Share

Rencana Mertua

Author: Ree Ichi
last update Huling Na-update: 2024-10-30 00:34:32

"Ini pasti bercanda 'kan, Bu?" tanya Akira dengan napas memburu, air matanya tak mampu lagi ditahan. Tangannya amat gemetar, memegang surat pernyataan cerai yang dilayangkan dari suaminya sendiri. 

Tak hanya itu, bahkan surat tersebut sudah ditandatangani Andre sejak dua minggu yang lalu. 

"Kamu bisa baca, kan? Udah, gak usah banyak tanya! Segera angkat kaki dari rumah ini!"

Suara tegas itu memenuhi telinga Akira. Memang, dia benar-benar merasa sakit hati, namun, ia tak ingin berlamat-lamat dalam pengkhianatan sang suami dan juga ibu mertuanya itu.

Tak lama, Akira pun segera bangkit dan mengusap air matanya dengan kasar, kemudian tersenyum penuh arti.

"Dasar wanita gila! Jadi janda malah senang, tapi gak masalah sih, karena kamu itu seperti sampah yang tidak bisa digunakan sama sekali!" sarkas wanita paruh baya tersebut kepada Akira.

Akira hanya diam, dia menyeret kopernya dengan penuh kekecewaan, dalam hati, dirinya akan menuntut balas dendam dengan semua perlakuan yang diterima dirinya semenjak menikah dengan Andre.

Namun sebelum Akira benar-benar pergi, mertuanya memanggil.

"Hei, Akira! Kamu masih belum selesai mengerjakan tugas rumah," tegas wanita paruh baya tersebut kepada Akira yang sakit untuk kesekian kali, seolah belum cukup menyakiti Akira. 

"Kerjakan sekarang!" seru mertua Akira sambil menarik rambut wanita malang itu hanya untuk membersihkan rumahnya. 

Akira hanya mampu mengikuti ucapan mertuanya dalam diam, hingga pekerjaan itu selesai dan Akira didorong dengan keras dari pintu gerbang.

Wanita muda itu kini berdiri di pinggir jalan, sembari memegang ponsel dan segera menghubungi seseorang.

“Jemput aku sekarang.”

Senyum dingin dia tampilkan kala melihat wallpaper yang ada di ponsel miliknya. Hatinya terasa perih begitu juga kepercayaan yang dia bangun semenjak 5 tahun itu.

Tak menunggu lama, seseorang sudah berada di depannya dengan mengendarai mobil hitam pengeluaran terbaru.

"Siang, Nona Muda."

Pria yang berusia sekitar 35 tahun tersebut segera membukakan pintu untuk anak dari majikannya, setelah mendapatkan kabar jika Nona mudanya ingin pulang ke mansion orang tuanya.

Mobil mulai melaju, meninggalkan kenangan pahit bagi Akira dan mulai menuju kehidupan yang baru kedepannya.

Di dalam mobil, manik wanita muda itu hanya fokus ke selembar kertas dan sebuah amplop kecil yang diberikan oleh ibu mertuanya ketika dia pergi. 

Dengan perlahan, Akira membuka amplop tersebut dan mengeluarkan isinya. Detik itu juga, Akira merasakan luapan emosi di seluruh tubuhnya. Sedih, marah, kecewa, semuanya menjadi satu, kala melihat sebuah test pack yang tertulis nama Siska, dengan garis dua merah di tengahnya. 

“Kamu keterlaluan, Andre …” gumam Akira, berusaha menenangkan hatinya. 

Beberapa jam kemudian, wanita itu akhirnya sampai di semuah mansion megah yang telah lama dia tinggalkan. Dengan mata sembabnya, Akira melangkahkan kakinya di rumah bernuansa putih dan gold milik orang tuanya. 

Terdengar suara wanita paruh baya yang datang menyambut putri semata wayangnya dengan lembut dan hangat.

"Putriku, kenapa wajahmu kusut begini? Dimana suamimu? Apa kalian ada masalah?" Cecar Selena kepada Akira yang malah semakin menangis dalam pelukan ibunya.

"Kamu kenapa sayang?"

Tidak ada jawaban dari Akira, wanita cantik itu terus menumpahkan rasa sakit dan sedihnya kepada wanita yang sudah melahirkan dirinya dan merawat sepenuh hati dengan cinta.

Karena tidak ada jawaban, Selena membawa langkah Akira ke ruangan santai ditemani sebuah jus dan camilan yang merupakan kesukaan Akira dan juga dirinya.

Wanita paruh baya itu menepuk lembut punggung Akira, memberikan ketenangan kepada putri tercintanya.

Setelah dirasa putrinya sudah tenang, Selena mencoba berbicara lebih banyak dengan anaknya, sembari memberikan segelas minuman hangat pada Akira. 

"Kalau sudah tenang, coba cerita sama aku, kenapa kamu menangis seperti tadi? Apa kamu bertengkar dengan suamimu?" tanya wanita paruh baya itu dengan lembut.

