Share

Tidak Mungkin!

Author: Ree Ichi
last update Last Updated: 2024-10-31 23:29:08

"Kamu sudah siap belum, Akira!?" 

Teriakan dari lantai bawah membuat Akira yang sedang bersiap-siap mulai bergegas. 

Hari itu, ibunya mengajak dirinya untuk pergi ke mall untuk ke salon, dan juga belanja keperluan ibunya. Entahlah apa itu yang dimaksud, tapi daripada Akira harus larut dalam kesedihan pasca kejadian kemarin, Akira memutuskan untuk ikut. 

"Sudah, Mom, tapi apakah Mommy tidak malu jika aku berpakaian seperti ini? Habis … pakaian yang kubawa dari rumah Mas Andre semuanya sudah tak layak pakai …" tutur Akira menunjukkan pakaiannya hari itu, yang hanya sebatas celana jeans dan juga kaus sederhana. 

"Gak apa kok, mau pakai apapun juga, anakku tetap yang paling cantik!" puji Selena kepada putrinya dengan tulus, “Lagipula, lihat ibumu ini, ibu juga hanya memakai dress batik sederhana. Orang-orang mungkin mengira ibu pakai daster!”

Ucapan dari ibunya sendiri membuat Akira tersipu, dan tertawa di saat bersamaan. Itulah yang Akira sukai dari keluarganya. Meskipun Akira tahu betapa banyak aset yang keluarganya miliki, baik ibu dan juga ayahnya tetap ramah dan sederhana, tak pernah berlebihan dalam segi penampilan. 

“Yasudah, ayo berangkat!”

Selena dan Akira akhirnya segera naik mobil, dan sang sopir langsung melajukan kendaraan tersebut ke sebuah tempat belanja yang megah.

Tak disangka, ternyata maksud dari belanja keperluan ibunya, adalah membelikannya pakaian baru untuk Akira yang jaub lebih cantik dan berharga dari pakaian yang sesekali dibelikan oleh Andre.

“Mom, apa ini tidak terlalu banyak?” tanya Akira, heran karena antusias sang ibu untuk membelikan anaknya pakaian, padahal, Akira sendiri sudah memegang lebih dari lima kantung belanja. 

“Banyak? Kamu gak lihat pakaian-pakaian yang Andre belikan untukmu? Sudah, anggap aja ini jatah pakaian kamu ketika kamu tinggal sama mantan suamimu itu. Mama kan gak pernah belikan kamu pakaian sejak kamu tinggal sama Andre.” 

Selena menjawab sembari sibuk melihat-lihat sepatu untuk anaknya, sedangkan Akira sendiri sudah terharu karena ucapan ibunya sendiri. 

Padahal, Akira masih ingat, bagaimana dia pergi meninggalkan mama dan papanya ketika akan menikahi Andre, yang tidak sama sekali direstui oleh keduanya. 

“Kalau kamu capek, habis ini kita ke spa saja, ya,” tawar wanita paruh baya itu kepada Akira. 

Tak ingin melawan, Akira mengangguk pelan. 

Akhirnya, Akira terduduk di ruang tunggu spa sembari membaca majalah bisnis di tangannya, menunggu giliran. Karena kondisi spa yang saat itu ramai, Akira mau tak mau harus bergantian ruangan oleh ibunya. 

Sementara itu setelah pulang kerja, Andre mengajak Siska belanja karena keinginan istrinya dengan dalih ngidam perawatan diri. 

Andre dan Siska tengah berjalan di lorong pusat perbelanjaan yang ramai. Siska tampak ceria, menenteng tas belanja berisi pernak-pernik bayi yang baru mereka beli. Senyumnya lebar, sementara Andre hanya berjalan di belakangnya, tampak tak bersemangat.

Saat mereka baru memasuki tempat Siska ingin melakukan perawatannya, langkah Andre mendadak terhenti. Wajahnya berubah tegang ketika matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya—Akira, mantan istrinya. Wanita itu duduk di ruang tunggu spa dengan tenang. 

"Akira?" gumam Andre, terkejut karena tak menyangka jika mantan istrinya akan ada di mall besar seperti ini. 

Siska yang sedang sibuk memilih paket perawatan segera menoleh, dan merasa heran dengan perubahan ekspresi suaminya, "Mas, ada apa?" tanya wanita yang tengah hamil muda tersebut.

Namun, sebelum Andre sempat menjawab, manik Siska langsung terarah ke sosok wanita yang terdiam ke arah Andre.

"Eh, Akira, gak nyangka akan ketemu disini. Sekarang kamu jadi pembantu kah? Lagi nungguin majikan kamu ya?" ejek Siska dengan nada angkuh, menatap Akira dari atas ke bawah dengan tatapan menghakimi.

Sebetulnya, Akira sama terkejut dengan Andre, karena tujuannya ke mall ini adalah untuk melupakan sikap jahat suaminya, tapi mengapa justru dia bertemu lagi dengan mantan suami dan istri barunya, dan kembali menerima hinaan?

