pembicaraan orang, Ri?" Pras mengamuk. 

"Sudah dua kali Mas menyebut diri sendiri dengan orang. Itu artinya Mas tidak merasa sebagai suamiku lagi." Suri tersenyum miris. "Apa memang Mas sungguh-sungguh sudah tidak ingin menjadi suamiku lagi? Katakan saja terus terang, Mas? Mas tahu 'kan kalau aku menyukai kejujuran?" tantang Suri lantang. Dengan sengaja ia menghadang langkah Pras yang ingin masuk ke kamar mandi.

"Baik! Yang meneleponku tadi memang Bu Murni. Bu Murni hanya ingin tahu apakah aku sudah sampai di rumah. Itu saja! Kamu ini, hal kecil begitu saja dipermasalahkan."

"Hal kecil?" Suri tertawa tanpa merasa lucu.

"Kalau itu memang hal kecil, mengapa Mas tidak langsung menjawab saja saat aku tanya tadi? Lagi pula apa pantas seorang atasan menelepon bawahannya hanya untuk menanyakan apakah bawahannya sudah sampai dengan selamat di rumah pada pukul tiga dini hari? Bawahan yang berlainan jenis lagi!" bantah Suri sengit. Sepertinya apa yang dikatakan Wanti tadi masuk akal juga. Hubungan  Murni dan Pras terlalu mesra untuk status atasan dan bawahan. Lagi pula sejak kapan Pras memanggil Murni dengan namanya saja? Akrab sekali!

"Memang kenyataannya begitu! Kamu kan tahu sendiri kalau Bu Murni ini orangnya ramah. Apalagi terhadap karyawannya sendiri. Kamu jangan cemburu buta begini dong, Ri." Suara Pras mulai rendah. Sepertinya ia sadar kalau dirinya memang salah. 

"Aku bukannya cemburu buta, Mas. Aku hanya mengemukakan fakta. Analoginya begini. Kalau benar apa yang Mas katakan, bahwa Bu Murni itu sangat ramah dan perhatian pada semua karyawannya, berarti Bu Murni akan menelepon setiap karyawannya setiap mereka lembur. Bayangkan, Bu Murni akan menelepon seratus tujuh puluh-an karyawannya setiap hari. Kira-kira itu masuk akal tidak Mas? Kalau menurutku sih tidak mungkin. Bayangkan 170-an orang karyawan. Apa nggak dower itu bibirnya Bu Murni? Satu lagi, sejak kapan Mas memanggil Bu Murni dengan panggilan Mur saja? Akrab sekali ya, Mas?" sindir Suri getas. Sindirannya sepertinya mengena. Karena air muka Pras langsung berubah. Ia terlihat serba salah.

"Sudahlah, Ri. Aku capek. Aku mau mandi dan tidur. Besok saja kita bahas masalah ini. Satu yang pasti, tidak ada apa-apa di antara aku dan Bu Murni. Percayalah. Kami dekat karena membahas masalah pekerjaan. Tidak ada hal lainnya. Percayalah padaku, Ri."

Suri memandangi wajah Pras dengan seksama. Ia tahu Pras berbohong. Karena selama mereka berbicara Pras tidak berani menatap matanya. Suri sangat mengenal gerak-gerik suaminya. 

"Baiklah, kalau Mas tidak mau jujur, aku tidak bisa memaksa. Namun ingat satu hal ya, Mas? Jangan sampai aku mendengar kecurangan Mas dari orang lain. Kalau itu sampai terjadi, aku akan hitung-hitungan dengan Mas," ancam Suri dingin.

"Terserah kamu saja. Kamu mau hitung-hitungan dengan cara apa memangnya? Cerai? Mau jadi kamu kalau bercerai dariku? Tamatan SMP tidak ada artinya di ibukota ini. Paling juga menjadi buruh cuci."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Kau Remehkan   104. ExtraPart VI.

