Share

4. Dari siapa?

"Itu 'kan tas yang dibawa teman Mama kemarin?" cetus Shetta secara tiba-tiba kala ia melihat sebuah tas yabg tengah ditunjukkan oleh mbok Yem.

Ya! Setelah mbok Yem meletakkan totte bag tersebut dan meninggalkannya di atas meja makan. Tak ada angin atau apapun, Shetta tiba-tiba saja melontarkan pertanyaan yang masih terasa sensitif.

Mendengar itu lantas membuat Shella terperangah dengan kedua alis terangkat. Ia tak menyangka jika Shetta akan berbicara demikian, mengingat pertemuan mereka yang terasa begitu singkat.

"Kenapa Shetta bisa menyadari kalau tas itu milik Hans!?" batin Shella yang kini terdiam membeku.

Akan tetapi, Dion sepertinya menunjukkan reaksi yang berbeda. Lelaki itu masih terlihat tenang meski dengan kening yang mulai mengerut menatap buah hatinya.

"Teman Mama?" Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah sang istri, "Siapa? Apa kemarin ada tamu ke rumah?"

Pias!! Shella kini tampak gelagapan entah apa yang harus ia katakan terkait pertanyaan suaminya.

Dion tentu merasa kaget karena ia tak mengetahui jika rumahnya kedatangan tamu, ia pun mulai menerka siapa orang yang dimaksud.

Sedangkan Shella jelas terlihat kebingungan, kedua mata yang tengah memandang ke segala arah dan berusaha untuk tidak menatap wajah Dion.

"Apa Cindy sempat kemari?" tanya Dion tiba-tiba.

Di kala kebingungan yang tengah melanda seorang ibu beranak satu tersebut, pertanyaan Dion justru memunculkan sebuah ide untuknya.

"Ah! I-itu ...."

"Tante Cindy? Bukannya kemarin yang dateng itu laki-laki ya, Ma?" sambar Shetta.

Deg!!

Belum sempat Shea menuturkan jawabannya bahkan hendak berbohong, rupa-rupanya niatan tersebut telah lebih dulu digagalkan oleh Shetta, anaknya sendiri.

Hal itu lantas membuat Dion terkejut bukan main, kenapa teman lelaki? Bahkan jika diingat kembali, Shella tidak punya teman lelaki yang begitu akrab sedari dulu.

"Lelaki?" tanya Dion memastikan, "Aku baru tahu kamu punya teman lelaki," tambahnya dengan raut wajah sedikit berubah.

Alih-alih menjawab, kini Shella semakin bingung dengan pertanyaan Dion yang selali merujuk pada suatu hal yang tak ingin ia jelaskan.

Dengan napas tercekat-cekat serta gerak gerik yang begitu aneh Shella pun mencoba menjawab, "I-itu ... teman lamaku, Mas. Dia baru tiba di Jakarta setelah merantau ke Kalimantan."

Ya! Wanita itu akhirnya terpaksa berbohong kepada Dion, suaminya sendiri. Karena seumur hidupnya ia tak pernah memiliki seorang teman yang tulus apa lagi teman lelaki.

Meskipun jawaban yang ia berikan terasa kaku dan terdengar aneh, namun Shella berharap Dion akan percaya dan tidak curiga.

"Lantas, kenapa bisa ada sama mbok Yem?" tanya Dion.

"Ah, ya ... aku juga tidak tahu, katanya dia lupa memberikan ini sama Shetta. Jadi dia meninggalkannya di depan pintu, itupun aku baru tahu setelah dia menelepon," tutur Shella dengan tetap berusaha tenang, terlebih saat ini Dion tampak kebingungan, "Dan waktu aku mau mengambilnya barang itu sudah tidak ada, saat aku mau menanyakan pada mbok Yem tiba-tiba Shetta memanggil dan minta untuk ditemani tidur siang. Alhasil aku lupa sampai hari ini."

Ya, penuturan Shella memanglah terdengar meyakinkan, bak aktris sinetron yang sudah sangat ahli dalam berakting.

Untuk sesaatpun mereka terdiam, dengan Dion yang tampak mengenyitkan keningnya seolah memikirkan hal terasa mengganjal di pikirannya.

Di samping itu, Shetta yang terlihat asyik membuka tote bag yang rupanya berisi sebuah boneka Barbie, mainan kesukaannya.

"Asyik!! Lucu sekali!" teriak Shetta yang tampak begitu senang dengan mainan tersebut.

