Share

23. Termenung

Liana berusaha menahan cengkraman tangan yang semakin kuat di area leher. Liana menggeleng kepala, matanya tersorot memohon. Permohonan Liana acuhkan Revan. Hingga wajahnya beberapa kali menghindar tidak beraturan, walaupun dipaksa untuk diam dan menikmati.

Liana tidak mau.

Langkah kaki Liana perlahan memundur, menghindari dari lelaki yang sedang dikendalikan oleh napsu. Sial, punggung Liana mengenai dinding, itu artinya posisi sedang terkunci.

Dia marah.

Lelaki itu menatap Liana dengan sorot mata elang yang tajam. “Kenapa kamu tidak mau. Kenapa kamu selalu menghindari! Lyn Liana! Bukalah mulutmu, balaslah lumatan bibirku. Ayolah, sayang. Jangan membuatku marah!” gertak Revan tidak sabar.

Menjijikkan.

Lagi-lagi Liana menggeleng tidak.

“Kenapa?! Liana! Kita sudah berpacaran lima tahun, salahkah aku meminta ciuman walaupun cuma kecupan di bibirmu?”

Lelaki itu, pacar Liana. Seharusnya Liana yang marah padanya, kenapa jadi dia yang marah-marah. Memang, sejak mereka pacaran tidak pernah m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status