Share

2. Gadis Kampung

Author: Aeris Park
last update Last Updated: 2022-04-14 08:34:35

Sepasang mata bulat milik Jena mengerjab beberapa kali melihat dua orang lelaki yang sedang duduk di ruang tamu bersama Bik Ijah. Wajah kedua lelaki itu terlihat asing di matanya.

Bik Ijah pun beranjak dari tempat duduknya lantas menghampir Jena yang masih berdiri di depan pintu. "Kenapa baju Non Jena bisa kotor kayak gini?"

"Jena tadi nggak sengaja jatuh ke sawah waktu nyari cacing buat umpan mancing, Bik," jawab Jena sambil melirik Abi dan Dewangga yang sedang menatapnya.

"Mereka siapa, Bik?" tanyanya ingin tahu.

"Mereka tamu dari kota. Non Jena buruan mandi, gih. Jangan lupa pakai baju yang agak bagusan dikit."

Kening Jena berkerut dalam. Dalam hati dia bertanya-tanya kenapa Bik Ijah memintanya untuk memakai pakaian yang bagus di depan tamu mereka.

"Memangnya kena—"

"Sudah, jangan banyak tanya. Cepat mandi sana." Bik Ijah mendorong Jena masuk ke dalam setelah itu kembali menemui Abi dan Dewangga.

"Maaf, kalau penampilan non Jena membuat Anda merasa risih, Pak," ucap Bik Ijah terdengar sungkan.

Dewangga tersenyum hangat. "Anda tidak perlu minta maaf. Lagi pula kami memakluminya. Iya kan, Bi?"

Kening Abi berkerut dalam mendengar pertanyaan Dewangga barusan.

Maklum?

Haruskah dia memaklumi penampilan calon istrinya yang kotor seperti itu?

Seharusnya Jena menunjukkan sisi terbaiknya di awal pertemuan mereka, bukan malah berpenampilan kotor seperti itu.

Abi benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran sang ayah yang ingin menjodohkannya dengan gadis kampung yang penampilannya mirip orang-orangan sawah seperti Jena. Padahal dia bisa saja mencari calon istri yang lebih cantik dari pada Jena.

"Bi?"

Abi tergagap karena Dewangga menyikut lengannya. Sedetik kemudian dia mengangguk pelan.

Bik Ijah tersenyum. Ada perasaan hangat yang menjalari hatinya karena Abi dan Dewangga tidak mempermasalahkan penampilan Jena. Bik Ijah sekarang yakin kalau Abi memang pantas mendampingi gadis yang sudah dia anggap seperti anak kandung sendiri itu.

Mereka pun terlibat obrolan sembari menunggu Jena selesai membersihkan diri. Dewangga banyak bertanya pada Bik Ijah tentang insiden buruk yang dialami oleh Jena sepuluh tahun lalu.

Saat itu dia mendapat kabar dari Fabian kalau Jena diculik. Dia tidak bisa membantu Fabian mencari Jena karena saat itu sedang pergi ke luar negeri untuk menemani istrinya berobat. Selang seminggu kemudian dia mendengar kabar kalau Jena berhasil ditemukan. Namun, di hari itu juga dia mendapat kabar kalau Fabian dan Natasha mengalami kecelakaan hebat yang merenggut nyawa mereka.

Sejak saat itu dia tidak pernah tahu bagaimana kabar Jena karena fokus pada pengobatan istrinya.

"Saya yakin sekali tuan Sanjaya yang menjadi dalang di balik kecelakaan yang dialami oleh tuan Fabian dan nyonya Natasha. Tuan Sanjaya sengaja melenyapkan tuan Fabian dan nyonya Natasha agar bisa menguasai harta mereka." Kedua tangan Bik Ijah mengepal kuat. Ada amarah yang tersirat di dalam ucapannya.

Dewangga hanya diam mendengarkan penuturan Bik Ijah. Sementara Abi malah asyik men-scroll layar ponselnya karena dia tidak minat dengan pembicaraan mereka.

