Share

Bab 7. Cinta pertamaku

Author: Tifa Nurfa
last update Last Updated: 2024-06-01 14:03:23

Aku berjalan pulang ke rumah, saatnya aku mulai menyusun rencana.

*

"Assalamualaikum, Papa. Gimana kabar Papa?"

Aku menghubungi Papa. Tiba-tiba saja aku kangen Papa. Melihat kenyataan Mas Iqbal mengkhianatiku, aku merasa bersalah sama Papa. Dulu beliau orang pertama yang menentang keras keputusanku saat hendak menerima Mas Iqbal dan menikah dengannya.

Tapi karena aku tetap kekeuh, bersikeras pada keyakinanku, akhirnya Papa terpaksa merestui. Meski aku tahu, hatinya berat, hatinya tak rela melepasku bersama laki-laki yang tidak sreg di hatinya.

"Papa Baik. Seperti biasa, baik-baik saja. Kamu apa kabar, Sayang?" Terdengar suara khas Papa di seberang sana.

"Tyas juga baik, sehat, Pa."

"Alhamdulillah kalau gitu. Gimana? sudah kamu sampaikan sama Iqbal soal rencana itu? Bagaimana beraksi dia? Papa yakin dia akan senang sekali dengan berita ini. Ya kan?" Entah mengapa suara Papa terdengar seperti ... Seperti tak ikhlas. Apa mungkin hanya perasaanku saja?

"Ehm, soal itu ... Belum. Tyas belum sampaikan Pa." Aku menjawab lesu.

"Lho kenapa? Bukannya kemarin-kemarin kamu sudah sangat ngotot dan bersemangat sekali untuk secepatnya melimpahkan pada Iqbal?"

Suara Papa terdengar kaget. Aku hanya bisa menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Iya Pa. Keadaannya sekarang sudah berbeda. Tyas pikir, benar apa yang Papa katakan. Untuk tidak perlu melakukan semua itu, apalagi ...."

"Apa?" kejar Papa.

"Apalagi pernikahan Tyas dan Mas Iqbal belum dikaruniai anak."

Salah satu alasan Papa tak setuju dengan rencana melimpahkan kepemimpinan perusahaannya pada Iqbal karena menurut Papa itu berlebihan, apalagi kondisinya kami berdua belum ada anak. Papa hanya takut jika Iqbal tidak sesuai dengan harapannya, dan berbuat hal yang di luar dugaan, dan jika itu terjadi, aku tak bisa berbuat apa-apa. Karena posisinya kami belum punya anak bisa saja justru aku yang akan tersingkir.

"Alhamdulillah akhirnya kamu paham apa yang Papa maksud Nak, kamu percaya sama Papa. Semua yang Papa lakukan semua tentu demi kebaikan kamu. Papa hanya ingin melindungi kamu."

Laki-laki cinta pertamaku ini memang luar biasa. Cintanya padaku tak berbatas. Maafkan aku Pa, aku yang sering membantah Papa. Aku sering membuat Papa kecewa karena kerasnya sifatku. Setelah ini aku janji, untuk lebih menurut apa kata Papa.

Tanpa sadar air mataku menetes. Aku yakin ketika Papa tahu semuanya, sudah pasti ia akan sangat kecewa. Anak semata wayangnya, yang sangat ia cintai, ternyata di sakiti oleh laki-laki yang bahkan kehadirannya tidak di restui.

Apa ini bentuk karma dari Tuhan karena aku lancang, mengabaikan restu Papa?

"Iya Pa. Satu lagi, sepertinya untuk ke depannya Tyas mau aktif lagi di kantor."

Namun terdengar Papa tergelak tawa mendengar aku ingin aktif lagi di kantor.

"Papa! Kok malah ketawa memang ada yang lucu? Memang nggak boleh aku ikut mengurusi perusahaan milik papaku sendiri?" Aku mengerucutkan bibirku, merajuk. Meskipun di sana Papa tidak melihatnya.

