Share

Belum datang bulan?

Auteur: Galuh Arum
last update Dernière mise à jour: 2025-07-31 22:43:05

Pak Darmawan memotong dengan suara keras. "Kamu hanya apa? Mengutamakan perasaanmu daripada kepentingan keluarga? Demi pria yang bahkan tidak bisa mengurus pernikahannya sendiri?" tatapan Pak Darmawan tajam beralih ke Dani.

"Dan kamu, Dani, seharusnya kamu tahu tempatmu. Kamu tidak lebih dari seorang pria yang gagal mempertahankan pernikahan dan sekarang menghancurkan masa depan anakku!"

Dani mengepalkan tangannya, merasa tersinggung. Namun, dia tidak bisa melawan karena tahu Pak Darmawan memiliki kuasa atas segalanya. Dirinya juga menyalahkan Soraya atas semua ini.

Dani menunduk, berusaha tenang."Pak, saya akan bertanggung jawab atas Vira. Saya tidak berniat membuat hubungan bisnis ini hancur."

Pak Darmawan tertawa sinis. "Bertanggung jawab? Dengan apa? Dengan status duda yang bahkan belum sah cerai? Dengan bisnismu yang bahkan belum sebanding dengan apa yang sudah keluarga kami bangun?" Pak Darmawan menggeleng dengan kecewa. "Kamu pikir itu cukup?"

Vira merasa semakin tertekan. Dia
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Istriku Ternyata Pewaris   Sosok Ayah untuk Adel

    "Iya, bukannya kita sejak tadi sudah bicara serous," ucap Soraya sembari menikmati makanannya.Bara tersenyum penuh arti. "Kamu pernah tanya kenapa aku tidak bisa mencintai Mantan istriku bukan?"Soraya meletakkan sendoknya perlahan, menatap Bara dengan sedikit kebingungan. "Iya, kamu pernah bilang kalau pernikahan kalian hanya sebatas rasa kasihan. Tapi kenapa tiba-tiba membahas ini?"Bara menarik napas dalam, seolah sedang menyusun kata-kata yang tepat. "Karena aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama," ucapnya pelan, tapi penuh makna.Soraya mengernyit. "Maksud kamu?"Bara menatapnya dalam, seolah mencari sesuatu di mata Soraya. "Aku tidak ingin menikah lagi hanya karena tekanan atau rasa iba. Aku ingin menikah karena aku benar-benar mencintai orang itu."Soraya tersenyum kecil, lalu menyesap minumannya. "Itu bagus. Harusnya memang begitu. Pernikahan bukan tentang siapa yang paling butuh, tapi siapa yang paling ingin bersama."Bara mengangguk, lalu bersandar sedikit ke kursiny

  • Istriku Ternyata Pewaris   Karma

    Soraya menyilangkan tangan di depan dada, menatap Maya yang tampak canggung dengan celemek pelayan yang melingkar di pinggangnya.“Aku mau makan malam, tapi nggak nyangka ketemu kamu, Mbak Maya,” ucapnya, menekankan kata "Mbak" dengan senyum tipis.Maya menelan ludah, jelas tak siap menghadapi Soraya dalam situasi seperti ini. Dulu, dia yang selalu merasa lebih unggul. Sekarang? Bahkan seragam waiters yang dikenakannya seakan menampar harga dirinya sendiri.“Kamu kerja di sini?” tanya Soraya lagi, suaranya terdengar ringan, tapi ada nada kemenangan di dalamnya.Maya berusaha mengangkat dagunya. “Iya. Aku... aku kerja di sini sementara. Lagi nunggu kesempatan yang lebih baik,” jawabnya, mencoba mempertahankan martabatnya.Soraya mengangguk pelan. “Oh, bagus. Setidaknya kamu sekarang tahu rasanya cari uang sendiri.”Maya mengepalkan tangan di balik celemeknya. Dia ingin membalas, tapi tidak ada kata-kata yang bisa keluar. Dulu, dia meremehkan Soraya, tapi sekarang takdir berbalik.Soray

  • Istriku Ternyata Pewaris   office Boy

    Dani tersenyum miris. “Karena ini satu-satunya pekerjaan yang bisa aku dapatkan setelah semua yang terjadi. Aku butuh uang, Soraya.”Soraya mengangguk pelan. Dia bisa saja mengatakan sesuatu yang menyakitkan—mengungkit semua kesalahannya dulu, bagaimana Dani menelantarkannya dan Adel. Tapi melihat keadaan Dani sekarang, itu hanya akan terasa seperti menendang orang yang sudah jatuh.“Semoga kamu betah di sini,” ucapnya akhirnya, sebelum melangkah pergi."Ay, tunggu.""Ada apa?""Bagaimana kabar Adel?" tanyanya ragu. "Dia baik dan sehat. Permisi, aku harus buru-buru."Dani hanya bisa menatap punggung Soraya yang menjauh. Ada perasaan sesak yang tiba-tiba memenuhi dadanya. Dia ingin mengatakan lebih banyak hal, tapi dia tahu, kesempatan itu sudah lama berlalu."Dan, kerja jangan bengong. Kamu lihat siapa? Itu Bu Soraya? Kamu kenal?" tanya Doni salah satu teman OB nya. "Oh, enggak hanya lewat dia tanya ruangan. " Hanya itu yang Dani katakan, tidak mungkin dia mengatakan jika Soraya ada

