Setelah kejadian di mana Naira pendarahan. Bianca meminta waktu kepada Rendra untuk selalu bersamanya selama beberapa hari ini. Bianca berusaha meminimalisir interaksi antara Rendra dan istri keduanya. Agar tidak ada cinta tumbuh di hati keduanya. Terutama yang harus dia jaga adalah Rendra suaminya."Ren, Naira sekarang keadaannya sudah baik-baik saja. Aku tidak mau kamu sering-sering pergi ke apartemen Naira. Yang ada nanti kamu suka sama dia, Memang sih, niat kamu bukan untuk memperhatikan wanita itu. Tapi memperhatikan bayi yang ada di dalam perut Naira. Tapi tetap saja, hal itu membuat aku takut kamu berpaling dariku." Bianca mencurahkan isi hatinya, soal ketakutan yang selama ini dipikirkannya."Kamu tidak perlu khawatir, aku sama sekali tidak memiliki perasaan apapun pada wanita itu. Aku hanya memperhatikan bayi yang ada di dalam kandungannya. Bagaimanapun juga, dia adalah pewaris kita."Bianca memeluk suaminya dengan, dia sangat takut kehilangan suaminya itu. Di luaran sana bel
Tidak membutuhkan waktu yang lama Rendra sudah sampai di unit apartemen Naira. Di sana dia melihat keadaan Nira yang tidak baik-baik saja. Tentu Rendra yang melihat itu begitu cemas dan jiwanya dipenuhi rasa takut. Takut akan kehilangan calon buah hatinya. "Tuan…" "Bi siapkan semua peralatan Naira dan juga bayinya. Kita harus bawa Naira ke rumah sakit sekarang juga." Rendra langsung menggendong Naira dan membawanya keluar. Diikuti Bianca dari belakang. Bahkan yang membawa mobilnya ke rumah sakit adalah Bianca. Bi Nimah di depan bersama dengan Bianca dan Rendra di belakang memangku Naira. "Naira…" Rendra berusaha menyadarkan Naira. Namun berapa kali usaha Rendra melakukannya. Naira tak kunjung sadar. Melihat Rendra yang begitu panik melihat keadaan Naira yang seperti ini, membuat Bianca emosi. Sebagai seorang istri dia menyadari, jika fokus dan perhatian Rendra sudah mulai terbagi. Bukan hanya perhatian, tapi sepertinya cinta itu juga sudah tumbuh di hati Rendra. "Lebih cepat la
Setelah melahirkan anak pertamanya, Naira di nyatakan koma. Bi Nimah yang mendengar kenyataan itu pun menangis. Gadis sebaik Naira Kenapa harus mengalami cobaan yang berat seperti ini. "Rendra, anak kita sekarang telah lahir. Itu artinya kita bisa memanggil pengacara untuk mengalihkan semua harta warisannya kepada dirimu sebagai wali dari anak kita yang baru saja di lahirkan Naira." "Bianca, aku bisa minta tolong padamu." "Minta tolong apa? Jika kamu memintaku untuk menghubungi pengacara keluargamu. Aku tidak masalah, aku akan melakukannya." "Bukan soal itu. Aku minta tolong untuk tidak membahas harta warisan terlebih dahulu." Mendengar permintaan Rendra yang tidak ingin membahas soal warisan pun membuat Bianca tidak suka. "Ayolah Rendra, apalagi yang kamu inginkan selain harta warisan milik ibumu jatuh ke tanganmu!" "Bianca, saat ini anakku masih dalam inkubator. Bagaimana bisa kita memanggil pengacara jika keadaannya belum stabil!" Marah Rendra. Dia mengepalkan tangannya erat
Situasi masih panas, Laras masih belum menerima kenyataan jika tidak ada satu persen harta warisan diberikan pada suaminya."Mas, lakukan sesuatu," ujar Laras pada suaminya.Namun Raffi tidak mau ikut campur soal harta warisan milik mendiang istrinya itu."Sudahlah sekarang semuanya sudah jelas, harta warisan itu milik anak-anak Rendra sekarang."Tapi Laras tidak mau mengalah. "Aku akan tetap menuntut hak bagianmu. Rendra tidak memiliki anak laki-laki, lalu kenapa tidak 50% harta warisan itu diberikan padamu. Kenapa hanya 30%, dan ke mana bagian 20% nya?" Tanya Laras."Saya akan melanjutkannya lagi. Jika saudara Rendra, memiliki anak lebih dari dua. Misalnya 3 atau 5. Harta warisan akan 100% diberikan pada saudara Rendra dengan catatan. Semua anak tersebut memiliki harta warisan yang sama."Laras semakin panas mendengar hal itu. "Saya tanya 20% nya lagi kemana sekarang hanya memiliki satu anak?""20% nya lagi akan diberikan pada saudara Rendra sendiri."Meskipun tidak memiliki harta w