"Bukan begitu, Sayang! Papa justru sangat senang mendengar ini. Papa hanya heran aja, kenapa kamu tiba-tiba berubah, ada apa Sayang? Apa ada sesuatu terjadi?"

Aku terdiam beberapa saat. Tak mungkin aku mengatakan pada Ayah kalau Mas Iqbal telah mengkhianatiku. Pasti Papa akan sangat marah sekali dan langsung akan turun tangan. Aku ingin menyelesaikan masalahku sendiri dengan caraku sendiri.

Biar nanti saja aku ceritakan pada Papa saat waktunya tepat.

Sedekat itu memang aku sama Papa, semenjak Mama pergi lebih dulu menghadap sang Pencipta, saat aku masih SMA. Aku tinggal berdua sama Papa. Papa kerja keras membangun perusahaan. Hingga kini perusahaan Aditama berdiri kokoh dan menjadi satu dari sepuluh jajaran perusahaan berpengaruh di negeri ini.

Tapi Papa tak ada niatan untuk menikah lagi, meski ada banyak wanita-wanita yang berusaha menarik perhatiannya. Tapi Papa memilih untuk tetap setia pada Mama. Terkadang aku kasihan lihat Papa yang melamun sendiri di taman belakang. Beberapa kali aku menyuruh Papa untuk menikah lagi saja, aku tak melarang. Tapi Papa selalu berkata, tak ada wanita lain yang bisa menggantikan posisi mama di hatinya.

Keteguhan hatinya membuatku bangga, dan memiliki impian kelak bisa punya suami seperti Papa. Yang sangat sayang keluarga dan setia sama Mama sampai maut memisahkan.

Tapi apa mau di kata, takdir berkata lain, suami yang kubanggakan, dan kuperjuangkan di depan Papa. Ternyata tak lebih dari seorang pengkhianat!

"Tyas! Apa kamu baik-baik saja? kamu masih di sana 'kan?"

Aku tersentak kaget, suara Papa memanggil, menarikku dari lamunan.

"Eh, Iya Pa, aku nggak apa-apa. Papa setuju 'kan aku kembali aktif di kantor?" tanyaku lagi untuk memastikan

"Tentu saja Sayang. Papa setuju sekali. Di kantor kamu bisa belajar banyak dari Abian, dia yang sudah lebih dulu membantu Papa selama ini. Kalian akan jadi tim yang solid."

"Iya Pa. Terimakasih ya Pa. Papa jaga kesehatan, jangan terlalu banyak pikiran," pesanku sebelum menutup panggilan.

"Iya, Sayang. Kamu juga baik-baik di sana ya. Assalamualaikum."

Panggilan selesai.

Papa tinggal sendiri, hanya di temani oleh beberapa pekerja di rumah. Kesibukkannya hanya bermain golf, bertemu dengan teman sejawatnya.

Sudah terhitung lima tahun terakhir ini kondisi kesehatan Papa sering terganggu, membuatnya memilih untuk pensiun lebih awal, semua urusan kantor ia percayakan pada Abian, orang kepercayaannya.

Ketika aku berhasil menyelesaikan kuliah di luar negeri, rencananya aku akan mengambil alih kepemimpinan perusahaan. Namun gagal. Karena aku mengalami patah hati.

Patah hati lantaran di tinggal nikah oleh kekasihku. Zidan. Padahal aku dan dia sudah berencana akan menikah, namun siapa sangka, Zidan malah menikahi sahabatku. Ketika aku pulang ke Indonesia, Erin sahabatku itu sudah hamil lima bulan.

Dunia seakan runtuh seketika mendapati kenyataan yang menyakitkan, kala itu.

Aku menatap langit-langit kamar ini, sekarang aku harus merasakan kembali sakitnya di khianati.

Terkadang aku merasa dunia seperti tak adil padaku. Ketika aku sudah benar-benar mencintai seseorang, mengapa harus berakhir menyakitkan?

Tiba-tiba saja suara langkah kaki memasuki rumah ini. Seperti langkah kaki lebih dari satu orang.