Dewangga sebenarnya juga curiga dengan Sanjaya karena adik kandung Fabian itu selalu memberi jawaban yang berbeda-beda setiap kali dia bertanya di mana keberadaan Jena. Namun, dia tidak mempunyai bukti yang cukup kuat untuk membongkar kejahatan Sanjaya.

"Tuan Sanjaya bahkan ingin melenyapkan non Jena. Untung saja saat itu saya berhasil membawa non Jena pergi dari rumahnya."

Wajah Dewangga mengeras, rahangnya pun mengatup rapat. Amarah tergambar jelas di wajahnya setelah mendengar cerita Bik Ijah.

Sedikit pun Dewangga tidak pernah menyangka Sanjaya tega membunuh kakak kandungnya sendiri demi uang dan kekuasaan. Sanjaya bahkan ingin melenyapkan Jena padahal gadis itu masih sangat kecil dan belum mengerti apa-apa.

Sanjaya benar-benar jahat.

Untung saja dia berhasil menemukan Jena. Jika tidak, dia akan merasa menyesal seumur hidupnya karena tidak bisa melaksanakan amanah terakhir Fabian.

Jena menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi sesak yang menghimpit dadanya karena tanpa sengaja mendengar cerita Bik Ijah dari dalam kamar. Tipisnya dinding penyekat antar ruangan membuat Jena bisa mendengar dengan jelas apa yang sedang Bik Ijah katakan pada Dewangga.

Kejadian mengerikan tersebut memang sudah lama berlalu. Namun, Jena masih bisa mengingat dengan jelas ketika seorang lelaki berpakaian serba hitam membekap mulutnya dengan sangat kuat lalu membawanya ke sebuah rumah kosong yang berada di tengah hutan.

Mereka mengurungnya selama beberapa hari di sana dan memaksanya untuk membaca cerita tentang penculikan yang membuatnya trauma hebat sampai sekarang.

"Non Jena."

Jena tergagap lantas cepat-cepat menghapus air mata yang tanpa sadar membasahi pipinya karena Bik Ijah datang menghampirinya.

"Iya, Bik?"

Bik Ijah tersenyum menatap Jena yang tampak ayu memakai kaus putih dan rok plisket berwarna cokelat muda yang panjangnya dibawah lutut.

Sebenarnya Bik Ijah ingin sekali membeli baju yang lebih bagus untuk Jena. Namun, dia masih belum punya cukup uang. Semoga saja Jena kelak bisa memakai pakaian yang lebih bagus setelah menjadi istri Abi.

"Tamu kita sudah nungguin Non Jena dari tadi. Ayo, keluar, Non." Bik Ijah ingin mengajak Jena menemui Abi dan Dewangga, tapi gadis itu malah menahannya.

"Mereka siapa sih, Bik? Kenapa mereka ingin ketemu sama, Jena?"

"Nanti Non Jena juga tahu," jawab Bik Ijah sambil tersenyum penuh arti.

Entah kenapa jantung Jena berdetak tidak nyaman. Telapak tangannya pun terasa dingin dan basah karena Bik Ijah mengajaknya menemui dua orang lelaki yang tidak dia kenal.

Abi memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celana karena calon istrinya sudah datang. Sepasang mata abu-abu miliknya menatap Jena dari atas sampai bawah untuk menilai penampilannya. Ternyata Jena mempuyai wajah yang lumayan cantik. Hanya saja penampilan gadis itu sedikit kampungan. Abi yakin sekali Jena pasti tidak kalah cantik dari artis yang sering muncul di layar televisi jika wajahnya diberi sedikit riasan dan memakai pakaian yang bagus.

Jena tanpa sadar meremas kesepuluh jemari tangannya karena tatapan lelaki berkaca mata yang duduk tepat di hadapannya membuat perasaannya mendadak tidak nyaman.

"Non Jena kenalkan, dia Pak Dewangga dan ini putranya, Mas Abi."

Jena mengangkat kepalanya perlahan, menatap dua orang lelaki yang sedang tersenyum hangat pada dirinya lantas memperkenalkan diri.

