Share

4. Dari siapa?

Author: Queen Zeera
last update Last Updated: 2023-06-02 12:29:54

"Itu 'kan tas yang dibawa teman Mama kemarin?" cetus Shetta secara tiba-tiba kala ia melihat sebuah tas yabg tengah ditunjukkan oleh mbok Yem.

Ya! Setelah mbok Yem meletakkan totte bag tersebut dan meninggalkannya di atas meja makan. Tak ada angin atau apapun, Shetta tiba-tiba saja melontarkan pertanyaan yang masih terasa sensitif.

Mendengar itu lantas membuat Shella terperangah dengan kedua alis terangkat. Ia tak menyangka jika Shetta akan berbicara demikian, mengingat pertemuan mereka yang terasa begitu singkat.

"Kenapa Shetta bisa menyadari kalau tas itu milik Hans!?" batin Shella yang kini terdiam membeku.

Akan tetapi, Dion sepertinya menunjukkan reaksi yang berbeda. Lelaki itu masih terlihat tenang meski dengan kening yang mulai mengerut menatap buah hatinya.

"Teman Mama?" Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah sang istri, "Siapa? Apa kemarin ada tamu ke rumah?"

Pias!! Shella kini tampak gelagapan entah apa yang harus ia katakan terkait pertanyaan suaminya.

Dion tentu merasa kaget karena ia tak mengetahui jika rumahnya kedatangan tamu, ia pun mulai menerka siapa orang yang dimaksud.

Sedangkan Shella jelas terlihat kebingungan, kedua mata yang tengah memandang ke segala arah dan berusaha untuk tidak menatap wajah Dion.

"Apa Cindy sempat kemari?" tanya Dion tiba-tiba.

Di kala kebingungan yang tengah melanda seorang ibu beranak satu tersebut, pertanyaan Dion justru memunculkan sebuah ide untuknya.

"Ah! I-itu ...."

"Tante Cindy? Bukannya kemarin yang dateng itu laki-laki ya, Ma?" sambar Shetta.

Deg!!

Belum sempat Shea menuturkan jawabannya bahkan hendak berbohong, rupa-rupanya niatan tersebut telah lebih dulu digagalkan oleh Shetta, anaknya sendiri.

Hal itu lantas membuat Dion terkejut bukan main, kenapa teman lelaki? Bahkan jika diingat kembali, Shella tidak punya teman lelaki yang begitu akrab sedari dulu.

"Lelaki?" tanya Dion memastikan, "Aku baru tahu kamu punya teman lelaki," tambahnya dengan raut wajah sedikit berubah.

Alih-alih menjawab, kini Shella semakin bingung dengan pertanyaan Dion yang selali merujuk pada suatu hal yang tak ingin ia jelaskan.

Dengan napas tercekat-cekat serta gerak gerik yang begitu aneh Shella pun mencoba menjawab, "I-itu ... teman lamaku, Mas. Dia baru tiba di Jakarta setelah merantau ke Kalimantan."

Ya! Wanita itu akhirnya terpaksa berbohong kepada Dion, suaminya sendiri. Karena seumur hidupnya ia tak pernah memiliki seorang teman yang tulus apa lagi teman lelaki.

Meskipun jawaban yang ia berikan terasa kaku dan terdengar aneh, namun Shella berharap Dion akan percaya dan tidak curiga.

"Lantas, kenapa bisa ada sama mbok Yem?" tanya Dion.

"Ah, ya ... aku juga tidak tahu, katanya dia lupa memberikan ini sama Shetta. Jadi dia meninggalkannya di depan pintu, itupun aku baru tahu setelah dia menelepon," tutur Shella dengan tetap berusaha tenang, terlebih saat ini Dion tampak kebingungan, "Dan waktu aku mau mengambilnya barang itu sudah tidak ada, saat aku mau menanyakan pada mbok Yem tiba-tiba Shetta memanggil dan minta untuk ditemani tidur siang. Alhasil aku lupa sampai hari ini."

Ya, penuturan Shella memanglah terdengar meyakinkan, bak aktris sinetron yang sudah sangat ahli dalam berakting.

