Share

Bab 7 : Berkuasa

Author: Wii
last update Last Updated: 2023-07-11 20:38:54

Aku duduk di kursi kerjaku, setelah lelah berkeliling kantor bersama Pak Cokro. Aku memandangi meja kerja yang sudah terisi peralatan kerja. Mulai dari laptop, sampai beberapa peralatan kerja lainnya. Tak hanya itu saja fasilitas yang kudapat. Di sisi kiri ruangan, ada sebuah toilet khusus agar aku tidak perlu lagi ke toilet bawah untuk buang air. Ruanganku juga terbilang besar dan lebar. Ada beberapa sofa dan meja di sudut kanan untuk menerima tamu yang datang.

Selain itu, aku juga diberi kartu akses untuk masuk ke dalam beberapa ruangan penting—yang memang dikhususkan untuk para petinggi perusahaan saja.

Aku sungguh menikmati semua ini. Bahkan senyumku tak pudar sedikitpun sejak tadi. Tuhan memang sangat baik padaku. Aku bersyukur karena bisa bangkit kembali setelah hampir lima tahun terkurung bersama orang-orang licik itu.

Brak! Pintu terbuka secara tiba-tiba. Aku sedikit terkejut, namun masih bisa mengendalikan diri. Apalagi yang masuk ke dalam ruanganku adalah Mas Athar. Senyum seringai pun terbit di sudut bibirku. Dialah orang yang memang menjadi target utamaku mulai detik ini.

“Ngapain kamu jadi CEO di sini, hah?! Sengaja mau bikin aku malu, iya?!” Dia berteriak seolah akulah orang yang paling bersalah.

Aku berdiri dengan gerakan santai sambil melipat kedua tangan di dada. Aku berkata, “Ini kantor, bukan tempat dugem. Nggak perlu teriak-teriak kalau mau bicara sama saya. Saya ini atasan kamu. Kamu bisa saya pecat atas sikap kamu hari ini. Paham?”

“Oh, sementang udah jadi bos, terus kamu semena-mena sama suami. Dimana otak kamu, hah?! Harusnya yang jadi bos itu aku, bukan kamu! Kamu lebih cocok jadi babu!”

“Satu kesalahan udah saya catat. Saya masih kasih dua kesempatan lagi sama kamu. Lebih baik kamu diam dan kembali bekerja, sebelum surat pemecatan untuk kamu benar-benar keluar,” ucapku sambil mencatat satu kesalahannya di sebuah note kecil.

Suasana mendadak hening, dan aku pun kembali menatap Mas Athar. Wajahnya tampak marah, namun terselip juga rasa takut di dirinya karena ancamanku tadi. Ya, mungkin saja seperti itu. Aku hanya menebak. Tidak tahu pasti apa yang dia takutkan.

“Masih mau membuat kesalahan lagi?” tanyaku karena dia tak kunjung pergi dari hadapanku. “Kalau masih mau, saya persilahkan.”

“Oke, aku bakal keluar. Tapi, jangan sampai kamu sentuh Lusi. Aku nggak akan segan nyakitin kamu kalau sampai Lusi kenapa-napa,” ancamnya lalu pergi dari ruanganku.

Aku tersenyum tipis. Miris sekali hidupku. Tidak dihargai oleh suami sendiri. Sementara wanita lain mendapatkan tempat spesial di hati Mas Athar. Aku yang berjuang dan berkorban demi dia, tapi wanita lain yang menikmati hasilnya.

Sejujurnya, hatiku sakit saat mendengar ucapan Mas Athar yang memang jelas-jelas melindungi Lusi. Hal itu tak kudapatkan selama menikah dengannya. Bahkan Mas Athar cenderung membantu keluarganya untuk terus menyakitiku.

Apa yang salah denganku? Aku sudah bersikap baik pada mereka. Aku sudah banyak membantu mereka. Tapi, kenapa mereka jahat padaku?

Air mataku menetes ke pipi. Aku pun terduduk di kursi sambil menangis dan memegangi dadaku yang terasa sesak.

“Kenapa harus nangis, Bu?”

Aku tersentak dan langsung menghapus air mataku. Yang barusan berbicara adalah asisten pribadiku, namanya Zahya. Dia termasuk orang lama di perusahaan ini dan aku sangat mengenalnya dengan baik.

“Maaf kalau saya lancang, Bu. Tapi, saya tadi nggak sengaja dengar percakapan Ibu sama Pak Athar. Sejujurnya, saya juga tahu tentang perselingkuhan Pak Athar dan Lusi,” ucapnya sambil menyodorkan segelas air putih untukku. “Ibu harus kuat. Ibu nggak boleh nangis karena Pak Athar. Saya dukung Ibu.”

Aku menerima pemberiannya dan meneguknya sedikit. Setelah itu, aku berkata, “Makasih ya, Zahya. Oh iya, udah berapa lama mereka saling berhubungan?”