“Siska, hati-hati kalau bicara. Apa kamu gak malu bicara seperti itu di saat kamu selingkuh dengan suami orang, dan hamil pula.” ucap Akira. Akira pun tak mengerti, dari mana ia dapat keberanian untuk konfrontasi dengan wanita yang dulu sekretaris Andre. 

“Apa katamu!? Berani-beraninya ya!”

Akira bisa melihat wajah Siska yang mulai memerah, sehingga Akira merasa puas karena berhasil mempermalukan selingkuhan suaminya itu. Namun, yang tak Akira sangka, Andre justru tiba-tiba maju, membela Siska.

“Akira, Siska sudah jadi istriku. Lagipula, dia hamil karena kamu yang tak mumpuni sebagai istri! Jadi, gak usah berlagak seolah kamu paling benar disini. Bahkan, lihat penampilanmu. Jika aku masih jadi suamimu, aku akan merasa malu bawa istri kayak kamu ke mall besar kayak gini!”

Cacian dari mantan suaminya sendiri membuat Akira merasakan perih di hatinya. Dia tak apa dengan segala hinaan dari Siska, tapi, Akira tak menyangka jika Andre, pria yang dulu tampak mencintainya dengan tulus, kini membuangnya, bahkan menghinanya seolah Akira adalah sampah.  

Tak kuasa menahan tangis, Akira meremas buku jarinya hingga memutih, dan lari keluar, menyisakan suasana spa yang ramai karena perseteruan mereka.

"Ada apa ini? Akira ke mana?" tanya Selena yang baru saja selesai perawatan kepada resepsionis, terheran dengan suasana spa yang kisruh. 

"Ah, tante majikannya Akira? Akira tadi lari, tante, gak tau kemana. Lagipula tante itu cantik, pakai baju mahal, kenapa bawa pembantu tante yang jelek itu ke spa mahal seperti ini, sih?"

Siska mengangkat dahunya, memberikan tatapan sinis pada Selena. Sementara Andre di sampingnya, diam seribu bahasa ketika tersadar bahwa wanita yang ada di hadapannya adalah mantan mertuanya.

"Mbak, maaf ya, mau saya bawa siapa ke tempat ini bukan urusan Anda. Yang lebih terlihat seperti pembantu bukan Akira, tapi mbak sendiri." jawab wanita paruh baya itu dengan tenang.

“Dan kamu, Andre. Kamu lebih memilih wanita seperti ini dibanding Akira? Ck, gak heran kenapa saya dari dulu gak suka sama kamu.” 

Tak menunggu reaksi dari mantan menantu, dan juga wanita selingkuhannya, Selena bergegas pergi, meninggalkan Siska dan Andre dengan wajah yang merah karena malu dan marah. 

Sebelum Selena keluar, ibu Akira itu menoleh ke arah resepsionis spa, dan berucap dengan tenang. “Usir saja mereka dari sini, spa milikku tak butuh pelanggan kotor macam mereka.” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Kebangkitan Premethueus

    Langit senja di atas markas bawah tanah Phoenix of Gold tampak membara keemasan, seolah mencerminkan semangat baru yang menggelegak di dalamnya. Arka Mahendra, kini berusia tujuh belas tahun, berdiri gagah di hadapan peta digital raksasa yang menampilkan pola satelit global. Di belakangnya, puluhan anggota Operasi Prometheus menunggu komando dengan mata penuh keyakinan.“Dragunov belum benar-benar mati,” ujar Arka tegas. “Mereka hanya berganti wajah.”Seseorang dari barisan depan mengangkat tangan. “Apa maksudmu, Kapten?”Arka menoleh. Di layar, muncullah simbol aneh yang baru-baru ini muncul dalam komunikasi terenkripsi di dark web: lingkaran berputar dengan huruf ‘H’ menyala merah. Helix.“Program Helix adalah warisan terakhir mereka. Sebuah AI global yang mereka bentuk selama bertahun-tahun, tersembunyi dalam jaringan satelit, lembaga keuangan, bahkan institusi pemerintahan,” jelas Arka. “Jika mereka berhasil mengaktifkannya sepenuhnya, seluruh dunia akan tunduk pada kendali ekonom

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Arka dan Core Site Zero

    Malam itu, markas utama Phoenix of Gold diselimuti aura kesiagaan tinggi. Core Site Zero yang berada di bawah tanah Pegunungan Alpen kini menjadi jantung pertempuran baru dunia teknologi dan kekuasaan. Arka Mahendra, putra sulung Noah dan Akira, berdiri di ruang strategi yang diterangi cahaya holografik biru. Usianya baru enam belas tahun, namun pandangannya tajam dan penuh ketegasan seperti ayahnya."Target utama kita adalah menghancurkan jaringan sisa Dragunov yang bersembunyi di bawah organisasi Black Vortex," ujarnya tegas kepada tim elit Prometheus—unit rahasia Phoenix of Gold yang dipimpinnya.Di sisi lain dunia, para pemimpin negara-negara besar berkumpul dalam sidang darurat Dewan Keamanan Global. Mereka resah. Perusahaan yang dulu bernama Mahendra Corp kini telah berevolusi menjadi kekuatan negara digital bernama Phoenix of Gold. Dengan armada teknologi canggih, mata-mata AI, dan sistem pertahanan luar biasa, Phoenix bukan lagi sekadar korporasi—ia telah menjadi entitas berda

