Share

Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku
Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku
Penulis: Rias Ardani

Permintaan Ibu

Bab1

Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku

Pagi yang indah dan sejuk itu, tidak mampu membuatku merasa tenang dan nyaman. Permintaan Ibu tempo hari, sukses membuatku uring-uringan.

Akankah aku tega, menyakiti dia yang selama ini begitu baik memperlakukanku? Atau kah aku tega menyakiti hati ibuku? Wanita yang berjuang melahirkanku, hingga membesarkanku seperti sekarang ini.

Pagi itupun, kuberanikan diri, untuk mulai mengutarakan niat Ibuku.

"Apa? Mas Danu mau menikah lagi ...." Hesti bertanya kepadaku. Wajah cantiknya nampak begitu syok, ketika aku menjelaskan permintaan Ibu.

Aku meraih tangannya, dan menggenggamnya erat.

"Maafkan mas, Dek. Semua ini permintaan Ibu, kamu tau kan, surga Mas, ada padanya. Nggak mungkin mas nolak permintaan Ibu," jawabku lembut, mencoba menyentuh hatinya.

"Kenapa Ibu ingin mas menikah lagi? Apa karena, Hesti belum hamil, Mas? kita kan sudah berusaha Mas.

Lagi pula pernikahan kita baru berjalan setahun ini," ucap Hesti sambil menghela napas berat, dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca.

"Dokter pun bilang, kita tidak ada masalah," lanjutnya, sambil memandang sendu ke arahku. 

"Tapi Mas gak bisa nolak Ibu, Ibu menjodohkan Mas dengan anak temannya, Dek. Orangnya baik kok, kamu pasti bisa akrab dengannya," tuturku, mencoba meyakinkan Hesti, agar mau menerimanya.

"Mas, nggak ada di dunia ini yang mau dimadu, tolong Mas, hargai perasaanku.

Mas yang memilihku, tapi kenapa, Mas tega melakukan ini?" lirihnya. Hesti menatapku dengan tatapan penuh kekecewaan, dan aku dapat mengerti itu.

Namun di lain sisi, aku tidak sanggup membantah kehendak Ibu, yang begitu menginginkan cucu dariku.

"Tidak ada salahnya dicoba dulu, Dek. Mas yakin, kamu pasti akan bisa menjalaninya. Mas hanya ingin berbakti sama Ibu, tolong pahami itu, sayang ...."

Hesti terdiam, tapi air matanya terus mengalir. Aku mendekat dan kupeluk wanita yang membersamaiku selama setahun ini. Kuuraikan pelukan, kemudian mengusap air matanya.

"Sayang, Mas janji akan berlaku adil dan tetap mencintai kamu. Mas gak akan sia-siakan dek Hesti," tuturku padanya, seraya kukecup keningnya, Hesti tersenyum manis sekali.

Hesti masih terdiam, tanpa ada perlawanan lagi.

***********

Dua hari setelah perbincangan itu, aku dan Hesti bersiap menemui Ibu dan calon Istri ke duaku, Naomi namanya.

Naomi ini adalah teman masa kecilku, yang lama terpisah, ia pindah ke kota lain, bersama orang tuanya saat itu.

"Dek, ayo bersiap, kita akan ke rumah Ibu hari ini!" titahku.

Kutatap diri ini di cermin, ada rasa bangga dalam hati, melihat wajah ini yang begitu tampan dan keadaan yang juga mapan.

Secara ekonomi, aku jelas lelaki mampu dalam menafkahi, jadi untuk memiliki dua istri, aku tidak perlu diragukan lagi.

"Iya mas," jawabnya. Hesti pun bergegas bersiap-siap. 

Aku berjalan keluar kamar, menunggunya di ruang keluarga, seraya memainkan ponselku.

Hesti keluar dari kamar, dengan pakaian yang sudah rapi membalut tubuhnya. Riasan make up tipis di wajahnya, membuat ia semakin cantik dan menyejukkan hati.

