Share

Bab 2 : Siasat

Author: Wii
last update Last Updated: 2023-06-10 09:56:27

Aku menatap tajam ke arah Ibu mertuaku, Rania, dan Mas Athar secara bergantian. Masing-masing dari mereka masih belum menanggapi ucapanku. Mereka terdiam beberapa saat, hingga akhirnya aku melanjutkan ucapanku. Segala uneg-uneg yang kutahan selama ini, harus kukeluarkan saat ini juga. Agar mereka paham, bahwa aku bukanlah wanita lemah yang bisa selamanya mereka tindas. Aku juga berhak membela diri demi kebahagiaanku sendiri.

Kedua tanganku sudah terlipat di dada. Masih menatap mereka secara bergantian. “Dari awal, rumah ini aku beli dari hasil kerja kerasku sendiri, bukan dari hasil ngemis. Justru yang mengemis jabatan itu kamu, Mas Athar. Kamu yang cocok disebut benalu dalam rumah ini. Begitu juga dengan Mama dan Rania. Selama hampir lima tahun, kalian memperlakukanku bukan sebagai menantu, istri, ataupun kakak ipar. Kalian menganggapku hanya sebagai pembantu di rumahku sendiri.”

“Apa pantas orang yang menumpang, bertingkah layaknya seorang majikan di rumah yang dia tumpangi? Harusnya kalian yang berkaca diri, bukan aku. Kalian bisa aja aku usir dari rumah ini, detik ini juga. Tapi, aku masih punya nurani. Nggak kayak kalian yang bisanya cuma menghina, tapi nggak sadar diri,” lanjutku lalu intens menatap Mas Athar. “Dan buat kamu, Mas. Silahkan lanjutkan hubunganmu dengan Lusi. Aku nggak peduli.”

“Alah! Baru punya rumah kayak gini aja udah belagu! Masih banyak orang kaya lain yang rumahnya lebih bagus dari ini!”

Seruan Rania itu langsung menarik perhatianku. Aku menatapnya dan memperhatikan wajah sinisnya. Dia membalas tatapanku. Tidak ada rasa takut sedikitpun di matanya. Aku menyeringai. Ternyata, lawanku itu masih belum sadar juga.

Aku melangkah pelan, mendekati Rania. Dengan santai aku berkata, “Oh, iya ya. Ehm, rumahku memang nggak besar sih. Cuma tiga tingkat. Tapi, aku bangga karena ini rumahku sendiri. Kamu sama suamimu, punya rumah nggak?”

Saat dia hendak membalas perkataanku, Ibu mertuaku sudah lebih dulu berbicara dengan nada yang keras. Lagi-lagi, atensiku teralihkan.

“Jaga omongan kamu, Ziva! Kamu itu nggak bisa semena-mena walaupun ini rumahmu! Kamu lupa, hidup kamu itu masih dibiayai sama Athar! Jadi, selama kamu masih numpang hidup, kamu harus bersikap sopan sama kami!”

“Iya, Ziva. Kamu itu masih numpang biaya hidup sama aku. Nggak usah sok berlagak paling kaya, kalau kamu sendiri masih jadi pengangguran.” Mas Athar ikut menyambung ucapan Ibunya. “Kalau kamu marah karena aku selingkuh, itu urusan kamu. Lagian, suami itu boleh punya istri lebih dari satu. Jadi, wajar dong kalau aku mau nikah lagi. Nanti tugas kamu layani calon istri aku yang baru. Biar kamu ada kerjaan di rumah. Jangan jadi pemalas.”

Tak lama kemudian, mereka tertawa. Mereka tertawa sangat kencang sekali. Aku tidak menyangka, suamiku sendiri tidak membelaku sama sekali. Dia justru ikut-ikutan seperti mertua dan iparku.

Bodohnya aku yang terlalu percaya pada mulut manisnya itu. Harusnya sejak awal bertemu dengannya, aku tidak langsung tergoda. Harusnya aku mendengarkan nasehat dari Pak Cokro saat itu.

“Makanya, jadi istri itu jangan kebanyakan protes. Terima aja kenyataannya. Kamu itu masih benalu, walaupun ini rumahmu. Nggak usah lancang buka-buka handphone suami. Inilah akibatnya kalau kamu ganggu privasi suami,” lanjut Mas Athar. “Cuci piring sana! Habis itu masak untuk makan malam kami. Nggak usah manja kamu.”

Mas Athar meninggalkanku. Aku berusaha untuk menahan tangisanku saat mendengar ucapan menyakitkannya itu. Kedua tanganku perlahan mulai turun ke bawah dan mengepal erat di samping kanan dan kiri tubuhku.

Ibu mertuaku dan Rania masih berdiri di hadapanku dengan tatapan meremehkan. Rania pun berkata, “Kok bisa ya Mas Athar pilih kamu? Udah jelek, sok kaya lagi. Dih, malu-maluin aja.”

“Mas kamu itu cuma manfaatin dia aja. Mana mungkin Athar punya selera rendahan kayak dia ini. Ibu aja nggak selera lihatnya,” sahut Ibu mertuaku. “Ayo kita keluar, Rania. Eneg juga lihat dia lama-lama.”