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Langkah awal Sang Phoenix

    Subuh belum sepenuhnya menggantikan kegelapan saat pasukan muda Phoenix bersiap di pelabuhan udara utama. Di langit, zeppelin raksasa berbentuk phoenix—Aurora Prime—sudah menyala, siap membawa mereka ke bawah laut Atlantik, menuju Core Site Zero.Arka Mahendra berdiri di depan pasukannya, mengenakan seragam taktis berlapis serat Helium-9, ringan tapi kuat sekeras titanium. Lambang Phoenix of Gold bersinar lembut di dadanya.“Semua sistem cek!” seru Arka.Para anggota tim muda itu segera melaporkan. Ini bukan latihan. Ini adalah operasi nyata—dan seluruh dunia mengintip.Noah dan Akira berdiri tidak jauh, mengawasi."Noah," bisik Akira, "apa kita tidak terlalu membebani Arka?"Noah menggeleng pelan, matanya tetap tertuju pada putra sulung mereka."Dia harus belajar, Akira. Dunia ini bukan lagi tempat yang ramah. Kita tidak bisa melindunginya selamanya."Akira menggenggam tangan suaminya erat.Di atas panggung kecil, Arka mengangkat komunikatornya."Operasi Prometheus—Start!"Zeppelin r

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Opersi Promentheus

    Malam itu, markas besar Phoenix of Gold masih bermandikan cahaya holografik, seolah bintang-bintang turun dari langit untuk menyaksikan kebangkitan era baru. Namun, di balik euforia itu, ketegangan mulai mengendap di bawah permukaan.Di ruang rapat utama, Noah duduk di depan meja bundar raksasa. Layar di sekeliling menampilkan gambar-gambar yang berubah cepat: berita dunia, pesan diplomatik, hingga laporan ancaman.Phoenix baru saja lahir sebagai negara digital, tetapi dunia lama tidak tinggal diam."Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, dan Uni Eropa sudah mengeluarkan pernyataan resmi," lapor Gabriel, kepala intelijen. "Mereka tidak mengakui kedaulatan Phoenix. Mereka menganggap ini pemberontakan teknologi."Noah mengetukkan jarinya di meja. "Seperti yang kita duga.""Lebih buruk lagi," tambah Vanya, berdiri di sudut ruangan. "Beberapa negara berusaha menyusup lewat dunia maya. Mereka meluncurkan virus generasi baru—dirancang khusus untuk menghancurkan Helios dari dalam."Akira, yang du

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Angin Dingin Balkan

    Angin dingin Balkan menggigit kulit saat tim ekspedisi Phoenix mendarat di dataran tinggi berlapis salju. Di antara kabut pekat, berdiri benteng tua yang kini menjadi markas Dragunov—pusat operasi rahasia musuh.Arka mengenakan seragam tempur khusus Phoenix: serat karbon ringan, dilapisi nano-armor. Di pundaknya, emblem Phoenix bersinar redup.Vanya di sampingnya, membawa konsol portable. Di belakang mereka, regu elit Orion Unit bergerak tanpa suara."Target kita ada di ruang bawah tanah kompleks itu," bisik Vanya. "Mereka mencoba memanipulasi sinyal Helios menggunakan Resonator—sebuah alat frekuensi balik yang bisa membuat Helios meledak."Arka mengangguk. "Waktu kita sedikit. Serang cepat, akurat, dan bersih."Mereka bergerak menyusuri lereng curam, menembus hutan gelap, hingga akhirnya mencapai perimeter luar benteng.Arka memberi isyarat.Tiga... Dua... Satu.Bom EMP mini diledakkan, memutus semua listrik di area luar. Dalam hitungan detik, mereka menyusup masuk ke dalam.Koridor

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Percobaan Pertama

    Seminggu telah berlalu sejak penyelamatan Talia. Meskipun luka-lukanya mulai membaik, trauma yang ditinggalkan oleh para penculik masih melekat. Akira memutuskan untuk memberinya waktu istirahat penuh, menghindarkannya dari segala rapat strategis.Namun di balik dinding kaca Phoenix Headquarters, badai tengah mengumpul.Sejumlah negara, dipimpin oleh Eropa Timur dan beberapa pihak dari Asia Tengah, membentuk koalisi darurat—menuntut audit terbuka terhadap teknologi Phoenix of Gold. Mereka menganggap perusahaan yang dulunya adalah Mahendra Corp itu telah berubah menjadi kekuatan supranasional yang tak bisa diawasi.“Kita menjadi trending topic bukan karena pujian saja,” kata Noah dalam rapat utama. “Tapi juga karena rasa takut. Dunia melihat kita sebagai ancaman baru.”Arka duduk tak jauh dari ayahnya, ekspresinya kaku. Ia telah mempelajari reaksi publik, membaca lebih dari dua ratus artikel opini dalam empat hari terakhir. Kesimpulannya hanya satu—Phoenix mulai kehilangan kendali atas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status