Share

uang sisa

Author: Maey Angel
last update Last Updated: 2023-02-04 15:52:02

Ada saatnya di mana Seorang Istri harus memiliki jiwa detektif. Namun, jangan sampai ke kecurigaannya menjadi neraka dengan menuduh tanpa bukti.

"Mas, Meli itu sekretarisnya bos atau istrinya Bos?" tanya Mimi saat tamu mereka sudah pulang.

"Kamu mikirnya siapa?"

"Kalau istrinya si Bos, wajar saja datang bersama ke sini. Tapi, kalau karyawan kok, rasanya aneh?" tanya Mimi.

"Aku yang sakit kok, kamu yang merasa aneh? Dah, bikinkan susu. Badan Mas agak menggigil," perintah Ardan membuat Mimi mendengus kesal.

"Aneh, tanya apa jawabnya apa," grundel Mimi.

Mimi membuatkan susu sesuai keinginan Ardan. Meski keinginannya tak ada di rumah, Arden tak mau tahu.

"Lama banget sih? Bikin susu apa meres susu?" tanya Ardan dengan nada sedikit sewot.

"Sabar, bahannya tidak ada di rumah, jadi harus beli dulu di Warung Pak Wage. Nih," ucap Mimi meletakkan gelas berisi susu di depan Ardan dengan hati-hati.

"Lain kali stock di rumah. Jadi kalau misal pas lagi kepengen malam-malam barangnya ada," protes Ardan.

Mimi memilih pergi meninggalkan Ardan untuk bermain dengan anaknya daripada meladeni ocehan suaminya yang kadang membuat telinganya panas.

" Ma, waktu tante cantik mau pulang Laila diberi uang ini. Apa boleh Layla pakai untuk beli jajan di di Warung Pak Wage?"

Mimi terlihat kaget saat Laila menyetorkan Uang pecahan 50ribuan di tangannya. Tadi juga Melly sempat membawa beberapa kotak bingkisan berisi makanan yang sekarang sedang disantap oleh Ardan seorang diri tanpa menawarkan pada Laila dan Mimi.

" Laila pakai uang Mama dulu ya? Uang yang ini mau Mama tanyakan sama ayah," ucap Mimi disertai anggukan Lela. Mimi memasukkan uang Rp50.000 itu ke dalam kantong dan menggantinya menjadi uang Rp5.000 .

Sebenarnya Mimi tak akan bilang pada Ardan. Dia tidak ingin uangnya diminta oleh suaminya itu dan berakhir rengekan Laila yang meminta jajan besok. Karena hari ini, ia tidak berjualan. Uang dan dompetnya kosong sejak Ia belanjakan di pasar kemarin untuk kebutuhan dapur dan beberapa sayuran yang bisa ia masak untuk 3 hari kedepan.

" Mas makan apa sih kok? Banyak tapi kok ini nggak ditawarin sama aku dan Laila?" Tanya Mimi sedikit merenggut

"Ini makanan kota, kamu tidak terbiasa memakannya. Justru nanti malah sakit perut kalau kalian memaksa memakannya. Kalau misal kepengen Kalian beli saja bahannya dan buat di rumah lebih hemat dan tentunya higienis."

"Heleh, sama makanan saja pelit. Bukannya aku yang sakit perut justru nanti Masnya sakit perut karena tidak mau berbagi dengan kami," ucap Mimi kesal lalu menghentakan kakinya dan berlalu pergi.

Suaminya itu memang terbiasa mengejek segala kekurangan Mimi. Tak bisa dipungkiri bahwa Mimi bukan ahli dalam bidang memasak. Namun, bukan berarti dia tidak pernah memasak. Setiap hari Ia memasak meskipun Ardan tidak mau memakannya bahkan hanya mencicipi satu atau dua sendok lalu pergi meninggalkan makanan dengan sisa makanan di piring yang masih banyak. Lagi-lagi tugas Mimi menghabiskan sisa makanan Ardan. Bukan karena ia lapar tetapi kadang merasa kasihan melihat makanan sisa dan yang tidak termakan lagi.

"Laila, kamu habis dari mana sama mama?" tanya Ardan pada anak semata wayangnya.

"Habis beli es krim. Tadi mama yang beliin dari uang yang diberikan tante cantik pada Laila," pungkas Laila.

Mimi yang baru saja masuk ke dalam rumah, tidak tahu jika Laela sudah mengatakan bahwa uang yang diberikan padanya adalah dari Meli.