Aku bangkit untuk melihat siapa yang datang. Betapa terkejutnya aku melihat seseorang yang datang ke rumah ini.

Bersambung.

Siapa ya kira-kira yang datang ke rumah Tyas?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 148. Ending.

    "Pergi dari sini aku bilang! Pergi!" Sentak Iqbal dengan suara menggelegar."Oke, oke, aku tak akan mengambil Rayyan darimu. Tapi satu hal yang ingin aku sampaikan. Bagaimanapun aku ini adalah ayahnya. Jadi aku bisa sewaktu-waktu kemari untuk menengoknya. Kau tak bisa melarangku, kalau itu terjadi maka aku akan membawanya pergi jauh darimu."Ucapan Juna terdengar seperti ancaman bagi Iqbal."Oke! Tapi jangan pernah kau katakan kau adalah ayahnya. Tunggu sampai saatnya tiba. Saat dia bisa mengerti semua keadaan ini."Juna mengangguk kemudian pergi.Dalam keheningan malam, Iqbal duduk sendiri di kamar Rayyan, memandangi anak itu yang tertidur pulas. Sekarang Rayyan mulai mau menginap di rumah itu dan tidur bersama Iqbal. Tentu saja itu sesuatu yang sangat membahagiakan bagi Iqbal."Aku telah mencintaimu sejak hari pertama aku melihatmu di dunia ini," bisiknya lirih. "Sekarang dan sampai kapanpun ... tidak ada yang bisa mengubah itu." Iqbal mengelus pelan rambut lebat bocah yang tengah

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 157. Kenyataan Menyakitkan.

    Iqbal menunggu dengan penuh rasa penasaran. Jantungnya berdegup kencang.Dan Hasilnya ... TIDAK COCOK. Rayyan bukan darah dagingnya.Iqbal tercengang. Dunia seakan runtuh seketika. Hatinya hancur. Ia tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Semua yang selama ini ia kira adalah kenyataan hidupnya, ternyata hanyalah ilusi. Amanda–wanita yang ia nikahi, ternyata telah menipunya. Namun yang lebih menyakitkan lagi, Rayyan anak yang selama ini ia anggap sebagai bagian dari dirinya, anak itu ternyata bukan anak kandungnya.Wajah Iqbal mendadak pucat. Ia masih seperti mimpi. Mimpi buruk yang membuatnya seperti kehilangan sebagian dari hidupnya.Meski ia berpisah lama dengan Rayyan karena dia di penjara, tapi dalam hatinya selalu menyakini bahwa Rayyan adalah permata hatinya. Dan sampai kapanpun dia tak merasa sendiri sebab ia punya anak. Tapi ternyata kenyataan berkata lain. Iqbal menggeleng, beberapa kali ia mengusap kasar wajahnya. Masih tak bisa terima dengan apa yang dikatakan dokter, tapi

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 156. Tes DNA.

    Setelah menjalani masa hukuman di penjara selama beberapa tahun, Iqbal kembali ke dunia luar dengan segunung tantangan yang menantinya. Fauzan yang telah menjamin kebebasan untuk Iqbal. Iqbal tak pernah menyangka, orang yang dulu ia tolong, kini telah sukses dan bahkan bisa menolongnya keluar dari penjara. Iqbal sangat berterimakasih pada Fauzan.Bayangan suram masa lalunya membayang-bayangi langkahnya, tapi ia mencoba menghapus semuanya, memulai lembaran baru. Fauzan menjemput Iqbal dengan mobil miliknya. Begitu sampai di halaman rumah Iqbal terkejut Hasna tengah sibuk melayani beberapa pembeli."Hasna," ucap Iqbal dengan senyum tersungging di bibirnya.Bergegas ia turun dari mobil untuk menemui ibunya. Beberapa langkah sebelum sampai di teras toko, ia melirik ke arah pintu rumahnya. Harusnya ada ibunya yang menyambut kepulangannya di sana. Mendadak hatinya gerimis, mengingat kini ibunya sudah tidak ada lagi.Dulu ibunya adalah satu-satunya orang yang selalu ada mendukungnya. Wala