“Sekitar dua tahunan, Bu. Tapi, itu berdasarkan informasi dari anak-anak lainnya. Saya juga sempat menasehati Lusi untuk berhenti, tapi dia justru marah dan dia laporkan semuanya sama Pak Athar. Saya sampai ditampar Pak Athar,” jawabnya.

“Kamu ditampar?”

“Iya, Bu. Saya ditampar di ruang keuangan. Di depan para staf keuangan. Mereka saksinya, Bu. Tapi, nggak ada yang berani laporan karena diancam sama Pak Athar. Mereka nggak berani ngelawan Pak Athar, Bu.”

“Kenapa kalian nggak berani sama dia? Memangnya dia ngancam apa?” tanyaku geram.

“Karena dia ancam bakal pecat kami kalau sampai lapor ke Pak Cokro. Udah ada satu orang yang dipecat karena ketahuan nulis surat buat dikasih ke Pak Cokro,” jawabnya sambil menunduk.

Kedua tanganku terkepal sempurna di atas meja. Ternyata Mas Athar sudah bertindak keterlaluan dengan karyawannya sendiri. Dia manfaatkan jabatannya untuk mengancam karyawannya. Keterlaluan.

“Kalian tenang aja. Mulai sekarang, saya yang akan handle semuanya. Kalau dia bertingkah macam-macam, langsung lapor ke saya. Saya yang berkuasa di sini sekarang. Kalian ada dalam lindungan saya,” ucapku tegas.

“Baik, Bu.”

“Kumpulkan para karyawan dan staf di ruang rapat. Nanti saya sendiri yang akan tegaskan ke mereka mengenai hal ini,” perintahku pada Zahya.

“Baik, Bu. Saya akan kumpulkan mereka sekarang. Permisi.”

Aku hanya mengangguk dan membiarkan Zahya pergi. Sungguh, aku kesal sekali mendengar pengakuan Zahya tentang Mas Athar. Selama aku menjabat sebagai Manajer Keuangan, aku tidak pernah sekalipun bersikap buruk pada karyawan dan staf yang lain. Tapi, dia justru bersikap sebaliknya.

“Dasar manusia yang nggak bersyukur kamu, Mas. Mulai sekarang, aku bakal kasih kamu pelajaran supaya berhenti jadi orang yang angkuh,” gumamku kesal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Tak Dihargai   BONUS SCENE

    AFTERMATH PERNIKAHAN NATHAN DAN ZIVAPOV: ZIVAMalam itu, hujan turun pelan. Tidak deras, tapi cukup untuk membuat udara terasa dingin. Namun, di kamar yang kini resmi menjadi milik kami—aku dan Nathan—hangat terasa tak hanya dari selimut, tapi dari tatapan matanya yang tak berpaling sedetik pun dariku.Aku duduk di tepi ranjang, mengenakan balutan satin lembut berwarna gading yang baru saja diberikan oleh Mama tadi sore. Sederhana. Tapi Nathan menatapku seperti aku adalah bintang jatuh yang ia minta dalam doa panjangnya.Dia mendekat pelan, seakan waktu di antara kami melambat. Hanya ada detak jantungku yang tak terkendali, dan langkah Nathan yang makin dekat... dan makin dekat.Aku menunduk, malu-malu. Ini memang bukan malam pertamaku sebagai seorang istri. Malam pertamaku dulu adalah saat bersama Athar. Tapi entah kenapa, malam ini, di hadapan Nathan, aku merasa seperti daun yang baru gugur—rentan, ringan, dan siap

  • Istri yang Tak Dihargai   EPILOG

    POV: ZIVASudah satu tahun sejak aku mendengar para saksi mengucapkan kata “sah” di depan penghulu—satu kata sederhana, tapi beratnya menembus seluruh pori-pori tubuhku. Saat itu, tanganku gemetar. Hatiku belum sepenuhnya tenang. Ada perasaan ganjil yang tak bisa kujelaskan, seolah ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi di balik hari sakral itu.Dan ternyata memang benar. Ada rencana besar yang disembunyikan dari mataku. Sebuah perangkap yang diam-diam dipasang oleh Nathan dan Ryan, demi melindungiku dari masa lalu yang masih berkeliaran di sekitar kami. Hari itu bukan hanya hari pernikahan kami. Tapi juga hari perhitungan—dan Nathan... memasang tubuhnya sendiri sebagai tameng.Ia menyembunyikan semuanya dariku bukan karena tak percaya. Tapi justru karena terlalu percaya bahwa aku berhak mendapatkan hari yang damai, tanpa rasa takut, tanpa teror. Ia menanggung semuanya sendiri. Menghalau gelap, agar aku bisa menyambut cahaya.