"Sa-saya Jena," ucapnya terdengar gugup sambil menyalami Abi dan Dewangga bergantian.

Abi nyaris saja tertawa karena telapak tangan Jena terasa sangat dingin ketika bersalaman dengannya. Sepertinya calon istrinya itu merasa sangat gugup sekarang.

"Senang bisa bertemu denganmu, Jena," ucap Dewangga ramah.

Jena mengangguk kaku menanggapi ucapan Dewangga barusan. Jujur, dia tidak tahu tujuan Dewangga datang menemuinya.

"Pak Dewangga ini teman baik almarhum ayah Non Jena. Dia datang jauh-jauh dari kota karena ingin menjodohkan Non Jena dengan Mas Abi."

"APA?" Jena tersentak mendengar ucapan Bik Ijah barusan.

[Bersambung]

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   Ekstra Part

    Jena mencicipi nasi goreng buatannya yang sebentar lagi matang. Dia segera mematikan kompor setelah memastikan kalau rasa nasi goreng tersebut sudah pas dan siap untuk dihidangkan. Jena biasanya hanya membuat roti bakar atau pancake untuk sarapan. Namun, suami tercinta ingin sarapan nasi goreng Demi menuruti permintaan Elrangga, Jena pun membuat nasi goreng pagi ini. Tidak lupa dia membuat telur dadar untuk pelengkap. Setelah semua siap, Jena bergegas pergi ke lantai atas untuk membangunkan Elrangga. Setelah menikah, Jena dan Elrangga memutuskan untuk tinggal di rumah mereka sendiri. Anita dan Dewangga sebenarnya tidak ingin mereka pindah. Namun, Jena dan Elrangga sudah sepakat kalau mereka akan tinggal di rumah mereka sendiri setelah menikah. Dengan berat hati, Anita dan Dewangga pun menuruti permintaan Jena dan Elrangga dengan syarat mereka harus sering-sering berkunjung ke rumah. Jena menyibak tirai yang menutupi jendela kamarnya. Kamarnya yang semula gelap pun seketika beruba

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   72. Dear Happiness^^

    Dengan tangan gemetar dan napas yang masih tersengal, Jena bergegas menuju ruangan VIP yang ada di rumah sakit Citra Medika. Semua orang yang berada di lorong rumah sakit menatap Jena aneh karena penampilannya mirip sekali dengan orang gila.Rambutnya acak-acakan, bahkan saking paniknya dia sampai lupa memakai sandal.Beberapa jam yang lalu Jena mendapat telepon dari Ardilla. Mantan adik iparnya itu memberi tahu kalau Elrangga mengalami kecelakaan dan kondisinya sekarang sedang kritis.Jantung Jena mencelus melihat Elrangga yang terbaring tidak sadarkan diri dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya. Dia langsung memeluk Elrangga dengan erat, sementara air mata jatuh semakin deras membasahi pipinya. Jena benar-benar takut Elrangga pergi meninggalkannya untuk selamanya."Mas El, sadarlah. Jangan tinggalin Jena dan Arjuna sendirian ...," gumam Jena dengan suara gemetar karena menahan sesak yang menghimpit di dalam dadanya. Dia benar-benar takut kehilangan Elrangga."Jena men

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   71. Mempertahankan Ego

    "Arjuna kangen sekali sama ayah. Kenapa ayah tidak pernah datang, Ibu?"Jena yang sedang menjahit baju milik Arjuna sontak berhenti ketika mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut putra sulungnya itu. Akhir-akhir ini Arjuna memang sering menanyakan Elrangga karena sudah dua bulan lebih lelaki itu tidak datang menemui mereka. Memberi kabar pun tidak.Bukan tanpa alasan kenapa Elrangga tidak pernah datang karena Jena sendiri yang meminta. Jena ingin menjauh dari kehidupan Elrangga agar lelaki itu bisa membuka hatinya untuk Allecia."Ayahmu sedang sibuk bekerja, Arjuna. Makanya ayah tidak sempat mengunjungimu." Jena terpaksa berbohong untuk yang kesekian kalinya. Dia tidak mungkin memberi tahu Arjuna alasan sebenarnya yang membuat Elrangga tidak pernah datang mengunjungi mereka.Wajah Arjuna seketika berubah sendu. Padahal Elrangga selalu menyempatkan diri untuk datang mengunjunginya di sela-sela kesibukannya yang padat. Namun, Elrangga sekarang tidak pernah datang menemuinya. Arjuna

