Share

Gavin Menggila

Author: Alverna
last update Last Updated: 2025-11-16 20:53:43

Gavin menatapnya, dan seketika ingatan Aira tentang lelaki itu bersama Mitha kembali berputar di kepalanya. Rasa jijik langsung membuat perutnya mual.

Aira berusaha terlihat baik-baik saja, meski napasnya terasa cepat. Ia menahan air matanya sekuat tenaga. Ia tidak boleh menangis di depan Gavin. Ia harus terlihat kuat. Gavin tidak boleh melihat kelemahannya.

“Sepertinya Mbok Inah salah memberiku kamar. Ini kamarmu?” tanya Aira pelan.

Ia menurunkan kakinya dari ranjang dan berusaha bangkit. Ia tidak ingin berada satu ruangan dengan pria itu. Dekat dengan Gavin saja sudah membuat dadanya sesak.

Aira ingin keluar, tetapi saat mereka berpapasan, tangan Gavin menangkap pergelangannya dengan keras.

“Tadi kamu ke kantorku?” tanya Gavin, suaranya dingin. Ia menoleh, menatap Aira tajam, mencoba membaca ekspresi wanita hamil itu.

Aira meringis. Kenangan di kantor Gavin kembali menghantamnya, membuat dadanya perih.

“Tidak. Pak Tarno yang ke kantor Tuan,” jawab Aira. Suaranya setengah bergetar,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri yang Terabaikan   Perubahan Sikap Aira

    Tapi Aira tidak peduli. Ia justru keluar kamar, mengabaikan suara Gavin seolah lelaki itu tidak ada.Berada satu ruangan dengan Gavin membuat Aira merasa tercabik-cabik.Cukup. Ia sudah tidak sanggup. Sejak awal ia memang ragu tinggal di Penthouse Gavin. kalau boleh menilih, Aira jauh lebih memilih rumah tipe 36 pemberian Eyang Mandala, rumah pertamanya, kecil, tetapi hangat dan terasa aman.Namun karena memikirkan Mbok Inah, ia memilih menuruti keinginan Eyang Mandala. Ia tahu betul, jika Eyang murka, beliau bisa menjadi sangat kejam dan ia tidak ingin Mbok Inah menerima imbasnya.Maka Aira patuh. Tapi menghadapi Gavin yang seperti ini membuatnya benar-benar tidak kuat.Satu ruangan dengannya seakan menyeret Aira masuk ke neraka.Melihat Aira mengabaikannya, Gavin mengepalkan tangan.Tembok itu… kini makin tinggi. Aira membangun benteng agar Gavin tak lagi bisa memasukinya. Wanita itu bersikap acuh, dingin, dan menjauh.Gavin memejamkan mata, memijit pelipisnya. Pusing itu kembali da

  • Istri yang Terabaikan   Gavin Menggila

    Gavin menatapnya, dan seketika ingatan Aira tentang lelaki itu bersama Mitha kembali berputar di kepalanya. Rasa jijik langsung membuat perutnya mual.Aira berusaha terlihat baik-baik saja, meski napasnya terasa cepat. Ia menahan air matanya sekuat tenaga. Ia tidak boleh menangis di depan Gavin. Ia harus terlihat kuat. Gavin tidak boleh melihat kelemahannya.“Sepertinya Mbok Inah salah memberiku kamar. Ini kamarmu?” tanya Aira pelan. Ia menurunkan kakinya dari ranjang dan berusaha bangkit. Ia tidak ingin berada satu ruangan dengan pria itu. Dekat dengan Gavin saja sudah membuat dadanya sesak.Aira ingin keluar, tetapi saat mereka berpapasan, tangan Gavin menangkap pergelangannya dengan keras.“Tadi kamu ke kantorku?” tanya Gavin, suaranya dingin. Ia menoleh, menatap Aira tajam, mencoba membaca ekspresi wanita hamil itu.Aira meringis. Kenangan di kantor Gavin kembali menghantamnya, membuat dadanya perih.“Tidak. Pak Tarno yang ke kantor Tuan,” jawab Aira. Suaranya setengah bergetar,

