Home / Romansa / Istri yang Tak Dihargai / Bab 25 Nara Garden

Share

Bab 25 Nara Garden

Author: Wii
last update Last Updated: 2025-05-07 16:30:22

Nara Garden tampak hangat malam itu. Restoran bergaya semi terbuka dengan dekorasi kayu dan cahaya temaram lampu gantung kuning. Di sudut taman kecilnya, ada meja bundar yang dihiasi vas mungil berisi bunga lily.

Nathan duduk di sana, mengenakan kemeja biru tua dan jam tangannya yang selalu tampak terlalu mahal untuk dipakai santai. Tapi wajahnya justru yang mencuri perhatian — gelisah, tapi tetap tenang. Ia menatap ke arah pintu masuk restoran setiap beberapa menit sekali, lalu kembali menunduk pada gelas air mineral yang tak disentuh.

Sampai akhirnya ia melihat sosok yang dikenalnya berjalan masuk. Ziva melangkah pelan menuju pintu masuk Nara Garden. Ia mengenakan blouse putih panjang yang dipadukan dengan celana kain hitam longgar dan hijab berwarna abu-abu lembut. Riasan wajahnya nyaris tak terlihat, hanya polesan tipis yang menonjolkan keteduhan matanya. Penampilannya sederhana, tapi memancarkan keanggunan yang tulus.

Ziva melangkah pel
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 53 Percepat Pernikahan

    POV: AUTHORSuara ponsel Ziva kembali bergetar. Kali ini dari nomor asing lain. Sudah yang keempat hari ini. Tangan Ziva gemetar saat membuka pesan singkat itu.‘Jangan pikir lo aman cuma karena tinggal di rumah orang tuanya Nathan. Gue bisa datang kapan aja, dan lo nggak akan tahu dari arah mana.’Napasnya memburu. Mata Ziva menatap ke arah jendela kamar tamu yang tertutup tirai rapat. Tapi perasaan tidak aman itu terus menyelusup ke seluruh tubuhnya. Seperti ada mata-mata yang mengawasinya dari balik kegelapan.Ziva buru-buru mengunci kembali pintu kamarnya, lalu menyandarkan tubuh ke tembok, berusaha menenangkan diri.Tok. Tok. Tok.Suara ketukan di pintu membuat Ziva nyaris melompat. Tapi suara pelan dan lembut Nathan menyusul dari luar."Ziva... ini aku. Boleh masuk?"Butuh beberapa detik sampai akhirnya Ziva membuka pintu. Wajahnya pucat, dan matanya masih menyimpan

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 52 Dan aku...?

    POV: ZIVAAmplop itu ada di atas meja ruang tamu. Masih utuh. Masih tertutup. Tapi rasanya seisi rumah ini sudah ikut tercekik olehnya.Aku berdiri beberapa langkah dari meja, sementara Nathan berdiri di sisi lain—antara ingin membuka atau membiarkannya tetap tersegel. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras. Dia belum menyentuhnya lagi sejak tadi."Aku bukain aja," gumam Nathan, seperti bicara pada dirinya sendiri."Nggak usah," ucapku cepat.Dia menatapku. “Kita harus tahu isinya, Ziva.”Aku tahu. Tapi seluruh tubuhku bereaksi seolah ada bom di dalam amplop itu. Napasku memburu. Tangan gemetar. Aku bahkan merasa ruangan ini mendadak sempit.Tante Leona berdiri di dekatku, memegang bahuku perlahan. “Ziva, kamu mau Tante yang buka?”Aku hanya menggeleng, masih belum bisa bicara. Sementara Om Eric sudah menelepon polisi. Suaranya kedengaran di balik pintu dapur—tegas dan pen

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 51 Amplop

    POV: ZIVAJam di dinding menunjukkan pukul empat lewat dua puluh. Tapi mataku tetap enggan terpejam. Aku duduk bersandar di kepala ranjang, selimut membungkus tubuhku.Walaupun begitu, tubuhku masih saja gemetar. Padahal suhu ruangan tidak terlalu dingin. Ini semua terjadi karena mimpi buruk yang kualami tadi.Mimpi buruk itu masih membekas sampai detik ini. Hingga akhirnya, aku dikejutkan oleh suara pintu kamar yang diketuk pelan.Tok. Tok. Tok.“Ziva,” suara Nathan dari luar terdengar. “Kamu masih tidur?”Aku terdiam sejenak, lalu menjawab pelan, “Aku udah bangun, Nat.”“Oh, kalau gitu… boleh kita bicara sebentar?”Aku ragu sejenak, tapi akhirnya bangkit dan membukakan pintu. Nathan berdiri di ambang pintu dengan wajah yang sama lelahnya seperti yang kulihat semalam. Matanya merah, mungkin juga karena tak tidur.“Ada apa?” tanyaku.“Boleh aku

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 50 Tapi, apa aku sanggup?