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   70. Melepasmu

    "Di kampung sekarang sedang musim buah apa, Jena?"Jena tidak mendengar pertanyaan Anita dengan jelas karena dia sibuk memperhatikan Elrangga dan Allecia yang sedang berbincang di ruang tamu sejak tiga puluh menit yang lalu. Entah hal apa yang sedang mereka bicarakan karena ekspresi Elrangga terlihat sangat serius.Rasanya Jena ingin sekali pergi ke ruang tamu agar bisa mengetahui apa yang sedang Elrangga dan Allecia bicarakan. Namun, dia tidak mempunyai keberanian untuk melakukannya."Kamu lihat apa, Jena?" Jena tergagap karena Anita menyentuh punggung tangannya pelan. "Bukan apa-apa, Bu," jawabnya terdengar gugup.Anita pun mengikuti arah pandang Jena. "Kamu sedang melihat Rangga dan Allecia?"Jena menelan ludah susah payah. Dia tidak pernah menyangka Anita tahu kalau dia sedang memperhatikan Elrangga dan Allecia sejak tadi. "Ti-tidak, Bu. Jena tadi sedang melihat jam di ruang tamu," dusta Jena. Semoga saja Anita percaya dengan ucapannya.Anita sebenarnya tidak percaya dengan apa

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   69. Cemburu

    "Nenek!" Arjuna berlari kecil sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar menghampiri Anita.Anita tampak begitu senang karena Arjuna akhirnya datang ke rumahnya. Dia pun meraih tubuh mungil Arjuna ke dalam gendongan lalu menghujani wajah cucu kesayangannya itu dengan ciuman."Aduh, Nenek! Geli!" Arjuna terkikik geli karena Anita terus menciumi wajahnya."Nenek kangen sekali sama Arjuna. Apa Arjuna tidak kangen sama nenek?""Arjuna juga kangen sekali sama Nenek." Arjuna menenggelamkan wajahnya di leher Anita dengan manja. Anak itu pintar sekali mengambil hati neneknya."Apa Arjuna tidak kangen sama kakek?"Arjuna sontak mengangkat wajahnya dari leher Anita, melihat seorang lelaki paruh baya yang berdiri tepat di belakang neneknya."Kakek!" pekiknya sambil mengulurkan kedua tangan ke arah Dewangga, minta digendong.Dewangga pun mengambil alih Arjuna dari gendongan Anita lantas mencium pipi cucu pertama sekaligus pewaris perusahaan Dewangga itu dengan penuh sayang. Sepasang mata abu

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   68. Hidup Baru

    "Ibu, ayo, cepat! Biar ayah nanti tidak menunggu kita terlalu lama.""Iya, Sayang. Awas, jangan lari-lari. Nanti kamu jatuh." "Arjuna udah hati-hati, Ibu. Jangan khawatir."Jena hanya bisa menghela napas melihat tingkah putranya. Siapa yang akan menyangka jika bayi prematur yang dia lahirkan lima tahun lalu itu sekarang tumbuh menjadi anak yang begitu aktif dan cerdas.Padahal kondisi Arjuna sempat menurun karena dia stres memikirkan proses perceraiannya dan Abi. Dia bahkan sudah pasrah jika Tuhan ingin mengambil Arjuna kapan pun darinya karena dia tidak tega melihat putra semata wayangnya itu terus tersiksa.Namun, keajaiban itu tiba-tiba datang. Kondisi Arjuna berangsur-angsur membaik hingga berhasil melewati masa kritis. Tiga bulan kemudian dokter akhirnya mengizinkan Arjuna pulang. Namun, anak laki-lakinya itu harus tetap diperhatikan secara ekstra karena daya tahan tubuhnya lemah.Jena merasa sangat bersyukur Arjuna akhirnya sembuh. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan ter

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   67. Ceraikan Aku, Mas!