  • Istriku Ternyata Pewaris   Kerjaan lain Dani

    Murni tetap berdiri tegak meskipun Maya mendorongnya. Matanya menyala penuh kemarahan bercampur rasa kasihan. Seolah-olah di sini yang anak angkat adalah dirinya, bukan Maya. Murni tertawa kecil, menatap Maya dengan tajam. "Lihat kan, Bu? Ini dia anak kesayangan ibu. Selalu merasa paling benar, selalu menyalahkan orang lain kalau hidupnya berantakan." "Aku nggak salah! Kamu aja yang iri! Dari dulu Mas Dani lebih sayang sama aku!" pekik Maya dengan suara meninggi.Murni menghela napas, lalu menggeleng pelan.Dengan nada datar, tapi menusuk Murni kembali bicara. "Iri sama apa, Mba? Sama hidup Mba yang penuh drama? Sama rumah tangga yang isinya cuma bergantung sama orang lain? Aku malah kasihan. Mba nggak pernah belajar berdiri sendiri."Bu Rasyid mengusap wajahnya, terlihat bingung di antara kedua anaknya. Sementara itu, Maya semakin emosi, tangannya mengepal.Maya menunjuk ke arah pintu. "Udah, pulang aja kamu! Aku malas dengar ceramah kamu!"Murni mendekat, berbicara dengan suara le

  • Istriku Ternyata Pewaris   Wanita Parasit

    Suasana ruang tamu masih tegang setelah tangisan Adinda akhirnya mereda. Bu Rasyid duduk dengan tangan terlipat di dada, menatap Maya yang duduk di sofa dengan wajah cemberut.Bu Rasyid menghela napas, nada suaranya mulai tegas. "Ya sudah kamu cari kerja, Maya. Dari pada kamu hanya di rumah saja, mengandalkan Dani yang bahkan nasibnya sendiri nggak jelas.""Kerja apa, Bu?"Bu Rasyid menggerakkan tangannya dengan kesal. "Ya Allah, kerjaan banyak, Maya! Kamu tinggal cari aja. Masa nggak ada satu pun yang cocok buat kamu?"Maya menggeleng kuat, wajahnya semakin cemberut. "Aku nggak mau kerja. Ibu aja yang kerja kalau gitu."Bu Rasyid tersentak, matanya membelalak. Sejenak, ruangan itu menjadi sunyi, hanya suara kipas angin yang berputar perlahan.Bu Rasyid menepuk pahanya, berusaha menahan emosi. "Kamu ini ngomong apa, Maya?! Ibu ini sudah tua! Masa ibu yang kerja buat kamu? Itu anak, tanggung jawab kamu! Bukan Ibu!"Maya mengerucutkan bibir, bersikap seolah-olah menjadi korban. "Aku kan

  • Istriku Ternyata Pewaris   Rindu kebersamaan

    Dani menunduk, jemarinya saling meremas di atas meja. Ia tidak bisa langsung menjawab pertanyaan Soraya. Jujur, bukan hanya Adel yang ia rindukan. Tapi juga kebersamaan mereka dulu, kehangatan yang pernah ia abaikan. Sekarang, semua sudah berbeda. Soraya bukan lagi wanita yang menggantungkan diri padanya—sekarang, dia berdiri lebih kuat dari yang pernah Dani bayangkan.Soraya memperhatikan ekspresi Dani yang sulit dibaca. Ia menghela napas, lalu menyandarkan punggung ke kursi. "Aku sudah tahu jawabannya, Dan. Kamu rindu masa-masa di mana aku masih bergantung sama kamu, di mana aku masih menunggu dan berharap. Tapi sekarang?" ia menggeleng pelan, matanya tajam menatap Dani. "Aku sudah selesai."Dani menggigit bibirnya, merasa dadanya sesak. Ia mengangkat kepalanya, menatap Soraya dengan mata yang penuh penyesalan. "Aku cuma pengin bicara baik-baik, Ay." "Dan aku sudah mendengarkan. Kalau cuma itu yang mau kamu sampaikan, aku rasa kita sudah cukup bicara." Soraya mengambil tasnya, b

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status