"Rendra aku ingin bicara sama kamu!" ucap Bianca. Setelah dari rumah utama, dan kembali ke apartemen. Bianca memutuskan ingin membicarakan kembali tentang warisan yang diberikan mendiang Ibu Rendra pada Keyla. Jujur saja Bianca juga ingin mendapatkan warisan tersebut. Meskipun, dirinya yang bukan melahirkan Keyla. Tapi Bianca lah yang akan menjadi ibunya. "Ada apa." Bianca menarik tangan Rendra untuk masuk ke dalam kamar mereka. Bianca tidak ingin jika pembantu di apartemen mereka mendengarkan pembicaraan. "Aku mau kamu, menyerahkan harta warisan yang 10% Naira untuk aku." Rendra mengerutkan keningnya. "Apa yang kamu katakan Bianca?" "Iya Rendra, kamu tahu kan. Kamu dan Naira itu masih menikah siri, jadi aku mau. Dalam surat akta kelahiran itu atas namaku sebagai ibu Keyla. Aku juga menginginkan warisan yang dimiliki Naira untuk aku. Lagian kalian kan tidak menikah resmi secara negara." "Aku tidak bisa melakukan hal itu, warisan 10% itu milik Naira bagaimanapun, kamu tidak ada
Semenjak Naira koma, Bianca selalu menunjukkan perhatiannya sebagai seorang istri yang penurut. Bahkan Bianca mengurus Keyla dengan baik demi harta warisan yang akan diwariskan Keyla nanti dengan harapan dia juga akan mendapatkannya. Bianca juga bekerjasama dengan orang yang ada di rumah sakit merawat Naira saat ini, untuk memastikan jika Naira tidak bangun-bangun untuk selamanya. Bianca juga akan membuat Rendra maupun Keyla melupakan jika ada Naira di dunia ini bahkan Bianca melarang Bi Nimah untuk memberitahu Keyla tentang siapa ibu yang sudah melahirkannya. "Rendra mulai sekarang, aku ingin manggil kamu dengan sebutan Mas, atau Ayah. Soalnya aku nggak mungkin manggil kamu dengan sebutan nama terus, Keyla sudah mulai mau bicara. Nanti dia manggil kamu dengan sebutan Rendra juga." "Kamu benar, terserah kamu manggil aku Mas ataupun Ayah aku senang saja.." Rendra tidak memaksa untuk dipanggil Mas atau Ayah oleh Bianca. Untuk anaknya wajib memanggil dirinya ayah. "Baiklah Mas, bagaim
Siang ini Rendra memutuskan untuk pergi ke rumah sakit melihat keadaan Naira, kesempatan ini dia gunakan ketika Bianca pergi ke Singapura untuk jalan-jalan. Karena jika Bianca tahu dirinya pergi ke rumah sakit melihat keadaan Naira, maka Bianca akan marah-marah. Dan yang berkata hal yang tidak tidak. "Selamat siang suster, Saya ingin melihat keadaan istri saya," ucap Rendra pada suster yang merawat Naira. "Selamat siang juga, Pak. Silahkan." Pada saat Rendra membuka pintu ruangan Naira dirawat. Rendra dibuat heran ketika melihat seorang pria yang memeriksa keadaan Naira. Memang hal biasa yang dilakukan dokter untuk memeriksa keadaan pasiennya. Namun perilaku dokter yang melihat kondisi Naira tampak berbeda. Membuat Rendra tidak menyukainya. "Pak, perkenalkan dia adalah dokter baru yang akan merawat istri anda selama beberapa bulan ke depan. Namanya dokter Arga." Suster memperkenalkan dokter Arga pada Rendra. "Dokter Arga, dokter spesialis bedah yang baru di rumah sakit ini."
"Anak?" Dokter Arga heran. Namun beberapa detik dia mengerti jika penyebab Naira koma adalah pendarahan."Ibu Naira tenang dulu ya. Saya ingin mengecek keadaan Bu Naira terlebih dahulu."Nairs dia mengedipkan matanya memberikan tanda setuju. Lalu kemudian dokter Arga mulai mengajukan beberapa pertanyaan tentang apa yang dirasakan Naira saat ini. "Boleh saya mengajukan pertanyaan?""Boleh…" balas Naira pelan."Apa yang Bu Naira rasakan saat ini?"Naira menggelengkan kepalanya, bahwa dia tidak merasakan apapun.Lalu dokter Arga pun mengajukan pertanyaan lainnya. Sampai pada akhirnya dokter Arga memastikan bahwa kondisi Naira baik-baik saja."Alhamdulillah keadaan Bu Naira Normal dan tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan.""Dokter bagaimana dengan keadaan anak saya. Dan di mana semua keluarga saya, Kenapa mereka tidak ada satupun menemani saya di sini?"Dokter Arga yang mendapat pertanyaan seperti itu tentu saja bingung, dokter Arga hanyalah dokter baru yang merawat Naira. Dia tidak me