Melihat reaksi Shetta yang sangat antusias dengan barang pemberian teman istrinya membuat Dion yang awalnya terlihat bingungpun dengan sendirinya lelaki itu tersenyum dan berusaha menyembunyikan pertanyaan yang memenuhi otaknya.

"Begitu ya, Mas baru tahu juga," ucap Dion tanpa rasa curiga, lalu ia melirik jam tangan dan kemudian kembali berkata. "Sepertinya kita harus segera berangkat. Ayo, Nak! Kita berangkat sekolah!"

Seperti tak terjadi apa-apa, Shetta menganggukkan kepalanya begitu saja dan segera menuruni kursi.

Mereka pun bergegas pergi meninggalkan rumah setelah berpamitan dengan mbok Yem. Tentu dengan pikiran Shella yang terasa begitu kalut.

Hingga sepanjang perjalananpun Shella tampak lebih banyak diam, membuat suasana terasa dingin.

Apa lagi jika bukan karena Hans? Lelaki itulah cikal bakal dari suasana yang terjadi pagi ini.

"Astaga, Hans. Kenapa kau tidak memberikan kesempatanku untuk hidup tenang? Bahkan setelah aku berhasil membuat mas Dion menceraikan wanita itu," gumamnya dalam hati.

Tak lupa pula dengan Dion, di balik kemudinya ia tampak memfokuskan pandangannya pada jalanan yang tampak ramai lalu lintas.

Meskipun begitu, Dion tetap merasa aneh dengan kejadian hari ini. Ia seperti melewatkan sesuatu yang teramat penting.

"Kenapa hatiku merasa ada yang salah? Tapi apa!?" batinnya.

Dion beberapa kali menghela napas panjang, dengan berjuta pertanyaan yang muncul dalam pikirannya.

Ia merasa bahwa Shella bertingkah aneh hari ini, meski Dion ingin memastikannya dengan benar namun hal itu tentu bukan sebuah solusi karena ia takut jika Shella merasa tersinggung.

Di tengah-tengah itu tiba-tiba sebuah dering notifikasi mengejutkannya, Shella lantas merogoh tas dan mengeluarkan gadget miliknya.

Betapa terkejutnya wanita itu kala ia membuka isi pesan ....

[Selamat pagi! Aku harap kamu tidak lupa memberikan hadiahku untuk Shetta, apakah dia menyukainya?]

Pesan itu sontak membuat Shella terkejut bukan main, ia tak menyangka dengan niatan Hans serius. Bahkan setelah ia diusir beberapa kali.

***

"Ck! Dibaca saja rupanya," geram Hans dengan terus menatapi kayar ponselnya berharap sebuah notifikasi yang datang berasal dari Shella.

Bukan tanpa alasan, Hans tentu mempunyai maksud tersendiri untuk menyapa Shella, terlebih pada waktu-waktu kebersamaan Shella dengan suaminya.

Hans pun mengembuskan napasnya dengan berat, bahkan memainkan ponselnya dengan tangannya.

Meski ia tahu jika Shella tidak akan pernah membalas pesannya namun tetap saja hal itu membuatnya tidak nyaman.

Lalu terbesit sebuah ide yang tiba-tiba muncul dalam otaknya, Hans lantas kembaki membuka layar kunci pada smartphone miliknya.

"Maafkan aku, sudah kubilang jangan mempermainkanku, terlebih tentang Shetta," gumamnya.

Hans lantas mulai mengetikkan sebuah oesan yang ditujukan untuk Shella, pesan yang mungkin membuat wanita itu terkejut dan tak akan menolaknya lagi kali ini.

Dengan senyuman sinis yang menghiasi paras tampannya, Hans telah selesai mengirimkan pesan tersebut lalu meletakkan kembali ponsel tersebut di atas meja kerjanya.

Di tempat lain, Shella merasa begitu muak dengan beberapa panggilan telepon dari sosok lelaki pengganggu baginya.

"Tch! Gak ada habisnya!!"

Detik berikutnya terdengar kembali bunyi notifikasi ponselnya yang semakin membuat wanita itu hilang kesabaran.

Sungguh, keberadaan Hans membuatnya sangat tertekan, terlebih lelaki itu sudah berani mengunjungi rumahnya.

Kala ia mengecek ponsel tersebut dan membuka sebuah pesan, matanya kembali terbelalak dengan alis terangkat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status