"Sisa uang dari Meli mana?" tanya Ardan sambil menyodorkan telapak tangannya untuk meminta kembalian uang itu.

Mimi sedikit kaget dan seketika ia langsung tersadar mengenai apa yang dikatakan oleh Ardan.

"Habis lah, itu kan uang jajan Laila. Lagian duit segitu kok masih di minta kembalian, nggak malu sama anak?" cibir Mimi.

"Kalau masih sisa belikan aku rokok. Mulutku rasanya asem kalau nggak ngerokok," ucap Ardan.

"Lagi libur kerja ya rokoknya libur. Aneh banget kamu, Mas. Sakit saja masih ingin merokok, nggak sayang sama jantung, paru-paru, ginjal, empedu dan_"

"Ah, sudah kamu kebanyakan ngomong. Kalau tidak membelikan, biar aku beli sendiri. Mana uangnya?" tanya Ardan lagi.

"Nih! Sisa 2000 saja masih ditanyakan, tuh bisa beli satu batang lumayan daripada asem kayak muka Mas Ardan."

Mimi berlalu pergi setelah memberikan sisa uang belanja Rp2.000 itu. Beruntung tadi ia membelanjakan uangnya di warung untuk membeli bahan dagangan besok.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istriku Pemalas   end

    "Om, pacarnya udah berapa?" Tanya Laila sambil terkekeh."Ee ee, nggak bahaya tah tanya-tanya tentang pacar? Ayahmu dengar bisa dinikahkan muda kamu," kekeh Adrian."Kan Laila hanya tanya saja kenapa harus sewot begitu? Dari tampang-tampangnya sih kayaknya udah mau nikah. Kapan Om? Laila udah nggak sabar pengen jadi Domas."Adrian mencubit hidung bangir Lela dan dia menatap ke arah langit sambil bergumam sendiri."Seandainya Om tidak dilahirkan lebih dulu pasti Om akan menunggu kamu sebagai calon istri Om tetapi Karena berhubung kamu masih kecil jadi Om akan nikah duluan bulan ini.""Bulan ini?"Adrian mengangguk. Dia memang akan berniat menikah bulan ini karena usianya sudah cukup matang. Dia sudah mendapatkan wanita yang cocok dan dia pun tinggal menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan keluarganya."Ayah, Mama, Om Adrian mau nikah nih bulan ini katanya? Mama sama Ayah udah tahu belum?" Laila langsung berlari dan Adrian pun mengejar bocah yang ternyata sudah membocorkan renc

  • Istriku Pemalas   kangen tak terbalas

    "Ma, papa kok nggak pernah datang lagi ke sini ya?" tanya Laila."Papa sibuk, Nak."Laila merengut. Sudah setahun lamanya Adnan pergi dari kota Cilacap dan meninggalkan kenangan dengan sang anak. Sengaja dia tidak memberikan kabar apapun agar Laila terbiasa tanpa dirinya. Sebenarnya Mimi sudah memberitahu bahwa sebaiknya menghubungi setidaknya seminggu sekali atau sebulan sekali untuk memberikan kabar kepada Laila agar tidak dikhawatirkan oleh anak yaitu, tetapi Adnan memilih untuk tidak menghubunginya karena dia tidak enak dengan Arfi. Sebagai lelaki yang memiliki banyak salah tentunya dia merasa malu jika selalu mengganggu hubungan keluarga mereka yang sudah cukup baik dan Adnan juga sedang mencoba untuk menata hidupnya agar menjadi lebih baik setelah menikah dan menerima sebagai istrinya yang sekarang.Santi dan Alvin datang berkunjung ke rumah Mimi dan mereka membawa anak mereka yang kini sudah pandai berceloteh ria. Kelahiran dengan jarak yang hampir sama dengan kedua anak Mimi

  • Istriku Pemalas   menyedihkan

    "Sudah pulang rupanya anaknya itu, kau antarkan jam berapa?" Tanya Melly saat dia bangun dan melihat Laila sudah tidak ada di kamarnya."Barusan.""Tumben kamu peka?" "Bukankah itu yang kamu inginkan? Kamu memang bukan sosok ibu tiri yang baik untuk anakku. Makanya aku pikir lebih baik aku mengembalikan saja kepada ibunya yang jelas-jelas lebih peduli kepadanya. Apalah arti Ayah ini jika dibawa ke sini hanya membawa dia terluka dan sedih mendengar kata-kata ibu tirinya," jawab Adnan yang tidak mau berdebat apapun dengan Melly."Baguslah kalau dia sadar diri. Sebagai anak memang dia harus tahu posisi kalau ayahnya ini tidak sekaya ibu nya yang menikahi bujang kaya."Jika dilanjutkan maka perdebatan ini akan kemana-mana dan bahkan membahas tentang nafkah yang tidak sesuai dengan permintaan Melly. Hal itulah yang membuat Adnan memilih untuk diam dan tidak banyak mendapat apapun tentang hal yang Melly ucapkan.Adnan pergi bekerja seperti biasanya Dan Dia mencoba untuk ikhlas menjalani ke

