"Hai tutup mulutmu justru adik perempuanmu ini pembawa sial. Setelah anakku menikahinya langsung jatuh miskin," ucap mertua Rika."Tentu saja jatuh miskin, karena memang dia tak pernah kaya. Semua harta itu milik istrinya, begitu ketahuan berhianat semua hartanya diambil lagi. Dasar benalu tak tau diri."Alam melawan ucapan mertua adiknya, dia tak terima ketika Rika dikatai pembawa sial. Dia lupa ketika mengatakan Asma dan anaknya pembawa sial."Sudah jangan ribut lagi, sekarang apa yang harus kita lakukan? Semua ini sudah dibayar tapi acara sudah berantakan. Bahkan pak penghulu sudah pamit karena tak mau terlibat masalah.""Asma, semua ini karena mantan istrimu, Lam. Darimana si miskin itu kenal wanita sekaya istri pertama suami Rika? Kau selidiki pasti ada yang tidak beres dengan Asma, Lam."Alam menganguk sebenarnya dia juga sedikit curiga, bagaimana bisa istrinya yang miskin bisa kenal dengan wanita kaya itu."Apa kau tak curiga saat tiba-tiba dia punya uang banyak. Bisa membeli k
Alam terkejut saat mendengar suara orang yang selalu teriak saat di kantor, dia berbalik dan heran melihat pimpinannya berada di depan rumah Asma mantan istrinya."Apa yang pak Adam lakukan di sini?"Pria itu melangkah mendekati Bagus dan Alam, setelah mengunci mobil mewahnya secara otomatis."Kebetulan sekali saya melihat kalian berdua, sebenarnya saya hendak bertemu bidadari cantik katanya berada disini."Pria itu menatap kesana-kemari seperti mencari sesuatu. Alam sedikit curiga tapi dia tak percaya, kalau bidadari yang di cari bosnya adalah Asma mantan istrinya."Tak salah kok pak Adam dia ada di rumah ini."Alam terkejut saat melihat istri Bagus keluar menyambut Adam pimpinan di kantor Bagus dan Alam. Mereka tampak akrab seperti kenal dengan baik."Dasar bodoh lihat istrimu yang bergairah pada pak Adam kau memang tak berguna."Alam mengejek Bagus dia tak menyadari Asma di belakang mendengar ucapannya. Karena tadi dia pindah agar Bagus melihat kemesraan istrinya dengan pimpinan me
Toko apa maksud wanita itu. Alam semakin curiga kalau memang ada sesuatu yang di sembunyikan oleh Asma. Dia harus mencari tau secepatnya."Pak Alam ada perubahan dalam waktu pemindahan ke kantor cabang. Besok ambil surat jalannya, begitu juga dengan pak Bagus."Alam semakin kesal, dia tau pasti akan ada perubahan besar dalam pemindahan staf kantor pusat ke kantor cabang. Sedangkan masalah di sini belum dia selesaikan."Aku pergi dulu, Asma. Tapi ingatlah jangan berharap rujuk saat kau terpuruk, karena bagiku kau tak ubahnya seperti sampah tak berharga."Asma mengepalkan tangan mendengar hinaan Alam. Istri Bagus sampai memeluk bahunya karena takut wanita itu rapuh."Aku harap kau juga melakukan hal yang sama, Mas. Karena sampah ini tak akan sudi menerimamu kembali. Aku cuma mau bilang jaga keluarga tercinta mu, mungkin saja kelak mereka akan membuatmu gila."Alam menatap mata Asma, entah kenapa dia merasa wanita itu mempunyai sebuah rencana jahat pada keluarganya.Namun dia menepis per
Ani bertanya dengan nada jengkel. Dia tak menyangka adik iparnya bisa kalah, dengan seorang wanita lemah seperti Asma."Aku tak apa-apa ini hanya karena aku menabrak pagar bambu rumah Asma. Dia memang keterlaluan, apa tak bisa menganti pagar yang sudah lapuk itu."Alam masih mengomel dia baru merasakan perih di lututnya, setelah sampai di rumah dan sang ibu sedang membersihkan lukanya."Lalu apa yang kau dapatkan dari rumah Asma, apa dia bersedia mengembalikan semua barang yang diberikan mas Seno padaku?"Rika berdiri menatap Alam dengan wajah seperti tak sabar. Namun dia kembali duduk saat Alam mengelengkan kepala."Wanita bodoh itu bahkan menolak mobil dan perhiasan emas yang jadi maharmu, Ka. Dia hanya menerima segala macam perabotan dan semua yang jadi hantaran saat kau lamaran."Rika menangis karena dia tau semua hantaran itu harganya sudah ratusan juta. Dia menyesal memamerkan semua hantaran yang dia terima pada Asma, karena mantan kakak iparnya itu ternyata mencatat di otaknya,