  • Istri yang Terabaikan   Menemui Aira

    Aira dan Mbok Inah menatap bangunan tinggi di hadapan mereka, mereka sudah sampai di l Penthouse milik Gavin. Bangunan dua puluh tingkat itu menjulang megah, elegan, dan jelas hanya bisa dimiliki oleh kalangan atas mengingat harganya yang fantastis."Ayo, Nona, kita masuk," kata Mbok Inah. Di tangannya terdapat kantong belanja berisi sayuran dan kebutuhan dapur. Mereka sempat mampir ke minimarket karena yakin Penthouse Gavin pasti tidak memiliki bahan-bahan sederhana seperti ini.Lelaki itu memang sangat jarang pulang ke apartemen megah ini, kecuali dulu saat bersama Lyra, kekasihnya. Setelah Lyra meninggal, tempat ini tak pernah lagi Gavin datangi.Aira mengangguk. Saat memasuki lobi apartemen dengan dominasi warna hijau dan emas yang elegan, matanya langsung dimanjakan kemewahan interiornya.Mereka tiba di lantai dua puluh, tepat di depan pintu penthouse milik Gavin. Aira menyerahkan kunci yang diberikan Eyang Mandala kepada Pak Tarno, dan lelaki itu segera membukanya.Begitu pint

  • Istri yang Terabaikan   Panik!

    Gavin keluar dari ruangannya. Lelaki itu celingukan, mencari Pak Tarno yang mungkin saja masuk untuk menemuinya. Namun saat melihat ruang tunggu, tak ada siapa pun di sana.Selly yang baru datang menghentikan langkahnya. Tatapannya pada Gavin terkejut, ada kecanggungan terselip jelas di balik ekspresinya.Gavin berusaha mengabaikan ekspresi itu, seolah tak terjadi apa-apa.“Di mana Pak Tarno? Orang yang saya suruh mengantar dokumen saya,” tanyanya pada Selly.Selly menelan ludah. Membayangkan wanita di dalam sana menggoda Gavin, membuat bayangan sosok sempurna Gavin runtuh seketika.Terlebih setelah melihat Aira keluar dari ruangan itu dengan mata berkabut sedih. Gavin tampak seperti lelaki paling bajingan saat ini, istrinya hamil, dia malah berciuman dengan wanita lain.Kalau Selly yang jadi Aira, mungkin ia sudah mengamuk, menghajar Gavin sampai habis dan mencabuti rambut pelakor itu sampai kulit kepalanya terkelupas.Tapi Aira berbeda. Dengan elegen ia meninggalkan tempat itu, berp

  • Istri yang Terabaikan   Tontonan Menyakitkan

    Aira meringis. Ia langsung berbalik, tidak sanggup lagi melihat. Tangannya yang gemetar membuat berkas itu terlepas tanpa sengaja, jatuh berserakan di lantai. Cepat-cepat Aira melangkah keluar dan menutup pintu perlahan, takut kalau Gavin maupun Mitha menyadari keberadaannya, menyadari bahwa ia baru saja menjadi saksi dari adegan menjijikkan itu.Dengan kasar Aira mengusap air matanya. Napasnya ditarik dalam, tapi justru terasa makin menyesakkan. Satu menit… dua menit… ia berusaha keras menenangkan diri.Ia tidak boleh hancur seperti ini. Toh… Gavin bukan miliknya. Lelaki itu tidak mencintainya.Tanpa sadar Aira mengelus perutnya, seolah menenangkan janin kecil di dalam sana, memberi isyarat sabar, meski barusan mata mereka menyaksikan ayahnya berbuat hal memuakkan dengan wanita yang katanya hanyalah “teman lama”, sahabat Lyra.Cih! Ternyata wanita itu benar-benar membuktikan ucapannya bahwa ia bisa merebut Gavin. Kasihan sekali Lyra memiliki sahabat seperti itu.Hanya bertemu bebera

  • Istri yang Terabaikan   Desahan Di Ruangan Gavin

    Keputusan Kakek Mandala sudah bulat—Aira harus menuju penthouse milik Gavin. Namun sebelum keberangkatan itu, sang kakek terlebih dahulu memerintahkan Pak Tarno, supir kepercayaannya, untuk mengantarkan beberapa berkas penting kepada Gavin di kantornya.Pak Tarno mengemudi dengan sangat hati-hati, sesuai pesan Kakek Mandala agar tidak tergesa-gesa. Perjalanan memakan waktu hampir empat puluh menit karena ia sengaja tidak mengebut, memastikan Aira dan Mbok Inah tetap nyaman di kursi belakang.Aira yang sempat terlelap terbangun ketika mobil perlahan berhenti. Ia menatap keluar jendela, melihat gedung tinggi menjulang dengan logo perusahaan Gavin terpampang jelas di puncaknya. Ada sedikit rasa gugup yang menjalari dadanya.“Sudah sampai, Nona,” ucap Pak Tarno sopan sebelum turun membawa map berisi berkas. Ia berjalan masuk ke gedung, sementara Aira dan Mbok Inah menunggu di dalam mobil.Beberapa menit berlalu. Pak Tarno akhirnya kembali dengan wajah sedikit bingung. Ia membuka pintu dep

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status