Akira menggeleng lemah, "Seharusnya aku mendengar nasihat Mommy dan Papi waktu itu sebelum aku menikah dengan Mas Andre… maaf, aku sudah membuat kalian kecewa," tutur Akira dengan nada lemah.

Selena menghela napas kasar, namun dia juga tidak bisa mengalahkan siapa pun, karena semua sudah digariskan oleh takdir.

"Tidak apa, Nak, Mommy tidak marah sama kamu. Justru, mommy ingin kamu jangan menangis seperti ini. Kamu harus jadi wanita yang tangguh dan hebat. Tanpa Andre pun kamu bisa berdiri sendiri dan lebih bahagia," jelas Selena kepada putrinya.

Saat itu, Akira merasa bersyukur, karena meskipun mertua dan suaminya tidak suka dengannya, Akira masih memiliki orang tua yang masih menerimanya meskipun Akira telah lama jauh dari keduanya.

"Tapi, kalau kamu datang ke sini dan dicari sama mertua dan suamimu bagaimana?" tanya lembut Selena sambil memperbaiki anak rambut di wajah putrinya.

Akira menggeleng mantap, "Mereka tidak akan mencari aku, Mom, mereka malah bahagia tanpa aku di sana," terang Akira dengan rasa sakit yang begitu dalam.

Wanita paruh baya itu mengernyit heran, "Kenapa bisa begitu, Nak?"

Akira mengeluarkan benda dan kertas yang sudah dia bentuk seperti jawaban ujian sekolah dari orang yang paling pintar.

Raut wajah Selena bingung, "K-kamu hamil?"

Akira menggeleng lagi, "Itu dari selingkuhan Mas Andre Mom, wanitanya sedang hamil anak Mas Andre.” 

Akira mencoba mengatakan kehamilan selingkuhan suaminya dengan tenang, namun tetap saja, air mata kembali luruh. Bagaimana tidak? Suaminya menyakitinya bertubi-tubi. Seolah kejadian yang didengar oleh Akira di ruangan kerja Andre tidak cukup, Akira dikejutkan dengan kabar kehamilan Siska. 

"Sudah, berhenti menangis. Kamu istirahat saja, biar aku bicara sama papi. Intinya, kita akan buat “mantan” suamimu itu menyesal melepaskan berlian macam kamu.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Kebangkitan Premethueus

    Langit senja di atas markas bawah tanah Phoenix of Gold tampak membara keemasan, seolah mencerminkan semangat baru yang menggelegak di dalamnya. Arka Mahendra, kini berusia tujuh belas tahun, berdiri gagah di hadapan peta digital raksasa yang menampilkan pola satelit global. Di belakangnya, puluhan anggota Operasi Prometheus menunggu komando dengan mata penuh keyakinan.“Dragunov belum benar-benar mati,” ujar Arka tegas. “Mereka hanya berganti wajah.”Seseorang dari barisan depan mengangkat tangan. “Apa maksudmu, Kapten?”Arka menoleh. Di layar, muncullah simbol aneh yang baru-baru ini muncul dalam komunikasi terenkripsi di dark web: lingkaran berputar dengan huruf ‘H’ menyala merah. Helix.“Program Helix adalah warisan terakhir mereka. Sebuah AI global yang mereka bentuk selama bertahun-tahun, tersembunyi dalam jaringan satelit, lembaga keuangan, bahkan institusi pemerintahan,” jelas Arka. “Jika mereka berhasil mengaktifkannya sepenuhnya, seluruh dunia akan tunduk pada kendali ekonom

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Arka dan Core Site Zero

    Malam itu, markas utama Phoenix of Gold diselimuti aura kesiagaan tinggi. Core Site Zero yang berada di bawah tanah Pegunungan Alpen kini menjadi jantung pertempuran baru dunia teknologi dan kekuasaan. Arka Mahendra, putra sulung Noah dan Akira, berdiri di ruang strategi yang diterangi cahaya holografik biru. Usianya baru enam belas tahun, namun pandangannya tajam dan penuh ketegasan seperti ayahnya."Target utama kita adalah menghancurkan jaringan sisa Dragunov yang bersembunyi di bawah organisasi Black Vortex," ujarnya tegas kepada tim elit Prometheus—unit rahasia Phoenix of Gold yang dipimpinnya.Di sisi lain dunia, para pemimpin negara-negara besar berkumpul dalam sidang darurat Dewan Keamanan Global. Mereka resah. Perusahaan yang dulu bernama Mahendra Corp kini telah berevolusi menjadi kekuatan negara digital bernama Phoenix of Gold. Dengan armada teknologi canggih, mata-mata AI, dan sistem pertahanan luar biasa, Phoenix bukan lagi sekadar korporasi—ia telah menjadi entitas berda