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 56 Akad dan Perangkap

    POV: AUTHORLangit Jakarta siang itu nyaris pecah. Mendung pekat menggantung seolah bersiap menumpahkan segalanya—hujan, dan mungkin takdir.Di dalam ruangan akad yang telah disiapkan sederhana namun khidmat, Ziva duduk anggun di sisi kanan ruangan, mengenakan gamis putih dengan kerudung satin lembut yang jatuh ke bahunya. Wajahnya tenang, tapi jantungnya berdetak tak karuan. Hari ini, ia akan menjadi istri Nathan. Resmi. Sah. Tapi entah kenapa, perasaannya bercampur. Bukan ragu. Tapi seakan... ada yang belum selesai.Sementara Nathan duduk tak jauh darinya, bersama Eric, para saksi, dan petugas KUA. Dan di balik jubah putih Nathan, ada rompi hitam kecil tersembunyi—rompi pelindung. Di telinganya, terpasang earpiece kecil. Sedangkan Ryan sudah siaga, bersama dua orang lain yang menyamar sebagai tamu undangan di sisi pintu masuk.Waktu menunjukkan pukul 14.07 saat suara penghulu memulai akad.“Aku nikahkan dan kawi

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 55 Ada Rencana Dibalik Akad

    POV: AUTHORLangkah Nathan terhenti sejenak di teras rumah keluarganya—rumah tempat ia tumbuh, dan kini akan menjadi saksi langkah barunya bersama Ziva. Dari balik jendela ruang tamu, ia melihat orang tuanya sedang sibuk berbincang dengan seorang petugas dari KUA. Pembicaraan serius tampak berlangsung, namun sorot wajah mereka jauh lebih tenang dari sebelumnya.Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting dari sekadar akad.“Jadi semuanya udah lo atur?” suara Nathan merendah, berbicara melalui ponsel yang ditempelkan ke telinganya. Ia melangkah ke sudut halaman, memastikan tidak ada yang mendengar.‘Udah, Nat. Semuanya udah beres. Kemarin, gue udah siapin dua orang dari tim gue buat ngikutin Gina. Kamera pengawas di sekitar lokasi akad juga udah dipantau. Kalau dia muncul, gue sama tim gue bakal langsung amanin dia. Dan lo yakin Ziva nggak tahu sama sekali soal rencana ini, kan?’ jawab Ryan di seberang, nadanya tegas.Nathan mengangguk kecil, meski Ryan tak bisa melihat. “Dia nggak tahu.

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 54 Langkah di Tengah Badai

    POV: NATHANTiga hari. Itu waktu yang kupunya untuk mengubah hidupku dan hidup Ziva. Kami akan menikah dan tak akan ada batasan untuk melindungnya. Aku tak sanggup melihat Ziva terus menderita. Dulu, dia menderita karena mantan suaminya, dan sekarang tak akan kubiarkan dia menderita karena mantan tunanganku.Aku meminta Papa untuk mengurus semuanya, dan sudah mulai dilakukan olehnya dengan mengurus dokumen pelengkap. Mama juga menghubungi penghulu dan beberapa orang penting untuk memastikan kami bisa menikah secepat itu—tanpa hambatan birokrasi. Semuanya bergerak cepat. Hampir terlalu cepat.Tapi aku tidak menyesal. Karena sementara Papa dan Mama sibuk mempersiapkan pernikahan kami, aku sibuk memikirkan satu hal lain: tentang Gina.Aku tahu dia tidak akan terima dengan pernikahan ini. Dan aku memang sengaja mengambil keputusan ini bertujuan untuk memancing Gina agar semakin berbuat nekat.‘Lo harus bisa tangkap Gina, Nat,’ ucap Ryan di ujung telepon. ‘Jangan sampai Ziva ngalamin hal y

  • Istri yang Tak Dihargai   Bab 53 Percepat Pernikahan

    POV: AUTHORSuara ponsel Ziva kembali bergetar. Kali ini dari nomor asing lain. Sudah yang keempat hari ini. Tangan Ziva gemetar saat membuka pesan singkat itu.‘Jangan pikir lo aman cuma karena tinggal di rumah orang tuanya Nathan. Gue bisa datang kapan aja, dan lo nggak akan tahu dari arah mana.’Napasnya memburu. Mata Ziva menatap ke arah jendela kamar tamu yang tertutup tirai rapat. Tapi perasaan tidak aman itu terus menyelusup ke seluruh tubuhnya. Seperti ada mata-mata yang mengawasinya dari balik kegelapan.Ziva buru-buru mengunci kembali pintu kamarnya, lalu menyandarkan tubuh ke tembok, berusaha menenangkan diri.Tok. Tok. Tok.Suara ketukan di pintu membuat Ziva nyaris melompat. Tapi suara pelan dan lembut Nathan menyusul dari luar."Ziva... ini aku. Boleh masuk?"Butuh beberapa detik sampai akhirnya Ziva membuka pintu. Wajahnya pucat, dan matanya masih menyimpan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status