Sebenarnya, tidak ada kurangnya wanitaku ini. Hanya saja, sebagai seorang anak, aku mencoba menuruti permintaan Ibu, sebagai bentuk baktiku kepadanya.

Pada dasarnya, aku termasuk lelaki beruntung memiliki Hesti. Hesti cantik, baik, lembut dan penyayang. Namun Ibu yang tidak bisa menerima begitu saja. Hal itu membuatku, tidak bisa menolak kemauannya.

Mungkin dengan aku menuruti Ibu, Ibu bisa sayang pada Hesti, itu harapanku.

Terlebih aku dan Hesti belum bisa memberikan keturunan untuk Ibu, hal itu juga membuat Ibu semakin tidak suka pada Hesti.

Perjalanan dua puluh menit, menuju rumah Ibu. Hesti menatap datar, ketika kami, sudah berada di pekarangan rumah. Kemudian berjalan menuju keambang pintu utama rumah Ibu.

Kuketuk pintu dengan pelan, sambil menahan debar di dada, sebab, sebentar lagi, akan bertemu dengan Naomi.

"Eh mas sudah datang," ucap Naomi dengan sumringah. Rupanya wanita ini sudah datang lebih dulu ke rumah Ibuku.

Aku pun tersenyum melihatnya. Naomi dengan berani meraih tanganku, dan menciumnya, kemudian tanpa rasa canggung, Naomi langsung memelukku.

"Rindu sekali rasanya," ungkap Naomi sambil mengurai pelukan. Wanita itu terus tersenyum senang bertemu denganku.

"Ayo masuk," lanjutnya sambil menggandeng lenganku. Seketika aku merasa kaku, dengan segala tindakan agresif yang di lakukan Naomi.

Aku melirik Hesti, yang hanya terdiam, mengekor di belakangku, tanpa bicara sepatah katapun, maupun protes dengan perlakuan Naomi.

Kami berjalan menuju dapur.

Ibu menuang jus mangga ke dalam gelas, kemudian menyusunnya. Melihat kehadiranku di dekat meja makan, wajah Ibu langsung sumringah.

"Ehh, anak Ibu sudah datang," seru Ibu dan langsung memelukku. 

Kemudian Hesti mendekat dan mau bersalaman pada Ibu. Namun Ibu seakan tidak melihatnya, dan membiarkan tangan Hesti menggantung diudara.

"Ayo duduk, Mas." Naomi menarik tanganku dan memintaku duduk di bangku makan.

Pandanganku beralih ke Hesti yang terdiam.

"Sayang, ayo duduk," ajakku pada Hesti, sambil menepuk bangku di samping kananku. Tiba- tiba Naomi langsung duduk begitu saja.

"Hesti duduk dekat Ibu saja," ucap Naomi dengan santainya. Ibu memasang wajah datar.

Hesti pun nampak tidak nyaman, tetapi dia hanya diam dan duduk di samping Ibu, berhadapan dengan Naomi.

"Hesti, ini Naomi, yang akan menjadi calon istrinya Danu," jelas Ibuku tiba- tiba.

Hesti terdiam, sambil menatap datar ke arah Naomi.

"Naomi ini wanita baik, cerdas dan berpendidikan, sangat cocok untuk menjadi pendamping Danu. Ibu yakin, Naomi akan mampu menjadi istri yang luar biasa," ucap Ibu lagi, membanggakan Naomi di depan Hesti.

"Hesti juga baik kok, Bu," timpalku.

"Baik saja tidak cukup, kalau tidak bisa memberikan keturunan, juga tidak berpendidikan. Kerjaannya apa? Tiap hari cuma ongkang- ongkang kaki, menikmati jerih payahmu," cibir Ibu, membuatku menjadi tidak enak pada Hesti.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Restoe Boemi
bakti seorang anak kepada ibu tdk harus dengan menghadirkan madu di biduk rumah tangga yg telah terbina ...
goodnovel comment avatar
Saffanaini
Iya setuju😢 dimadu itu rasanya manjiw banget💔
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status