Untuk sesaatpun mereka terdiam, dengan Dion yang tampak mengenyitkan keningnya seolah memikirkan hal terasa mengganjal di pikirannya.

Di samping itu, Shetta yang terlihat asyik membuka tote bag yang rupanya berisi sebuah boneka Barbie, mainan kesukaannya.

"Asyik!! Lucu sekali!" teriak Shetta yang tampak begitu senang dengan mainan tersebut.

Melihat reaksi Shetta yang sangat antusias dengan barang pemberian teman istrinya membuat Dion yang awalnya terlihat bingungpun dengan sendirinya lelaki itu tersenyum dan berusaha menyembunyikan pertanyaan yang memenuhi otaknya.

"Begitu ya, Mas baru tahu juga," ucap Dion tanpa rasa curiga, lalu ia melirik jam tangan dan kemudian kembali berkata. "Sepertinya kita harus segera berangkat. Ayo, Nak! Kita berangkat sekolah!"

Seperti tak terjadi apa-apa, Shetta menganggukkan kepalanya begitu saja dan segera menuruni kursi.

Mereka pun bergegas pergi meninggalkan rumah setelah berpamitan dengan mbok Yem. Tentu dengan pikiran Shella yang terasa begitu kalut.

Hingga sepanjang perjalananpun Shella tampak lebih banyak diam, membuat suasana terasa dingin.

Apa lagi jika bukan karena Hans? Lelaki itulah cikal bakal dari suasana yang terjadi pagi ini.

"Astaga, Hans. Kenapa kau tidak memberikan kesempatanku untuk hidup tenang? Bahkan setelah aku berhasil membuat mas Dion menceraikan wanita itu," gumamnya dalam hati.

Tak lupa pula dengan Dion, di balik kemudinya ia tampak memfokuskan pandangannya pada jalanan yang tampak ramai lalu lintas.

Meskipun begitu, Dion tetap merasa aneh dengan kejadian hari ini. Ia seperti melewatkan sesuatu yang teramat penting.

"Kenapa hatiku merasa ada yang salah? Tapi apa!?" batinnya.

Dion beberapa kali menghela napas panjang, dengan berjuta pertanyaan yang muncul dalam pikirannya.

Ia merasa bahwa Shella bertingkah aneh hari ini, meski Dion ingin memastikannya dengan benar namun hal itu tentu bukan sebuah solusi karena ia takut jika Shella merasa tersinggung.

Di tengah-tengah itu tiba-tiba sebuah dering notifikasi mengejutkannya, Shella lantas merogoh tas dan mengeluarkan gadget miliknya.

Betapa terkejutnya wanita itu kala ia membuka isi pesan ....

[Selamat pagi! Aku harap kamu tidak lupa memberikan hadiahku untuk Shetta, apakah dia menyukainya?]

Pesan itu sontak membuat Shella terkejut bukan main, ia tak menyangka dengan niatan Hans serius. Bahkan setelah ia diusir beberapa kali.

***

"Ck! Dibaca saja rupanya," geram Hans dengan terus menatapi kayar ponselnya berharap sebuah notifikasi yang datang berasal dari Shella.

Bukan tanpa alasan, Hans tentu mempunyai maksud tersendiri untuk menyapa Shella, terlebih pada waktu-waktu kebersamaan Shella dengan suaminya.

Hans pun mengembuskan napasnya dengan berat, bahkan memainkan ponselnya dengan tangannya.

Meski ia tahu jika Shella tidak akan pernah membalas pesannya namun tetap saja hal itu membuatnya tidak nyaman.

Lalu terbesit sebuah ide yang tiba-tiba muncul dalam otaknya, Hans lantas kembaki membuka layar kunci pada smartphone miliknya.

"Maafkan aku, sudah kubilang jangan mempermainkanku, terlebih tentang Shetta," gumamnya.

Hans lantas mulai mengetikkan sebuah oesan yang ditujukan untuk Shella, pesan yang mungkin membuat wanita itu terkejut dan tak akan menolaknya lagi kali ini.

Dengan senyuman sinis yang menghiasi paras tampannya, Hans telah selesai mengirimkan pesan tersebut lalu meletakkan kembali ponsel tersebut di atas meja kerjanya.

