Home / Romansa / Istriku Tua / Masa Lalu

Share

Masa Lalu

Author: Naffa Aisha
last update Last Updated: 2022-08-25 14:54:59

Istriku Tua

Bab 3 : Masa Lalu

Suara azdan subuh membangunkan tidurku, ternyata sudah tertidur di depan tv. Kulihat ke sebelah kanan, ternyata Fani juga ikutan tidur di luar bersamaku. Entah kapan juga ia berpindah dari kamar ke sini, aku tidak sadar.

Aku menatap wajah yang sedikit berkerut itu, matanya dipenuhi lingkaran hitam. Ia tertidur sangat pulas.

"Dek, bangun, Dek!" Aku menggoyang punggungnya. "Ayo, kita pindah ke kamar."

Fani membuka sedikit mata dan kemudian menggeliat. "Sudah pagikah, Mas?"

"Masih subuh, kamu kok ikutan tidur di sini sih?"

"Susah senang kita harus selalu bersama, Mas. Kalau Mas tiduran di lantai, maka Adek juga harus ikut," ucapnya sok bijaksana.

"Ya sudah, buruan kamu pindah ke kamar! Nanti malah sakit dan gak bisa kerja, kan bikin susah saja," ucapku sedikit ketus.

Wajah ceria Fani langsung berubah muram, perlahan ia bangkit menuju kamar.

***

Hari ini hari minggu, Fani akan libur berkerja. Seharian dia akan full di di rumah, dia pasti akan meminta jatah servis full juga dariku. Ah, aku harus menyiapkan stamina extra. Kebutuhan biologis wanita tua itu sungguh tinggi, gak boleh diajak dikit aja. Dia akan langsung naik menunggangiku seperti kuda.

Aku berbaring dipangkuannya sambil memainkan ponsel, sedang Fani, dia sedang asyik menonton drama Korea.

"Dek, minta email akun f******k kamu yang lama dong!" Aku mendongakan wajah.

"Buat apa sih, Mas? Akun itu sudah Adek tutup."

"Hem, tapikan masih bisa dibuka lagi. Kasih tahu Mas emailnya, buruan!"

"Gak usahlah, Mas," bantah Fani masih dengan suara lembut.

"Kok gak boleh, jangan-jangan ada yang kamu sembunyikan dariku? Kita ini sudah suami istri, Dek. Semuanya harus serba terbuka dan gak boleh ada rahasia." Aku duduk dihadapannya.

"Bukannya begitu, Mas. Akun f******k itu masa lalu, sedangkan kamu adalah masa depanku. Jadi aku tidak mau mengingat hal yang sudah menjadi masa lalu itu." Fani masih membantah keinginanku.

"Apapun isi dari akun F******k Adek, mas gak akan marah kok. Mas cuma mau lihat kehidupanmu yang dulu," ucapku masih dengan senyum manis.

"Benaran Mas tidak akan marah? Dulu Adek banyak chating dengan para lelaki hidung belang, Adek takut Mas akan marah jika membacanya."

"Gak akan, sayang. Mas kan sayang sama Adek, jadi Mas gak akan marah. Ya sudah, cepatan kasih alamat email dan kata sandinya!"

Fani pun segera memberitahu alamat akun F******k beserta kata sandi, dengan cepat aku sudah berada di beranda akun f******k miliknya. Aku kembali berbaring di pangkuannya sambil melihat foto ketiga anak-anak Fani dan kebersamaan mereka terdahulu. Tapi aku tak melihat satupun foto mantan suaminya.

"Kok gak ada foto mantan suamimu, Dek?" tanyaku.

"Dia gak suka ikut berfoto," jawab Fani singkat.

"Oh, kampungan dia, ya! Kasian kamu dapat suami macam dia," ejekku.

Fani hanya diam, dia pura-pura konsentrasi dengan film yang di tontonnya.

"Ehm, ketiga anakmu jelek-jelek ya, Dek? Pasti mirip bapaknya semua ini?" aku menunjukan layar ponsel yang terdapat tiga orang foto anak Fani.

