Share

Bab 9 Aku Tidak Akan Meladeni Sampah Kecuali Aku Tidak Tahan

Lista tidak percaya Dirga sehebat yang dikatakan neneknya!

Mora tidak bisa tenang saat ini, dia tidak takut pada siapa pun di Kota Langgara kecuali beberapa monster tua itu.

Beberapa tahun yang lalu, dia memiliki keberuntungan untuk melawan salah satu monster tua. Akhirnya, dia tentu saja dikalahkan.

Dia bisa merasakan fluktuasi aura monster itu dan tahu seberapa jauh perbedaan alam kultivasinya.

Namun, tadi itu dia tidak bisa merasakan alam kultivasi Dirga. Dirga bagaikan lubang hitam yang tak terduga di matanya!

"Di atas langit masih ada langit!"

"Nak, kamu harus ingat kalau kamu nggak bisa melakukannya, bukan berarti orang lain nggak bisa melakukannya juga!"

"Ingat, jangan menilai orang dari penampilannya. Nenek selalu menilai orang dengan akurat!"

"Nenek memberimu misi. Temui Dirga dan berteman dengannya!"

"Paham?"

Nada bicara Mora terdengar santai, tapi tak perlu dipertanyakan lagi ketegasannya. Meskipun di hati Lista sangat enggan, dia hanya bisa pasrah mengiakan permintaan neneknya.

...

Dirga sudah membeli plang toko saat ini, tepat ketika dia akan pergi, seorang pria menghalangi jalannya.

Orang itu adalah kapten pengawal Keluarga Markus, Paron!

"Nak, namaku Paron, kapten pengawal Keluarga Markus. Aku datang untuk mengambil kaki dan tanganmu atas perintah kepala Keluarga Markus. Aku nggak mungkin meladeni pecundang, biar aku sendiri yang melakukannya!"

Paron berkata demikian sambil melempar belati ke arah Dirga. Dia sangat kecewa melihat Dirga!

Karena dia tidak merasakan aura petarung dari sosok Dirga. Dia pikir bahwa Dirga itu seorang master, setidaknya harus membuat Paron mengeluarkan tenaga untuk mengalahkannya!

Lagi pula, Dirga sudah mematahkan kaki Reno dan Jager.

Namun, sekarang dia kehilangan nafsu untuk melakukan kekerasan saat dia melihat Dirga.

"Gila!"

Dirga bahkan tidak melirik Paron, dia langsung pergi melewatinya!

"Nak, apa kamu nggak dengar ucapanku?"

Dirga berhenti dan berkata kata demi kata, "Aku bisa mendengarmu dengan sangat jelas, aku akan memberikan kata-kata yang sama. Aku nggak akan melakukan apa pun dengan pecundang, kecuali aku nggak bisa tahan diri!"

"Hahaha, bagus, bagus sekali!"

"Nak, kamu sudah berhasil membuatku marah. Karena kamu memaksaku untuk melakukannya, aku akan memenuhi keinginanmu!"

Paron berkata demikian sambil berjalan selangkah demi selangkah menuju Dirga. Dia sepenuhnya meremehkan Dirga. Di matanya, Dirga hanya seekor domba yang menunggu disembelih, dengan ekspresi meremehkan di wajahnya.

Dirga agak mengerutkan kening, berpikir orang ini mungkin orang bodoh.

"Dasar bodoh!"

Dirga masih mengabaikan Paron dan berjalan mengelilinginya dengan jijik.

Paron sangat marah, dia menghampiri Dirga, tangannya yang besar seperti kilat di bahunya!

"Nak, kamu adalah pecundang paling mematikan yang pernah aku lihat!"

"Sialan, kamu berani mengabaikanku?"

Paron sangat marah!

"Hidupmu kurang enak, hah?"

Dirga menoleh dengan tatapan muram. Paron merasa suhu di sekitarnya seolah turun ke titik beku dalam sekejap. Ketakutan Dirga yang menusuk membuatnya gemetar dan mundur!

"Apa kamu petarung?"

"Kamu berada di alam kultivasi apa?"

Paron merasa ngeri, ketakutan benar-benar menggerogoti tubuhnya.

Namun, sampai saat ini dia masih tidak merasakan aura petarung Dirga!

Tatapan mata Dirga barusan membuatnya merasa takut yang belum pernah dia rasakan sebelumnya! Dia merasa seperti pernah mati sekali!

"Pulanglah dan beri tahu Keluarga Markus bahwa dalam dua hari, aku harus melihat Reno dan Melly berlutut di depan ibuku meminta maaf kepadanya, bawa uang 10 miliar juga!"

"Pergi!"

Setelah itu, Dirga pun pergi.

Tidak sampai beberapa menit setelah dia pergi, Paron baru terbangun dari lamunannya. Saat ini, dia sudah basah oleh keringat dan tubuhnya masih gemetar.

"Apa yang terjadi? Kenapa anak itu memiliki aura yang membunuh yang mengerikan barusan?"

"Apa dia seorang petarung dan master juga?"

"Nggak mungkin. Sama sekali nggak mungkin."

"Aku nggak bisa merasakan aura petarung di tubuhnya!"

"Sialan, sejak kapan aku pernah dipermalukan seperti tadi tadi!" maki Paron.