“Iya. Ayo, Ma.”

Setelah mereka pergi, tubuhku langsung lemas dan terduduk di lantai. Air mataku mulai menetes di pipi. Aku menangis. Wanita mana yang sanggup menghadapi sikap suami, mertua dan ipar yang seperti itu? Jujur, aku tidak sanggup.

Aku memang berusaha kuat di depan mereka. Tapi, saat sedang sendiri, aku akan menangis dan menumpahkan segala kesedihanku sendirian. Karena aku tidak mungkin mengatakan semua perlakuan suamiku itu pada orang lain, ataupun keluargaku sendiri.

“Ya Allah, bantu aku untuk menyelesaikan semua kerumitan ini. Aku ingin terbebas dari mereka.” Setelah berdoa, aku pun bergegas ke kamar mandi untuk berwudu dan melaksanakan salat tiga rakaat.

Sepanjang salat, air mataku tak berhenti menetes. Hingga aku selesai salat pun, air mataku masih saja mengalir di pipi, dan bahkan semakin deras. Kedua tanganku terangkat untuk kembali berdoa. Meminta petunjuk pada Sang Pencipta agar aku terbebas dari penindasan ini.

Dan setelah selesai berdoa, ingatanku mulai tertuju pada Pak Cokro. Aku bergegas meraih ponselku yang ada di atas nakas, lalu mengirimkan pesan singkat padanya.

[Assalamualaikum, Pak. Maaf ganggu waktunya. Bisa saya ketemuan sama Bapak?]

Aku sedikit cemas saat menunggu balasan dari Pak Cokro. Saat ini, aku masih memakai mukenah berwarna biru langit. Aku duduk di tepi kasur sambil terus menatap layar ponsel.

Ting! Notifikasi pesan W******p pun muncul. Aku segera membukanya dan membaca pesan dari Pak Cokro. [Waalaikumsalam. Bisa. Besok kita ketemuan ya. Kebetulan kita udah lama nggak ngobrol.]

[Siap, Pak. Jam berapa ketemuannya, Pak?] Itu balasan pesanku untuk Pak Cokro.

[Jam satu siang ya. Soalnya besok pagi sampai jam dua belas jadwal saya padat. Nanti kamu tunggu aja di kafe dekat kantor. Saya pasti datang.]

[Iya, Pak. Kalau gitu, sampai ketemu besok, Pak. Assalamualaikum.]

[Waalaikumsalam.]

Aku mengunci layar ponselku dan tersenyum lebar. “Mungkin saat ini, kamu bisa bertingkah seenaknya, Mas. Tapi, lihat apa yang bakal aku lakuin ke kamu setelah ini.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Tak Dihargai   BONUS SCENE

    AFTERMATH PERNIKAHAN NATHAN DAN ZIVAPOV: ZIVAMalam itu, hujan turun pelan. Tidak deras, tapi cukup untuk membuat udara terasa dingin. Namun, di kamar yang kini resmi menjadi milik kami—aku dan Nathan—hangat terasa tak hanya dari selimut, tapi dari tatapan matanya yang tak berpaling sedetik pun dariku.Aku duduk di tepi ranjang, mengenakan balutan satin lembut berwarna gading yang baru saja diberikan oleh Mama tadi sore. Sederhana. Tapi Nathan menatapku seperti aku adalah bintang jatuh yang ia minta dalam doa panjangnya.Dia mendekat pelan, seakan waktu di antara kami melambat. Hanya ada detak jantungku yang tak terkendali, dan langkah Nathan yang makin dekat... dan makin dekat.Aku menunduk, malu-malu. Ini memang bukan malam pertamaku sebagai seorang istri. Malam pertamaku dulu adalah saat bersama Athar. Tapi entah kenapa, malam ini, di hadapan Nathan, aku merasa seperti daun yang baru gugur—rentan, ringan, dan siap

  • Istri yang Tak Dihargai   EPILOG

    POV: ZIVASudah satu tahun sejak aku mendengar para saksi mengucapkan kata “sah” di depan penghulu—satu kata sederhana, tapi beratnya menembus seluruh pori-pori tubuhku. Saat itu, tanganku gemetar. Hatiku belum sepenuhnya tenang. Ada perasaan ganjil yang tak bisa kujelaskan, seolah ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi di balik hari sakral itu.Dan ternyata memang benar. Ada rencana besar yang disembunyikan dari mataku. Sebuah perangkap yang diam-diam dipasang oleh Nathan dan Ryan, demi melindungiku dari masa lalu yang masih berkeliaran di sekitar kami. Hari itu bukan hanya hari pernikahan kami. Tapi juga hari perhitungan—dan Nathan... memasang tubuhnya sendiri sebagai tameng.Ia menyembunyikan semuanya dariku bukan karena tak percaya. Tapi justru karena terlalu percaya bahwa aku berhak mendapatkan hari yang damai, tanpa rasa takut, tanpa teror. Ia menanggung semuanya sendiri. Menghalau gelap, agar aku bisa menyambut cahaya.