Fani juga masih diam, mungkin dia bingung mau menjawab apa karena semua ejekanku memang benar nyatanya.

"Kalau anak kita nanti, bisa dijamin ganteng dan cantik, karena aku kan ganteng," ucapku sombong tapi penuh kenyataan.

"Iya, Mas," jawab Fani akhirnya. Ternyata dia masih bisa bicara juga.

"Dek, apa kamu gak kengen ketiga anakmu?" aku kembali mendongakan wajah padanya.

"Aku kan sudah memilihmu, Mas."

"Ehm, aku tanya kangen atau tidak. Kok jawabannya gak tepat gitu?"

Fani menghela napas. "Adek mau ambil minum dulu, Mas. Haus nih .... " Fani menggeser kepalaku ke bantal dan kemudian melangkah menuju dapur.

"Jangan lama-lama, Sayang." Aku melemparkan senyum padanya.

Fani hanya mengangguk dan melangkah masuk ke dapur.

Semua foto sudah kulihat satu persatu, saatnya membuka inbox. Mataku terbuka lebar kala membaca pesan-pesan dari lawan chat Fani, ternyata dulu dia suka berbalas pesan dengan para lelaki hidung belang.

"Astaga," mataku menyipit dan langsung terduduk kala membaca chat mesra Fani dengan seorang lelaki. Darahku memanas, ternyata dia dulu suka tidur dengan banyak lelaki. Dan pernah Video call dengan tubuh bugil bersama lelaki itu.

"Ini, Mas." Fani mengulurkan segelas juice mangga di depanku.

"Minumkan sekalian, Dek!" perintahku dengan tak memalingkan mata dari layar ponsel.

Fani menurut saja, setelah meminumkan juice itu padaku, kini dia melanjutkan menyuapiku sepotong biskuit.

"Dek, ternyata kamu itu doyan selingkuh, ya? Bukan cuma aku saja lelakimu." Aku menatap Fani dengan wajah berang.

"Itu masa laluku, Mas. Sekarang ini cuma kamu saja lelakiku." Fani mendekat dan memelukku.

Aku menghindar dari pelukannya dan berkata, "Alasan kamu apa berselingkuh dengan banyak lelaki begitu?"

"Mas, aku itu dulu kurang mendapatkan perhatian dari mantan suamiku. Dia hanya sibuk berpergian dengan teman-teman Jaulahnya, kadang seminggu, sebulan dan berbulan-bulan. Sebagai wanita normal, aku khilaf lalu mencari kehangatan dari lelaki lain walaupun aku harus membayar mereka. Tapi itu semua sudah masa lalu, Sayang. Sekarang Adek tidak begitu lagi." Fani meraih tanganku dan menciumnya.

"Ehm, kamu itu memang tante-tante girang, ya! Aku menyesal menikahimu, dasar wanita sampah!" tudingku kasar dengan sorot mata tajam.

"Tapi itu cuma masa lalu, Mas."

"Tapi aku tidak bisa menerima kenyataan ini, aku tidak menyangka kamu sehina itu!" aku terus mencaci maki Fani.

"Mas, maafkan aku. Tapi setelah aku mengenalmu, aku tidak pernah seperti itu lagi. Aku mencintaimu, Mas."

"Ah, gombal kamu. Ini di tanggal chat tertera tanggal 25 Maret 2017, sedangkan kita bertemu bulan Januari 2017. Berarti setelah bertemu denganku, kamu juga masih suka selingkuh."

Fani terdiam dengan wajah tertunduk. "Maafkan aku, Mas," ucapnya lirih.

"Aku tidak bisa terima dengan semua ini, aku membencimu, Dek." Kutinggalkan dia dan masuk ke dalam kamar dengan membanting pintu keras-keras. Hatiku sakit sekali mengetahui kenyataan ini, ternyata Fani itu wanita terkutuk budak seks.