    "Mas minta maaf, Jena. Mas sungguh-sungguh minta maaf ...." Abi menangis tersedu-sedu sambil besimpuh di kaki Jena. Penyesalan dan rasa bersalah tergambar jelas di wajahnya. Abi merasa sangat menyesal sudah menyakiti Jena."Percuma saja kau minta maaf. Dasar, Berengsek!" Elrangga ingin melayangkan pukulannya kembali ke wajah Abi. Sepertinya dia belum puas memberi Abi pelajaran padahal kondisi kakak kandungnya itu sudah babak belur."Rangga hentikan! Tahan emosimu!" Dewangga dengan sigap menahan Elrangga agar tidak memukuli Abi lagi meskipun dia sendiri juga merasa sangat kecewa dengan putra pertamanya itu.Wajah Elrangga tampak mengeras, dadanya pun naik turun. Amarah dan kekecewaan terpancar jelas dari kedua sorot matanya ketika menatap Abi. Elrangga sangat marah sekaligus kecewa karena Abi tega menyakiti Jena berkali-kali."Jena, Mas mohon. Tolong maafin, Mas ...,"Jena hanya diam, tatapan kedua matanya pun terlihat kosong karena kenyataan ini membuatnya sangat terpukul. Padahal dia

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   66. Wanita Gila dan Perempuan yang Tersakiti

    Jena keluar dari rumah sakit sejak tiga hari yang lalu. Padahal dia ingin terus berada di dekat buah hatinya, tapi dokter malah menyuruhnya untuk pulang. Untung saja dokter mengizinkannya untuk melihat keadaan sang buah hati yang masih dirawat di NICU setiap hari.Abi sampai sekarang juga belum mengambil keputusan, memilih untuk kembali bersama Jena atau meninggalkan Dea. Lelaki itu sangat plin-plan dan tidak punya pendirian. Jena sendiri pun bingung menjelaskan hubungannya dengan Abi sekarang. Status mereka memang masih suami istri, tapi Abi tidak bisa bersikap selayaknya seorang suami.Jena harap Abi bisa berubah. Dia akan membuka pintu maafnya lebar-lebar dan memberi Abi kesempatan jika mau meninggalkan Dea dan memilih kembali bersama dirinya. Namun, Abi tidak kunjung mengambil keputusan padahal dia hanya memiliki waktu dua hari lagi.Bagaimana kalau Abi lebih memilih Dea dari pada dirinya? Apakah dia sanggup membesarkan buah hatinya seorang diri tanpa Abi?Jena menggigit bibir bag

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   65. Keputusan Sulit

    Ada tujuh buah inkubator di dalam ruangan berukuran lumayan besar tersebut. Semua bayi yang ada di dalam kotak kaca itu sama-sama berjuang keras agar tetap hidup dengan bantuan alat medis yang berukuran lebih besar dari tubuh mereka.Abi menatap nanar seorang bayi laki-laki yang berada di dalam salah satu inkubator tersebut. Tubuh anaknya terlihat sangat kurus. Dia bahkan bisa melihat jantung anaknya yang sedang berdetak. Kondisi buah hatinya sangat memprihatinkan dan semua ini terjadi karena kesalahannya. Abi merasa sangat menyesal sudah berselingkuh dengan Dea hingga membuat Jena harus melahirkan buah hati mereka lebih cepat. Namun, sebesar apa pun penyesalan yang saat ini sedang dia rasakan, dia tidak mungkin bisa kembali ke masa lalu untuk menghapus semua kesalahannya.Padahal dia dan Jena sudah memiliki rencana untuk membesarkan buah hati mereka bersama-sama hingga maut memisahkan. Dia dan Jena bahkan sudah mempersiapkan nama dan pendidikan terbaik untuk buah hati mereka hingga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status