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 155. Akhir kisah sang Pelakor

    Amanda duduk duduk di tepi ranjang kecil yang suram, memandangi jendela yang menghadap ke gang sempit di sudut kota Semarang.Diluar kehidupan kota samar-samar terdengar, namun jiwa wanita itu terasa hampa. Tubuhnya lemah, wajahnya pucat dengan tatapan matanya kosong. Sisa kehidupan yang dulu penuh hingar bingar kini hanya menyisakan sebuah penyesalan yang tak tertahankan."Aku muak dengan semua kelakuanmu! Kamu hadapi semua ini sendiri! Aku nggak mau tahu! Ini kan buah dari semua perbuatanmu!" sentak Yusuf sore itu sebelum memutuskan untuk pergi ke Jakarta.Yusuf yang menjadi kakak tiri Amanda, merasa sudah capek menghadapi berbagai model orang yang datang menagih hutang pada Amanda.Yusuf seolah menjadi ATM bagi Amanda, seenaknya dia meminta kakaknya untuk membayar hutang-hutangnya.Yusuf pun merasa capek. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi dan berusaha bersikap masa bodoh dengan Amanda. Karena semakin di turuti keinginannya, Amanda semakin menjadi. Seolah makin banyak saja orang

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 154. Iqbal Bebas

    Salah satu perawat yang tinggal tak begitu njauh dari rumah Hasna datang tergopoh, ia langsung mengecek kondisi tubuh Bu Wina yang dingin."Maaf, Ibu Wina sudah tidak ada," ucap perempuan itu lirih."Innalilahi wa Inna ilaihi Roji'un." Beberapa orang tetangga yang sudah datang turut berduka.Sedangkan Hasna masih tak sadarkan diri."Panggilkan Bapakya Hasna, cepat!" seru salah satu tetangga memberi titah pada tetangga lainnya. Laki-laki yang diberi perintah itu pun bergegas lari ke rumah Bapaknya Hasna, yang tinggal tak jauh dari rumah itu bersama Bu Maryam."Astaghfirullah, ada apa, Hasna! Hasna!" Laki-laki paruh baya itu datang, ia syok melihat Wina istri pertamanya telah berpulang. Dan Hasna masih terbaring pingsan.Dalam hati kecilnya ia sangat sedih, meski semasa hidup dan tinggal bersama Wina ia kerap kali berbeda pendapat, kerap kali bertengkar, tapi perjalanan waktu yang di lalui bersama, tentu menyimpan sejuta kenangan bersama juga bersama anak-anak mereka."Yang sabar Pak! I

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 153. Kepergian Bu Wina.

    Pagi-pagi sekali Hasna sudah bersiap untuk pergi menemui Iqbal."Mbak Santi, tolong titip Ibu sebentar ya. Akan saya usahakan cepat pulang." Hasna meminta bantuan tetangga untuk menjaga ibunya sebentar, selama dia pergi."Iya Hasna, tenang aja. Saya akan di sini sampai kamu pulang.""Terimakasih banyak Mbak Santi.Hasna pun berangkat dengan memakai motor matic second yang dibelinya, untuk di pakai setiap kali berbelanja mengisi tokonya.Saat tiba di Lapas, seketika Hasna merasakan atmosfer yang berat. Rasa rindu, marah, kecewa, dan kesedihan bercampur aduk menjadi satu di dalam dadanya. Saat Iqbal muncul di ruang kunjungan, Hasna melihat perubahan besar dalam diri kakaknya. Wajahnya tirus, tubuhnya semakin kurus, rambutnya sedikit berantakan, dan ada bayangan kelam di matanya."Hasna ..." Iqbal memanggil namanya dengan suara serak, seakan-akan ia tak percaya adiknya benar-benar datang.Hasna duduk di depannya, diam sejenak. Suasana canggung terasa di antara mereka. "Aku datang karen

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 152. Tawaran Bantuan.