    "Bagaimana keadaan Ibu?" Suri menghampiri sang ibu yang terbaring di ranjang." Dirinya memang langsung pulang kampung setelah kakaknya mengabari kalau ibu mereka sedang sakit. "Lho kamu kok tiba-tiba ada di sini, Ri? Kamu datang dengan siapa? Damar?""Dengan Pak Min, Bu. Mas Damar besok baru menyusul. Ada rapat tahunan perusahaan. Keadaan Ibu bagaimana?" Suri menggenggam tangan sang ibu. "Seperti yang kamu lihat. Ibu baik-baik saja. Pasti kamu ya yang mengadu pada Suri, Las? Ibu tidak apa-apa kok?" Bu Niken memelototi Sulastri. Putri sulungnya ini sedikit-sedikit selalu mengadu pada Suri."Tidak apa-apa bagaimana? Orang Ibu nyaris stroke kemarin?" bantah Sulastri."Itu 'kan kemarin. Sekarang Ibu toh baik-baik saja. Lain kali jangan sedikit-sedikit mengadu pada Suri. Suri baru beberapa bulan melahirkan. Repot ke mana-mana membawa bayi." "Tidak repot kok, Bu. Kan ada Mbok Inah. Lagi pula sekalian Wira ingin bertemu dengan Pras. Rindu katanya. Kebetulan sekolahnya libur dua hari karen

  • Istri yang Kau Remehkan   103. Extra Part V.

    Suri merapikan gaun hamil babydollnya karena tegang. Saat ini MC tengah membacakan nama-nama pengusaha yang masuk dalam nominasi Anugerah Wirausaha Indonesia atau AWI. Anugerah Wirausaha Indonesia itu sendiri adalah satu acara penghargaan yang diberikan kepada para pengusaha di Indonesia. Kompetisi dan penghargaan AWI ini biasanya dilaksanakan setiap tahunnya. Dan malam ini adalah acara AWI yang ke-22. Yang mana acara diselenggarakan pada ballroom Adi Daya Graha Hotel. Dalam acara AWI tahun ini, Damar yang mewakili PT Karya Tekstil Adhyatna masuk dalam 26 nominasi AWI yang terpilih. "Santai saja, Sayang. Jangan tegang. Nanti anak kita ikutan tegang di dalam sana." Damar menggenggam tangan Suri yang saling terjalin di pangkuan. Astaga, tangan Suri dingin sekali."Saya tidak tegang, Mas. Saya cuma tidak tenang. Masa nama Mas tidak disebut-sebut sih!" Suri mendecakkan lidah. MC dari tadi hanya membacakan nama-nama nominasi pengusaha yang lain."Sabar dong, Sayang. Nominasi yang harus

  • Istri yang Kau Remehkan   102. Extra Part IV.

    Dokter Aslan tersenyum tipis. Ia teringat pada Murni Eka Cipta. Sang pendonor yang juga mantan teman sekolahnya. Pada mulanya dokter Aslan tidak mengetahui kalau pendonor kornea mata Pras adalah Murni, teman SMP-nya dulu. Sampai sosok tubuh kaku Murni didorong masuk ke ruang operasi. Berdampingan dengan Pras. "Sudah lama meniatkan kornea matanya untuk saya? Siapa orangnya, Pak Dokter? Pras mengerutkan dahi. Ia penasaran. Siapa orang ini sampai-sampai meniatkan mendonor mata padanya? "Nanti Pak Pras akan tahu sendiri." Dokter Aslan menepuk ringan bahu Pras."Baiklah. Karena operasi ini telah berhasil dengan baik, saya akan memeriksa pasien lain lagi. Nanti siang, Pak Pras sudah bisa keluar dari rumah sakit. Saya ingatkan, besok pagi Bapak harus kembali kontrol ke poli mata untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan. Gunakan obat tetes mata sesuai dengan anjuran. Hindari menekan atau mengusap bagian mata, dan jangan mengendarai kendaraan bermotor. Tambahannya makanlah makanan yang bergizi s

  • Istri yang Kau Remehkan   101. Extra Part III.