Terdengar suara isak tangis dari luar kamar, itu pasti suara Fani. Malam ini aku tidak akan membiarkan dia tidur di kamar. Ini hukuman dariku untuk wanita tukang selingkuh kayak dia, hukuman dari Tuhan pasti akan lebih sakit lagi, Fani.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istriku Tua   Tamat

    Istriku TuaBab 35 (Tamat)"Kenapa baru bilang sekarang, Dek?""Aku juga baru tahu, Mas, kalau sudah stadium empat sebab aku tidak pernah mau memeriksakannya pada Dokter.""Kenapa, Dek?" dadaku menjadi sesak, orang yang kucinta, yang sudah lama kucari tapi tak lama lagi ia akan meninggalkanku untuk selamanya."Mungkin ini hukuman dari Allah atas kesalahan dimasa lalu, aku ikhlas menerimanya.""Tapi, Dek .... ""Sudahlah, Mas. Kamu tak perlu bersedih! Mungkin ini azab wanita tukang selingkuh sepertiku, yang suka berzinah hanya demi kepuasan birahi. Aku senang, sebab disaat sakit melanda, aku sudah bertobat. Jadi, kupasrahkan semuanya pada Ilahi," kata Fani sambil menyeka buliran bening yang keluar dari pojokan matanya."Sudah kuputuskan, aku akan rujuk denganmu. Aku akan merawatmu, sayang." Kueratkan pelukan padanya, kami sama-sama menangis."Siapa nama wanita dan anak kecil yang bersamamu tadi, Mas?""Namanya Sandra dan anak kecil itu Stepy.""Setelah aku meninggal nanti, kamu harus m

  • Istriku Tua   Bertemu

    ISTRIKU TUABab 34 : BertemuPagi ini, Stepy menelponku untuk menemani mamanya menghadiri pentas seni di sekolahnya. Ia akan tampil menari di sana, aku di minta hadir. Tak kuasa menolak ajakan calon putriku itu, maka kuiyakan saja.Beberapa saat kemudian, aku sudah duduk berdampingan dengan Sandra. Ia menolehku sekilas, lalu sibuk dengan ponsel. Apa aku yang harus menanyakan tentang kebenaran ucapan Stepy yang melamarku untuk jadi papa sekaligus suami dari sang mama. Tapi kok, Sandra cuek begini? Tidak ada gelagak kalau ia menyukaiku. Disaat sedang mengamati wajahnya, Sandra menoleh padaku. Wah, apakah ia akan melamarku jadi suaminya."Mas .... ""Iya," jawabku sambil menyunggingkan senyum."Itu, Stepy sudah naik ke atas panggung," ujarnya agak grogi.Aku segera menoleh ke arah panggung sambil mengusap wajah, ah ... padahal aku sudah kePDan.Disaat Stepy menari di atas panggung, tiba-tiba tangan Sandra menggenggam jemariku. Aku tersentak kaget dan mengerutkan dahi."Mas, penampilan S

  • Istriku Tua   Nasib Baik

    ISTRIKU TUABab 32 : Nasib BaikTiga hari sudah aku menjadi pengasuh si Fani kecil. Ia selalu kubawa ke mana pun, bahkan ketika memasukkan lamaran kerja. Semoga dia bisa membawa hoki bagi kehidupanku. Naluri kebapakanku begitu menyeruak ke permukaan. Aku mulai menyayanginya dan menganggapnya anak.Kini langkah kami terhenti di depan sebuah Pabrik Kertas."Permisi, Pak. Saya mau melamar pekerjaan, di koran katanya Pabrik kertas ini sedang butuh beberapa karyawan bagian pengolahan," ujarku sambil menunjukkan koran yang kubawa."Iya, betul. Masuk saja, langsung antar lamaran anda ke HRDnya." Satpam itu terlihat ramah. "Tapi, gak boleh bawa anak, maaf.""Oh, ya sudah. Saya titip anak saya sama Bapak, boleh?"Satpam itu mengangguk dan menarik tangan Fani kecilku tapi ia malah menolah dan bersembunyi di belakangku.Satpam itu menatap Fani sampai keningnya terlihat berkerut, "Sepertinya saya pernah melihat anak ini? Apa dia benar anakmu?""Iya, dia anak saya. Ya sudah, saya permisi saja dan