  • Istriku Pemalas   memaafkan

    Laila menutup telinganya saat dia mendengar suara melengking dari luar kamarnya. Dia berpura-pura memejamkan mata saat Adnan sedang membacakan dongeng untuknya tadi. Dia tahu ayahnya itu sangat sayang kepadanya saat ini tetapi melihat kedatangannya ke rumah sang ayah kandung, Mely marah besar. dia tidak begitu disenangi oleh ibu tirinya membuat Laila merasa sendiri bahwa ayahnya sengaja mengajaknya untuk tidur lebih awal agar bisa menjelaskan alasan kedatangannya ke rumah ini."Kenapa kamu nggak minta izin sama aku buat ngajak anakmu itu tinggal di rumah ini? Kamu kan tahu sendiri kalau aku tidak suka anak kamu itu tinggal di rumah ini. Kamu saja masih numpang dan belum bisa memberikan aku nafkah yang baik dan juga menyenangkan anak-anakku. Sok-sokan Mau mengajak anggota keluarga baru dalam keluarga kita. Besok kamu harus antarkan dia dan biarkan saja Mimi yang merawatnya karena dia sekarang sudah lebih kaya karena menggaet laki-laki kaya. Kamu ini mikir nggak sih Mas? Untuk mencukupi

  • Istriku Pemalas   kecewa

    "Aku rasa Laila Sudah cukup tahu bagaimana cara untuk menepati janjinya. Dia bilang akan jalan-jalan bersama Adnan dan akan tetap kembali ke rumah ini. Dia hanya membutuhkan waktu untuk sang Papa bermain dengannya dan tidak akan menyakiti perasaan ibunya ini jika tidak kembali ke rumah ini. Dia sendiri yang menginginkan itu dan aku tidak berhak untuk melarangnya karena Adnan juga ayah kandung Laila."Mimi merasa sedih mendengarnya dan dia merasa gagal menjadi seorang ibu yang bisa berbuat adil kepada anaknya. Dia tahu pasti Laila sedih karena kasih sayangnya harus terbagi dengan adik-adik barunya tetapi dia juga tidak bisa menyalahkan keputusan Arfi yang membiarkan kepergian Layla karena keputusan itu pasti sudah dia pikirkan dengan baik."Kamu tidak usah terlalu sedih memikirkan anakmu karena aku yakin dia pasti bisa menyenangkan hati orang tuanya. Kita lihat saja Apakah anakmu itu akan kembali malam ini atau akan menginap di rumah Adnan. Jika memang Laila itu akan menginap di sana p

  • Istriku Pemalas   Jangan paksa

    "Laila nggak pengen tinggal sama papa?"Ardan mengulangi pertanyaannya dan dia mengusap kepala Laila pelan untuk menyalurkan kasih sayang dan rasa rindunya kepada sang anak."Untuk apa kamu mengajukan pertanyaan yang tidak bisa Laila jawab di usianya yang sekarang? Seharusnya kamu sebagai seorang ayah tahu bagaimana cara untuk memposisikan diri sebagai ayah kandung di saat dia tinggal bersama dengan ayah tirinya," sahut Arfi.Arfi tentu saja kaget mendengar Ardan datang ke rumahnya dan ingin mengajak Laila untuk pergi bersamanya tinggal. Tentu saja tidak akan dengan mudah dia mengizinkan karena selama ini lelaki itu selalu saja membuat masalah dan tidak bisa dipercaya untuk mengasuh anaknya. Apalagi kedatangannya hanya untuk mengajak Laila pergi, dia tak akan mengizinkannya."Dia anakku dan aku berhak untuk mengajaknya tinggal kapanpun aku mau. Aku tahu kalau perasaan dia pasti sangat sedih ketika melihat kedua adik-adik itu lahir dan kalian mengabaikan kasih sayang yang dibutuhkan ol

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status