Di tempat lain, Shella merasa begitu muak dengan beberapa panggilan telepon dari sosok lelaki pengganggu baginya.

"Tch! Gak ada habisnya!!"

Detik berikutnya terdengar kembali bunyi notifikasi ponselnya yang semakin membuat wanita itu hilang kesabaran.

Sungguh, keberadaan Hans membuatnya sangat tertekan, terlebih lelaki itu sudah berani mengunjungi rumahnya.

Kala ia mengecek ponsel tersebut dan membuka sebuah pesan, matanya kembali terbelalak dengan alis terangkat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Tak Dianggap   82. Dia bukan anakku!?

    Kerutan pada keningnya kini mulai tampak jelas, kala lelaki itu membalikkan amplop putih yang ternyata mempunyai lambang yang menggambarkan salah satu lambang Laboratorium terkemuka di kota itu.Mulanya Dion merasa aneh hingga bertanya-tanya dalam benaknya. Tanpa menunggu lama lagi Dion lantas mulai membuka isi amplop dan memgeluarkan secarik kertas putih dengan beberapa deretan huruf dan angka di dalamnya."Surat apa ini?" tanyanya masih menerka-nerka bahkan belum menyadarinya.Perlahan namun pasti, Dion kini mulai membaca kata demi kata yang tertulis di dalam surat tersebut. Untuk sesaat ia kembali heran, terlebih ketika lelaki itu menyadari terdapat beberapa nama yang tidak asing lagi baginya tertera di dalam tulisan tersebut."Kenapa ada nama anakku di sini!? Arshetta Puteri Santoso!?"Ya! Rasa penasaran lelaki itu semakin meluas, bahkan merasa begitu heran mengapa nama itu ada di dalamnya. Ia pun lekas membaca dengan lebih teliti lagi, kata demi kata yang menjelaskan terkait hasi

  • Istri yang Tak Dianggap   81. Amplop putih

    Seperti rencana sebelumnya pagi ini Hans akan melancarkan aksinya dengan memberi pelajaran pada Dion dan Shella terkait Kejadian beberapa malam yang lalu yang membuat dirinya merasa dipermalukan di hadapan semua orang bahkan di tempat yang selalu ia kunjungi. Lelaki itu telah bersiap dengan pakaian rapinya dan segera meluncur meninggalkan kediamannya menggunakan mobil mewah miliknya yang berharga milyaran rupiah.Dengan ditemani sopir pribadinya Hans segera saja menuju perusahaan milik Dion yang berada di pusat kota tersebut. Raut wajahnya kini menampakkan bahwa dirinya sangat percaya diri dengan rencana ini bahkan Hans sangat yakin bahwa ia akan segera membuat Dion menderita dan bisa memiliki Shella seutuhnya."Tunggu saja, Dion, aku akan menunjukkan Siapa yang paling kuat di antara kita dan aku akan membuktikan siapa yang paling pantas berada di samping Shella, " ucapnya dengan penuh keyakinan dan percaya diri.Tak butuh waktu beberapa jam untuk bisa tiba di kawasan perusahaan elit

  • Istri yang Tak Dianggap   80. Makan dengan Shetta

    Sudah berhari-hari Hans selalu melamun, asyik dengan pikirannya sendiri. Ya! Setelah perdebatannya bersama Dion dan Shella malam itu, ia kini lebih banyak diam dari biasanya, ponsel yang selalu ia mainkanpun kini hanya tergeletak tak karuan di atas meja kerjanya.Ia sungguh tidak berselera untuk melakukan apapun, bahkan ia hanya melakukan beberapa pekerjaan kantornya dan pulang tepat waktu. Tanpa mampir ke sebuah tempat atau melakukan sesuatu seperti biasanya."Ini terasa membosankan, aku hanya dian seperti ini dan tidak melakukan apapun."Hans lalu merebahkan dirinya di atas kursi santai di sebelah kolam renang miliknya, menandangi langit malam yang gelap dan penuh dengan berbagai cahaya bintang menghiasinya.Tak dapat dipungkiri, beberapa ucapan serta cibiran yang ia terima dari Shella tentu berdampak buruk dan cukup panjang hingga membuaynya seperti ini. Lelaki itu semakin terlarut dalam lamunannya sendiri membayangkan semua rentetan kejadian yang secara tidak langsung telah menyin

  • Istri yang Tak Dianggap   79. Mertua tidak tahu diri!