  • Istriku Tua   Merantau

    Istriku TuaBab 31 : MerantauSesampainya di penginapan, segera kubersihkan tubuh. Tampang dekil ini harus kembali berubah rupawan. Kupandang pantulan diri di depan cermin, wajahku sudah kembali mulus. Bekas pukulan waktu di penjara juga sudah menghilang.***Pagi ini aku terduduk bingung dengan apa yang pertama akan kulakukan. Mencari keberadaan Fani atau mencari perkerjaan dulu? Ah, tingkat kecerdasanku memang minim, hanya tingkat kegantengan saja yang tinggi. Begini saja aku bingung, kan ... hanya bermodalkan wajah ganteng tanpa memiliki kecerdasan itu serasa menjadi perhiasan imitasi. Hanya indah tampilan, tapi tak ada gunanya. Sebab gak laku kalau di jual kembali. Aku memukul kepala dan kemudian bangkit menuju pintu.Kudekap beberapa map yang sudah berisi surat lamaran kerja, walau hanya bermodal ijazah SMA. Aku berbohong pada Fani kalau ijazah sudah di makan rayap, sebenarnya ada di simpan sama Ibu. Waktu itu aku sudah merasa enak bersamanya, sebab semua terpenuhi tanpa harus ke

  • Istriku Tua   Bebas

    Istriku TuaBab 30 : BebasHari ini aku sudah bebas dari penjara, tekatku sudah bulat. Setelah ini akan mencari Fani. Dua bulan sudah kami berpisah, waktuku untuk bisa rujuk dengannya hanya tinggal sebulan lebih.Pakaian sudah kumasukkan ke dalam koper, tapi kemudian. Aku terpikir sisa uang, ternyata bukan tiga juta lagi, hanya dua juta lebih saja. Sebab sudah kupakai buat berobat juga tempo hari. Sebaiknya sebelum menemui Fani, aku konsul ke doktet lagi. 'Si otong' harus sembuh, dia adalah mahkota keperkasaanku. Kusimpan kembali koper dan bersiap untuk ke rumah sakit. Demi Fani, sekarang aku sudah tidak takut lagi ke Dokter. Demi dia, aku harus sembuh dan bisa memberinya anak agar hubungan kami tak terpisahkan lagi."Bagaimana, Dokter? Kira-kita kapan saya bisa sembuh?" tanyaku pada Dokter ketika ia sudah selesai memeriksa senjata pamungkas."Hem, gak bisa langsung sembuh, Pak. Penyembuhannya bertahap, saya resepkan obat lagi saya, ya!" jawab sang Dokter sambil menuliskan sebuah rese

  • Istriku Tua   KDRT

    Istriku TuaBab 29 : KDRTMalam berikutnya, lagi-lagi Dinny menuntut hak sebagai istri. Berbagai alasan sudah kulontarkan, tapi ia masih ngotot mengajak berhubungan."Gak nyangka aku, Bang. Ganteng-ganteng kok, malah impoten!" ucapan itu keluar juga dari bibir tipis Dinny. Ia menatapku tajam, tatapan merendahkan.Tanganku langsung terangkat mendengar ucapannya, pukulan mendarat di wajah mulusnya. Hatiku murka."Aaaagghh," jeritnya histeris sambil memegangi wajah."Jaga ucapan, Dinny! Aku ini suamimu, aku pria normal. Hanya saja sekarang aku sedang sakit, kuharap kamu bisa bersabar." Tanganku terkepal dengan masih menahan amarah yang membuat tubuh ini gemetar."Sakit apa, Bang? Sakit Himpoten, kan? Aku menyesal menikah dengan pria sepertimu, aku jijik! Cih!" Dinny meludahi wajahku lalu keluar dari kamar.Setan! Awas saja kamu! Kukejar Dinny hingga ke depan pintu tapi ia sudah keburu keluar. Ah, aku gak mungkin menghajarnya di rumah ini, ini rumah orang tuanya.Seminggu sudah pernikahan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status