    POV: ZIVAAku duduk meringkuk di atas ranjang. Malam ini, aku terpaksa menginap di rumah Om Eric dan Tante Leona. Semua ini terjadi setelah aku dan Nathan membuka isi paket dari Gina. Boneka berdarah, pisau, boneka voodoo, bahkan fotoku yang dicoret menggunakan darah.Jujur, aku takut. Gina tidak main-main. Obsesinya terhadap Nathan membuatnya bertingkah seperti psikopat mengerikan. Dan sikap Gina itu cocok dengan hasil tes kejiwaannya dulu.“Gina pernah depresi karena ditolak sama Ryan. Berulang kali dia datang ke psikiater untuk cek kesehatan mental.”Begitulah kata teman lama Nathan yang pernah menjadi saksi kisah cinta segitiga itu—Julian Baskara. Julian juga memberikan bukti yang konkrit untuk memperkuat ucapannya.Dan setelah bertemu dengan Julian, Nathan menghubungi Ryan—di depanku. Dia meloudspeaker panggilan itu hingga aku mendengar dengan jelas percakapan mereka.“Ryan, gue mau tahu soal Gina,” ucap Nathan.‘Kalau lo nelpon cuma mau bahas dia, gue matiin sekarang telponnya.

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 49 Paket

    POV: ZIVASuara hujan masih terdengar samar di luar jendela kamar apartemen Nathan. Aku duduk di tepi ranjang, memandangi koper kecil berisi beberapa baju dan berkas kerja yang sengaja kubawa. Rasanya aneh. Rasanya canggung. Tapi yang paling mendominasi sekarang adalah rasa takut.Nathan baru saja keluar kamar, menelpon seseorang dengan suara berbisik. Aku tahu dia sedang menghubungi orang kepercayaannya—bahkan mungkin juga pengacaranya—untuk berjaga-jaga. Aku hanya bisa menebak dari potongan kalimat yang terdengar samar lewat pintu setengah terbuka.Aku menarik selimut, memeluk lutut. Di sudut ruangan, ponselku tergeletak di atas meja. Mati. Nathan mematikan ponselku. Katanya, lebih baik begitu daripada si pengirim teror itu terus memancing kepanikan.Aku menutup mata sejenak. Semua ini terasa berlebihan, tapi aku sadar ini perlu. Gina bukan cuma perempuan licik—dia sudah berubah menjadi bayangan menakutkan yang mengintai kami di mana-mana.Pintu kamar berderit pelan. Nathan masuk, m

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 48 Cemas

    POV: ZIVATubuhku gemetar. Aku memandangi layar ponsel yang masih menampilkan pesan terakhir dari nomor anonim itu: ‘Lo bakal mati!’Tanganku meremas sisi meja kerja. Mataku beralih ke pintu ruangan yang tertutup rapat, seolah berharap Nathan akan segera menendang pintu dan memelukku, membawaku pergi dari semua ini.Aku mencoba bernapas. Pelan. Tapi rasanya dada ini begitu sesak. Tak ada satupun suara di ruanganku, kecuali detak jantungku yang berdentum semakin keras.Aku tahu, ini pasti ulah Gina. Atau orang suruhannya. Siapa lagi yang punya motif sebesar ini kalau bukan dia? Kenapa perempuan itu begitu terobsesi pada Nathan? Kenapa harus aku yang jadi korbannya?Suara pintu diketuk pelan, membuatku sedikit tersentak. “Masuk,” sahutku dengan suara bergetar.Dan benar saja. Nathan muncul dengan wajah tegang. Dia langsung berjalan cepat ke arahku. Tanpa basa-basi, tangannya meraih bahuku, menunduk untuk memastikan aku baik-baik saja.“Kamu nggak apa-apa, kan?” tanyanya parau.Aku mengg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status