    Bryan baru saja tiba di kantornya dengan suasana hati yang sedikit kurang baik. Setelah perbincangan bersama pamannya yang terjadi semalam, Bryan tentu saja kini merasa bingung dengan saran yang diberikan oleh Handi.Bagaimana tidak? Saran yang dikatakan oleh Handi telah cukup membuat Bryan kembali berpikir, lagi dan lagi.Ia merasa cemas dan takut dengan keadaan Arumi yang belum sepenuhnya merasa lebih baik, bahkan saat terakhir ia makan siang dengan Arumi, wanita itu masih saja terlihat murung, menjawab pertanyaan Bryan seperlunya."Ini benar-benar membuatku pusing," ucap Bryan kala ia menduduki kursi kerjanya dan hendak memulai aktifitasnya.Tetapi, alih-alih segera menggarap beberapa pekerjaannya, lelaki itu justru hanya diam dengan kedua mata terfokus menatap layar komputernya.Diam ... dan tidak bergeming ....Di dalam pikirannya kini hanya terdapat berbagai macam hal yang tentang Arumi dan Askara."Bagaimana kalau tante Rose berbuat nekad dan bersikukuh menginginkan Askara? Lan

  • Istri yang Tak Dianggap   78. Mendatangi Dion

    Hari-hari setelah malam itu, Shella kini terlihat murung. Meski ia tetap menemani Vena membuka tempat karaokenya, namun semuanya tidak berjalan seperti sebelumnya. Wanita itu jadi lebih pendiam, senyuman manis yang ia miliki kini hanya tertuju untuk para customer.Ya! Shella cukup profesional dalam mengelola emosinya kali ini.Akan tetapi tetap saja, terlihat sekali perbedaan sikap dalam dirinya. Vena pun merasakan hal itu, merasa iba melihat sahabatnya yang harus berada dalam situasi seperti ini."Hmm, saituasi macam apa lagi ini!? Aku benar-benar tidak habis pikir ... "Semua terjadi jelas karena Dion, lelaki yang tiba-tiba datang mengacau. Hal itu membuat Vena memutuskan untuk melakukan sesuatu."Aku harus segera bertindak, karena seperti ini saja sudah membuatku lelah."Ya! Pagi ini lebih tepatnya sesaat setelah matahari muncul dari ufuk timur, para orang-orang yang memulai aktifitasnya, Vena telah bersiap dan segera pergi menuju kantor Dion. Vena berjalan mengendap-endap melewati

  • Istri yang Tak Dianggap   77. Kedatangan Om Handi

    Kini, Handi tengah duduk tegap di sebuah ruang tamu yang terdapat pada rumah mewah bergaya modern tersebut. Lelaki itu tak berhenti mengatur pernapasannya, dan juga mengatur beberapa bahasan yang akan ia katakan pada keponakannya.Ia ingin mengulur waktu, memikirkan lagi semuanya hingga terasa tepat untuk disampaikan. Tetapi Bryan sepertinya tidak akan memberinya kesempatan."Baiklah, Om. Apa yang membawa Om hingga malam-malam begini mendatangiku?" tanya Bryan langsung pada intinya.Bryan yang memang sedari dulu tak begitu menyukai basa-basi serta selalu membahas inti dari setiap permasalahan tentu sudah menjadi hal biasa bagi Handi, dan lelaki itu tak pernah menunjukkan aksi protesnya.Handj lalu membenahi posisi duduknya, sebelumm akhirnya menbahas apa yang membuat pikirannya mengganjal."Maaf sebelumnya kalau Om tiba-tiba menanyakan ini padamu," ucap Handj sedikit ragu, "Apa rencanamu saat kalian berdua resmi menikah?"Bukannya lekas menjawab, Bryan justru dibuat bingung dengan per

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status