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Langkah awal Sang Phoenix

    Subuh belum sepenuhnya menggantikan kegelapan saat pasukan muda Phoenix bersiap di pelabuhan udara utama. Di langit, zeppelin raksasa berbentuk phoenix—Aurora Prime—sudah menyala, siap membawa mereka ke bawah laut Atlantik, menuju Core Site Zero.Arka Mahendra berdiri di depan pasukannya, mengenakan seragam taktis berlapis serat Helium-9, ringan tapi kuat sekeras titanium. Lambang Phoenix of Gold bersinar lembut di dadanya.“Semua sistem cek!” seru Arka.Para anggota tim muda itu segera melaporkan. Ini bukan latihan. Ini adalah operasi nyata—dan seluruh dunia mengintip.Noah dan Akira berdiri tidak jauh, mengawasi."Noah," bisik Akira, "apa kita tidak terlalu membebani Arka?"Noah menggeleng pelan, matanya tetap tertuju pada putra sulung mereka."Dia harus belajar, Akira. Dunia ini bukan lagi tempat yang ramah. Kita tidak bisa melindunginya selamanya."Akira menggenggam tangan suaminya erat.Di atas panggung kecil, Arka mengangkat komunikatornya."Operasi Prometheus—Start!"Zeppelin r

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Opersi Promentheus

    Malam itu, markas besar Phoenix of Gold masih bermandikan cahaya holografik, seolah bintang-bintang turun dari langit untuk menyaksikan kebangkitan era baru. Namun, di balik euforia itu, ketegangan mulai mengendap di bawah permukaan.Di ruang rapat utama, Noah duduk di depan meja bundar raksasa. Layar di sekeliling menampilkan gambar-gambar yang berubah cepat: berita dunia, pesan diplomatik, hingga laporan ancaman.Phoenix baru saja lahir sebagai negara digital, tetapi dunia lama tidak tinggal diam."Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, dan Uni Eropa sudah mengeluarkan pernyataan resmi," lapor Gabriel, kepala intelijen. "Mereka tidak mengakui kedaulatan Phoenix. Mereka menganggap ini pemberontakan teknologi."Noah mengetukkan jarinya di meja. "Seperti yang kita duga.""Lebih buruk lagi," tambah Vanya, berdiri di sudut ruangan. "Beberapa negara berusaha menyusup lewat dunia maya. Mereka meluncurkan virus generasi baru—dirancang khusus untuk menghancurkan Helios dari dalam."Akira, yang du

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Angin Dingin Balkan

    Angin dingin Balkan menggigit kulit saat tim ekspedisi Phoenix mendarat di dataran tinggi berlapis salju. Di antara kabut pekat, berdiri benteng tua yang kini menjadi markas Dragunov—pusat operasi rahasia musuh.Arka mengenakan seragam tempur khusus Phoenix: serat karbon ringan, dilapisi nano-armor. Di pundaknya, emblem Phoenix bersinar redup.Vanya di sampingnya, membawa konsol portable. Di belakang mereka, regu elit Orion Unit bergerak tanpa suara."Target kita ada di ruang bawah tanah kompleks itu," bisik Vanya. "Mereka mencoba memanipulasi sinyal Helios menggunakan Resonator—sebuah alat frekuensi balik yang bisa membuat Helios meledak."Arka mengangguk. "Waktu kita sedikit. Serang cepat, akurat, dan bersih."Mereka bergerak menyusuri lereng curam, menembus hutan gelap, hingga akhirnya mencapai perimeter luar benteng.Arka memberi isyarat.Tiga... Dua... Satu.Bom EMP mini diledakkan, memutus semua listrik di area luar. Dalam hitungan detik, mereka menyusup masuk ke dalam.Koridor

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Percobaan Pertama

    Seminggu telah berlalu sejak penyelamatan Talia. Meskipun luka-lukanya mulai membaik, trauma yang ditinggalkan oleh para penculik masih melekat. Akira memutuskan untuk memberinya waktu istirahat penuh, menghindarkannya dari segala rapat strategis.Namun di balik dinding kaca Phoenix Headquarters, badai tengah mengumpul.Sejumlah negara, dipimpin oleh Eropa Timur dan beberapa pihak dari Asia Tengah, membentuk koalisi darurat—menuntut audit terbuka terhadap teknologi Phoenix of Gold. Mereka menganggap perusahaan yang dulunya adalah Mahendra Corp itu telah berubah menjadi kekuatan supranasional yang tak bisa diawasi.“Kita menjadi trending topic bukan karena pujian saja,” kata Noah dalam rapat utama. “Tapi juga karena rasa takut. Dunia melihat kita sebagai ancaman baru.”Arka duduk tak jauh dari ayahnya, ekspresinya kaku. Ia telah mempelajari reaksi publik, membaca lebih dari dua ratus artikel opini dalam empat hari terakhir. Kesimpulannya hanya satu—Phoenix mulai kehilangan kendali atas

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status