    "Selamat sore, Mbak Hasna," sapa pria itu.Hasna sedikit terkejut. Ke apa laki-laki itu bisa tahu namanya. Dari gelagatnya dia seperti tidak berniat untuk membeli sesuatu di toko."Sore, Pak. Ada yang bisa saya bantu?""Saya teman lama Iqbal. Namaku Fauzan. Saya baru dengar tentang kejadian yang menimpa keluargamu."Hasna terdiam sejenak. Ada rasa kekhawatiran, jangan-jangan kakaknya punya hutang pada temannya ini dan sekarang dia datang untuk menagih hutang. Begitu pikir Hasna."Oh, begitu. Ada yang bisa saya bantu? Maaf Mas Iqbal tidak ada di rumah."Fauzan mengangguk pelan. "Aku hanya ingin tahu bagaimana kabar ibumu. Aku tahu bahwa apa yang terjadi dengan Iqbal pasti bagi kalian."Hasna memandang pria itu dengan sedikit rasa waspada. Ia memang pernah mendengar nama Fauzan dari Iqbal, tapi mereka tak pernah bertemu sebelumnya. Tentu saja, setelah semua yang terjadi dengan kakaknya, ia sulit untuk langsung mempercayai siapa pun, terutama orang yang datang tiba-tiba tanpa diduga.H

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 151. Jalan terjal kehidupan Keluarga Iqbal.

    POV Author. Jalan Terjal Kehidupan keluarga Iqbal."Makan dulu Bu." Hasna menyuapi ibunya–Wina dengan telaten.Nasi putih dengan tekstur sedikit lembek dan sayur Sop ayam. Biasanya ibunya akan sangat suka dengan menu satu ini. Tapi hari ini Bu Wina seperti tak ada nafsu makan."Bu, lagi ya." Bu Wina menggeleng. Hasna menghela napas."Ya sudah sekarang minum obatnya, ya." Hasna bergegas menuju ke kamar ibunya, membuka laci nakas tempat ia menyimpan obat.Setelah kejadian Bu Wina jatuh stroke, Hasna memilih resign dari kantor dan fokus di rumah mengurus ibunya.Ia membawa Wina kembali ke rumah lamanya. Sedangkan Bu Maryam dan Bapaknya pindah dari rumah itu, tinggal tak begitu jauh dari rumah Bu Wina."Ini Bu obatnya." Setelah selesai mengurusi ibunya, Hasna membawa ibunya ke depan teras rumah, udara pagi yang sejuk, juga sinar matahari pagi bagus untuk kesehatan ibunya."Hasna buka warung dulu ya." Bu Wina hanya mengangguk. Sebenarnya Bu Wina masih bisa bicara walau ada sedikit terb

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 150. Jebakan untuk Om Martin.

    "Halo Sayang, aku sekarang bagi diperjalanan pulang ke Jakarta." Aku mengabari Tyas melalui sambungan telepon."Iya Mas hati-hati. Gimana tadi ketemu sama Pak Bambang?""Ketemu Sayang.""Terus?""Nanti aku ceritakan di rumah ya. Assalamualaikum."Panggilan selesai. Aku fokus mengemudi dengan karena jalan berbelok-belok dan berbatu.Aku kembali ke Jakarta dengan menggenggam luka. Kesaksian Pak Bambang, tentu memberi titik terang sekaligus memberikan luka. Betapa Martin sangat jahat. Padahal Papa sudah sangat percaya padanya.Ternyata dia tega mengkhianati kepercayaan Papa. Sungguh ini sakit sekali."Ya Allah Pa. Lihat kan Pa, orang yang selalu Papa bela mati-matian, orang selalu menjadi diri diantara hubungan kita. Ternyata dia adalah orang yang sangat busuk! Brengsek! Awas saja Kau Martino, aku pastikan kau akan mendekam di balik jeruji besi untuk waktu yang sangat lama," geramku, sambil memukul stir mobil beberapa kali.Aku berhasil keluar dari jalan desa, kini melewati jalanan yang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status