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 56 Akad dan Perangkap

    POV: AUTHORLangit Jakarta siang itu nyaris pecah. Mendung pekat menggantung seolah bersiap menumpahkan segalanya—hujan, dan mungkin takdir.Di dalam ruangan akad yang telah disiapkan sederhana namun khidmat, Ziva duduk anggun di sisi kanan ruangan, mengenakan gamis putih dengan kerudung satin lembut yang jatuh ke bahunya. Wajahnya tenang, tapi jantungnya berdetak tak karuan. Hari ini, ia akan menjadi istri Nathan. Resmi. Sah. Tapi entah kenapa, perasaannya bercampur. Bukan ragu. Tapi seakan... ada yang belum selesai.Sementara Nathan duduk tak jauh darinya, bersama Eric, para saksi, dan petugas KUA. Dan di balik jubah putih Nathan, ada rompi hitam kecil tersembunyi—rompi pelindung. Di telinganya, terpasang earpiece kecil. Sedangkan Ryan sudah siaga, bersama dua orang lain yang menyamar sebagai tamu undangan di sisi pintu masuk.Waktu menunjukkan pukul 14.07 saat suara penghulu memulai akad.“Aku nikahkan dan kawi

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 55 Ada Rencana Dibalik Akad

    POV: AUTHORLangkah Nathan terhenti sejenak di teras rumah keluarganya—rumah tempat ia tumbuh, dan kini akan menjadi saksi langkah barunya bersama Ziva. Dari balik jendela ruang tamu, ia melihat orang tuanya sedang sibuk berbincang dengan seorang petugas dari KUA. Pembicaraan serius tampak berlangsung, namun sorot wajah mereka jauh lebih tenang dari sebelumnya.Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting dari sekadar akad.“Jadi semuanya udah lo atur?” suara Nathan merendah, berbicara melalui ponsel yang ditempelkan ke telinganya. Ia melangkah ke sudut halaman, memastikan tidak ada yang mendengar.‘Udah, Nat. Semuanya udah beres. Kemarin, gue udah siapin dua orang dari tim gue buat ngikutin Gina. Kamera pengawas di sekitar lokasi akad juga udah dipantau. Kalau dia muncul, gue sama tim gue bakal langsung amanin dia. Dan lo yakin Ziva nggak tahu sama sekali soal rencana ini, kan?’ jawab Ryan di seberang, nadanya tegas.Nathan mengangguk kecil, meski Ryan tak bisa melihat. “Dia nggak tahu.

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 54 Langkah di Tengah Badai

    POV: NATHANTiga hari. Itu waktu yang kupunya untuk mengubah hidupku dan hidup Ziva. Kami akan menikah dan tak akan ada batasan untuk melindungnya. Aku tak sanggup melihat Ziva terus menderita. Dulu, dia menderita karena mantan suaminya, dan sekarang tak akan kubiarkan dia menderita karena mantan tunanganku.Aku meminta Papa untuk mengurus semuanya, dan sudah mulai dilakukan olehnya dengan mengurus dokumen pelengkap. Mama juga menghubungi penghulu dan beberapa orang penting untuk memastikan kami bisa menikah secepat itu—tanpa hambatan birokrasi. Semuanya bergerak cepat. Hampir terlalu cepat.Tapi aku tidak menyesal. Karena sementara Papa dan Mama sibuk mempersiapkan pernikahan kami, aku sibuk memikirkan satu hal lain: tentang Gina.Aku tahu dia tidak akan terima dengan pernikahan ini. Dan aku memang sengaja mengambil keputusan ini bertujuan untuk memancing Gina agar semakin berbuat nekat.‘Lo harus bisa tangkap Gina, Nat,’ ucap Ryan di ujung telepon. ‘Jangan sampai Ziva ngalamin hal y

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 53 Percepat Pernikahan

    POV: AUTHORSuara ponsel Ziva kembali bergetar. Kali ini dari nomor asing lain. Sudah yang keempat hari ini. Tangan Ziva gemetar saat membuka pesan singkat itu.‘Jangan pikir lo aman cuma karena tinggal di rumah orang tuanya Nathan. Gue bisa datang kapan aja, dan lo nggak akan tahu dari arah mana.’Napasnya memburu. Mata Ziva menatap ke arah jendela kamar tamu yang tertutup tirai rapat. Tapi perasaan tidak aman itu terus menyelusup ke seluruh tubuhnya. Seperti ada mata-mata yang mengawasinya dari balik kegelapan.Ziva buru-buru mengunci kembali pintu kamarnya, lalu menyandarkan tubuh ke tembok, berusaha menenangkan diri.Tok. Tok. Tok.Suara ketukan di pintu membuat Ziva nyaris melompat. Tapi suara pelan dan lembut Nathan menyusul dari luar."Ziva... ini aku. Boleh masuk?"Butuh beberapa detik sampai akhirnya Ziva membuka pintu. Wajahnya pucat, dan matanya masih menyimpan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status