    Pras duduk di sisi ranjang seraya membuka mata perlahan. Ia mengikuti instruksi dokter Aslan. Perban yang membungkus matanya selama dua hari ini akhirnya dibuka juga. Sehari setelah operasi keratoplasti alias cangkok kornea mata, dirinya hanya mengganti perban dan mengecek kondisi mata. Setelah dinyatakan kalau hasil operasinya bagus, baru pada hari kedua inilah ia akan membuka mata hasil keratoplasti. Ia sungguh berterima kasih kepada siapa pun orang yang telah mendonorkan kornea mata padanya.Pras mencoba mengikuti instruksi dokter Aslan. Matanya masih terasa sedikit lengket. Padahal tadi dokter Aslan telah mengusapkan semacam cairan sejuk yang melembabkan matanya. Setelah matanya terbuka, Pras mengedip-ngedipkannya sebentar. Samar-samar ia mulai melihat cahaya terang. Sebuah tirai jendela berwarna hijau muda. Pras terbata-bata mengucap syukur. Akhirnya ia mampu melihat cahaya setelah tiga tahun bergelut dalam kegelapan."Ayah? Ayah sekarang sudah bisa melihat belum?"Suara Wira, p

  • Istri yang Kau Remehkan   100. Extra Part II

    "Ya sudah, Wira baik-baik di sana ya? Jangan nakal." Suri mengelus puncak kepala Wira. Sang putra mengangguk patuh. "Wira masuk ke dalam mobil dulu sana. Papa ingin berbicara pada bunda." "Siap, Pa." Wira bergegas masuk ke dalam mobil. Ia sudah tidak sabar ingin menunjukkan bingkisan pada sang ayah. Karena konon katanya ayahnya sudah bisa melihat sekarang."Mas pergi dulu ya, Ri? Kamu dan Dimas baik-baik di rumah. Mas tidak lama. Setelah semua urusan selesai, Mas dan Wira akan langsung pulang ke rumah." Damar mengecup kening Suri mesra. Setelahnya ia mencium sayang pipi anak laki-lakinya.Damar kemudian berjongkok sembari mengelus perut Suri yang sedikit membukit. Ya, Suri tengah mengandung muda. Dirinya dan Suri memang kejar setoran. Usia mereka berdua sudah tidak muda lagi. Untuk mereka berusaha secepat mungkin memiliki keturunan."Adek bayi juga baik-baik di dalam sana ya? Jangan buat Bunda susah ya, Nak ya?" Damar mencium perut Suri. Mengelus-elusnya sebentar. "Ri, jangan kela

  • Istri yang Kau Remehkan   99. Extra Par I.

    Tiga tahun kemudian.Seorang lelaki tua mengecup kening putri kesayangannya untuk yang terakhir kalinya. Setelahnya ia menatap nanar ketika jenazah sang putri didorong masuk ke ruang operasi. Sejurus kemudian satu brankar juga didorong masuk. Pintu kemudian ditutup, bersamaan dengan air matanya yang menetes perlahan. "Selamat jalan, putriku. Ayah bangga padamu karena telah berjuang hingga kamu tidak mampu lagi bertahan. Ayah juga akan melaksanakan pesan terakhirmu. Doakan agar Ayah kuat kehilanganmu. Karena masih ada satu pesanmu lagi yang harus Ayah emban hingga Ayah tutup usia."Air mata sang lelaki tua terus menetes, tanpa sang lelaki tua itu sadar. Ia menangis tanpa suara tanpa emosi. Selama tiga tahun menemani putri tunggalnya ini berjuang melawan penyakit-penyakitnya, tidak sekalipun ia menangis. Ia tidak mau putrinya melihatnya patah semangat.Namun hari ini, semua emosi yang selama ini ditahan-tahannya sendiri luruh. Ia telah kehilangan istrinya bertahun lalu. Dan kini ia ju

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status