Ibu Seno tak melanjutkan ucapannya, dia hanya bisa memandang Rika dan seno bergantian. "Ya Tuhan ternyata aku hampir memiliki menantu murahan, belum menikah sudah mau di tiduri pria yang sudah menikah."Plak ...plak ...."Jaga mulutmu kalau anakku murahan lalu anakmu terhormat begitu. Sudah beristri tapi masih menginginkan wanita lain bahkan lupa kalau kalian menumpang hidup pada istri pertamanya."Ibu Alam sudah kehilangan kesabaran saat mendengarkan ucapan ibunya seno. Dia menghadiahkan dua tamparan di pipi besannya.Alam tak tinggal diam, dia juga mulai menghajar Seno. Hatinya sakit saat melihat sang adik hendak ditinggalkan di hari pernikahannya.Mereka tak tau kalau pertengkaran itu justru di saksikan banyak orang yang ternyata tamu dari jauh. Mereka tetap masuk meski heran saat melihat acara pernikahan ini sepi.Alam dan ibunya terduduk lemas setelah menyadari kedatangan orang-orang yang membantu memisahkan Alam dan Seno.Saat mereka dipisahkan terlihat Seno sudah babak belur,
Ani semakin merasa takut dia buru-buru membawa Rika pulang. Ibu mertuanya jadi heran melihat kekuatan Ani, saat membantu Rika berjalan pulang.Begitu sampai rumah mereka kembali terkejut, karena tenda sudah di bongkar begitu juga pelaminan dan yang lainnya. Alam hanya diam mengawasi pemilik tenda dan pemilik pelaminan mulai membongkar. Tak kalah kaget saat prasmanan di atas meja sudah bersih tak tersisa."Semua makanan ada di dapur umum. Kami terpaksa membantu karena anak lelakimu menggila."Para wanita itu pergi setelah menggangkat semua makanan di atas meja. "Kalau mau bawa saja makanan itu pulang, tak ada yang akan menghabiskan semuanya!""Ogah, kami tak sudi makan dari acara ini, takut kena sialnya. Apalagi masih banyak anak gadis di kampung ini."Para wanita itu lalu pergi begitu aja meninggalkan keluarga Alam. Sang ibu sangat sedih mendengar hinaan para wanita yang lama menjadi temannya, waktu menyebarkan fitnah pada Asma."Kalau tak mau tak usah sok begitu. Miskin aja belagu,
"Baru jadi janda, belum juga dapat surat cerai udah gatal aja. Udah tau kan berapa pria yang mendatangi rumah Asma?"Asma baru saja pulang ketika kupingnya mendengar ucapan Santi. Wanita itu masih saja mengusik Asma, tanpa melihat pembalasan Asma pada keluarga Alam."Sebaiknya jaga mulutmu Mbak, kalau tidak kau akan bernasib tak jauh beda dengan keluarga mas Alam.""Cih...apa yang bisa kau lakukan padaku, Asma. Seujung kuku pun kau tak akan mampu menyentuhku."Asma tertawa dia berjalan mendekati wanita yang beberapa hari ini terlihat dekat dengan Alam."Apa kau yakin, Mbak Santi. Katakan yakin atau tidak?"Asma mendekati seorang wanita yang tak lain adalah ketua kelompok biang kerok di kampungnya. Lalu dia mengeluarkan ponselnya."Bu Sum punya nomor wa grup warga kampung kan, bisa masukkan aku? Ada sesuatu yang penting. Mungkin untuk semua wanita termasuk Bu Sum juga membutuhkan informasi ini."Wanita itu menatap teman-temannya. Asma tau mungkin dia minta persetujuan anggota aktif wa
Santi terdiam dia tak menyangka sekarang justru Ani yang datang, bersama Rika sang adik ipar yang terlihat masih melamun."Sudah hampir seminggu, kapan kau balik ke kota, Ka. Bukankah kau bilang cutimu hanya seminggu?""Memangnya kenapa kalau Rika masih disini. Kau tak perlu mengurusi anakku, Santi."Sekali lagi Santi terkejut mendengar suara ibu Alam. Wanita itu terlihat kesal padanya, sebenarnya apa yang salah dari pertanyaannya."Rika sudah di pecat dari pekerjaannya. Rumah sakit tak mau memiliki pegawai yang punya skandal dengan suami orang.""Kau juga tak perlu buka mulut selebar itu, Ani. Dasar mulut ember, apa tak bisa kau saring informasi sebelum kau sebarkan."Kali ini Ani yang kena omelan ibu mertuanya. Sedangkan Santi hanya bisa menutup mulutnya dengan tangan karena terkejut. Dia tak tau kalau Rika sekarang benar-benar sudah hancur.Kuliah begitu lama dan mengabiskan banyak biaya. Hancur dalam waktu sekejab karena kebodohan diri sendiri."Kau tak perlu memikirkan apa-apa la