Sebagai kapten tim pengawal Keluarga Markus, Paron tidak akan pernah membiarkan dirinya dipermalukan seperti itu. Dia langsung berdiri tegak dan bergegas mengejar Dirga.

Tak lama kemudian, dia pun menyusul Dirga.

"Nak, jangan banyak akting di depanku. Coba ambil nyawaku!"

Paron tidak berani meremehkan Dirga lagi, tinjunya langsung mencapai sisi Dirga.

Dirga mengangkat tangannya dan mengempaskannya!

Detik berikutnya, dengan sekali klik, seluruh lengan Paron patah. Dia menjerit dan terbanting ke tanah dengan keras!

"Mana mungkin?!"

"Kamu .... Apa kamu petarung?"

"Kamu menyembunyikan alam kultivasimu?"

Paron terbaring di tanah dengan wajah kesakitan dan ketakutan!

"Kamu pengawal Kapten Keluarga Markus? Dasar pecundang!"

Dirga terlalu malas untuk melihat Paron dan berbalik untuk pergi.

Setengah jam kemudian, dia kembali ke rumah. Begitu dia masuk, dia melihat ibunya, Tika sibuk di dapur. Pada saat itu, mata Dirga terasa lembap.

"Ibu!"

Tika yang sedang menggoreng ikan langsung mengabaikan masakannya. Dia berbalik dan menatap Dirga, air mata pun mengalir di matanya!

"Bu, aku sudah pulang!"

"Maafkan aku nggak bisa berbakti pada Ibu, membuat Ibu harus menderita sendirian!"

Dirga berlutut, menyalahkan dirinya sendiri dan merasa bersalah.

Dari masa kanak-kanak hingga dewasa, ayahnya jarang ada di rumah. Ibunya mengurus Dirga sendirian, utang budi Dirga pada ibunya sangatlah besar.

"Yang penting kamu sudah pulang. Ibu akan menyiapkan makanan segera, semua itu makanan favoritmu!"

Tika dengan cepat menarik Dirga untuk berdiri. Meskipun masih ada air mata di wajahnya, senyum bahagia sudah terpancar di seluruh wajahnya.

"Hei, Bu, ayo masak bersama!"

Dirga memeriksa luka ibunya dan melihat lukanya sudah pulih. Hal ini membuat Dirga agak sulit percaya!

Namun, dia tidak terlalu memikirkannya. Kedamaian ibunya adalah keinginan terbesarnya, jadi dia buru-buru membantu ibunya untuk bekerja. Tak lama kemudian, beberapa hidangan disajikan ke meja.

Mereka bertiga sekeluarga pun mulai makan!

Dalam benak Dirga, hal seperti ini jarang terjadi.

"Temani aku minum, ya?"

"Itu wajib, Ayah. Duduklah. Aku akan mengambil anggurnya!"

Dirga berdiri untuk mengambil anggur. Setelah makan, ayah dan anak itu minum anggur bagus yang sudah disimpan ibu selama bertahun-tahun. Kemudian, dia memberi tahu orang tuanya tentang dirinya sudah membeli plang kliniknya.

Awalnya, dia ingin memberi tahu orang tuanya tentang Zira, tetapi dipikir-pikir saat ini belum waktunya!

Soal Zira masih seperti mimpi di hidup Dirga.

Dia takut tiba-tiba terbangun dari mimpi itu.

"Nak, kamu sudah bebas dan ayahmu nggak akan pergi-pergi lagi juga. Apa pun yang kamu lakukan, Ibu selalu mendukungmu. Ibu hanya punya satu permintaan. Kamu jangan berhubungan dengan Melly lagi. Dia benar-benar nggak pantas untukmu!"

Selama lima tahun terakhir, Tika sudah mengetahui keadaan Melly. Tika pernah mengunjungi Melly juga. Namun, setiap kedatangannya selalu dipermalukan oleh Melly dan Reno!

"Bu, jangan khawatir, aku sudah tahu semua yang terjadi selama lima tahun aku pergi. Aku sudah nggak punya hubungan apa pun lagi dengan Melly, tapi rumah itu dibeli tunai olehku dan Ibu saat itu!"

"Apartemen itu sekarang bernilai 10 miliar, uang itu pasti akan mereka kembalikan. Reno dan Melly harus datang minta maaf kepada Ibu!"

"Bu, nggak usah pedulikan hal-hal ini lagi. Sekarang ayah dan aku sudah kembali. Aku nggak akan membiarkan siapa pun menindas Ibu lagi!"

Dirga baru saja selesai berbicara, Arlan melanjutkan, "Bu, dengarkan Dirga. Dia sudah dewasa. Dia punya urusan sendiri. Kita berdua sudah tua. Nanti kita bantu dia di kliniknya!"

Tika pun berhenti berkata-kata. Pada saat ini, hatinya akhirnya mantap, dia merasa keluarganya sudah lengkap lagi.

Pada saat ini, telepon dari Zira masuk ke ponsel Dirga.

Dirga pun berdiri dan berjalan ke luar pintu untuk menjawab telepon.

"Dirga, apa kamu bisa kemari sekarang? Ada yang ingin kukatakan padamu!"

"Oke!"

Dirga menutup telepon dan meninggalkan rumah setelah pamitan pada orang tuanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status