Sepanjang perjalanan pulang guyuran hujan. Liana terus menangis terisak, meraung-raung membuat orang-orang yang melihatnya tertawa atau sedikit merasa iba dan kasihan.Tanpa tahu malu, Liana manangis. Jujur, dalam hatinya masih mencintai Revan. Dia berharap hubungan langgeng sampai ke pelamian dan Revan bersedia menyembuhkan phobianya. Tetapi, tidak sesuai keinginan Liana. Liana mengutuk mantan kekasih yang akan meraih kebahagiaanya, tetapi lelaki itu mempunyai niat merusak masa depan dan kehidupan Liana.“Revan! Brengsek!” Liana memaki menyebut Revan dengan kata brengsek. Dada Liana semakin bergemuruh tidak karuan dan sesak.“Aku kutuk, Revan menderita selamanya. Tidak punya anak, mandul sekalian baru tahu rasa,” kutuk Liana. “Kalau tidak, menjadi bujang lapuk. Tidak ada yang mau sama dia untuk menjadi suami, mampus!”Semakin tidak jelas berkata, Liana semakin tidak waras.Liana tidak sadar, ada seorang lelaki berdiri di belakangnya dengan memegang sebuah payung kuning. Lelaki itu ter
Di dalam ruang kerja, Direktur Nova berbicara panjang lebar, marah dan kesal kepada sekretaris. Karena Liana tidak menjawab panggilan ponselnya dan Nova berteriak tidak ada balasan dari Liana.Kemana Liana pergi?Nova berteriak di dalam ruang kerja. "Sekretaris Liana!" Untuk ke lima kali Nova berteriak keras memanggil nama sekretaris Liana. Di dalam hati Nova berkata kotor, hatinya sudah panas. Nova bertanya kepada diri sendiri, kemana perginya sekretaris Liana? Apakah Liana tidak membawa ponsel? Seharusnya, jika Liana pergi, harus meminta izin kepada boss atau menghubungi lewat ponsel, mengirim pesan. Jadi, Nova tidak kebingungan ketika membutuhkan dan mencari sekretaris.Boss pemalas itu harus berdiri dari duduk lalu keluar ruang kerja dan mencari Liana di meja kerja. Nova berdecak melihat meja kerja kosong, tidak ada Liana di sana. Tapi, tas dan ponsel tergeletak di atas meja. Itu artinya, Liana masih berada di kantor dan tidak pergi jauh. Huh. Nova menghembuskan nafas kasar. Nova
“So, it's a date?” tanya Evan dengan manis.Kencan? Liana mengedipkan mata, bingung dengan perkataan Evan. Liana make sure pertanyaan yang dibuat oleh Direktur Evan adalah untuk wanita itu.Evan tertawa kecil, dia mengelak lalu menjelaskan jika Evan ingin mengajak Liana makan siang di restourant. Tentu saja bukan date. “Bukan ... bukan date,” kata Evan berusaha meluruskan perkataan tadi. “Kita hanya makan siang di restourant, mungkin membuat otak akan lebih fresh atau segar dan melepaskan stres.”Senyum Liana memudar, dia mengutuk dirinya sendiri. Kenapa dia mengharapkan kencan bersama Evan? "Aha..." Liana malu.Evan lebih malu, dia telah berani bertanya, apakah ini sebuah date atau bukan. Pertanyaan tadi secara spontan saat mereka duduk di restourant yang berada tidak jauh dari kantor.“Aku hanya bertanya karena aku tidak tahu,” ungkap Evan jujur."I know." Liana terkekeh melihat ekspresi malu dan wajah Evan berwarna merah, lelaki itu berusaha menjelaskan. "Aku pikir, kamu mengajakku
Ekspresi wajah Nova masam dan depresi, Nova mengisyaratkan agar mereka berganti posisi. Nova di dalam dan Liana keluar dari restourant. "Keluar kamu sekarang!" perintah Nova.Di dalam restourant, Liana gelagapan dan gugup.Buru-buru Liana berkata kepada Evan bahwa dia tidak bisa menjawab sekarang karena pertanyaannya tidak sesederhana itu, dan dia akan segera diseret keluar dari restourant oleh Nova.“Maaf, Direktur. Aku tidak bisa menjawab sekarang. Akan aku jawab lain waktu,” kata Liana dengan suara lemah. Matanya kembali ke arah jendela kaca, melihat Nova sedang menunggu dengan kesal."Keluar sekarang!" Nova memberi isyarat lagi, tatapan mata Nova tajam.Liana menelan ludah. Nova pasti akan marah kepada Liana.Evan mengikuti pandangan Liana, dia tersenyum sinis melihat Nova di jendela kaca lalu tersenyum manis ke arah Liana. “Saya mengerti. Lain kali kita akan bertemu lagi dan ma
Evan tidak setuju dengan perkataan Nova. Menjadi lelaki tampan, kaya dan pintar, kehidupan tidak mudah untuk mendapatkan kekasih. Evan sudah bosan dan muak, semua mantan Evan bukan wanita yang baik, mereka memanfaatkan Evan karena mencintai uang.“Saya juga membutuhkan Liana.” Evan tidak akan membiarkan Nova memilik Liana, tidak mudah untuk selalu menjadi keren seperti dirinya, dan karena itulah dia membutuhkan Liana.LOL. Percayakan pada Evan untuk selalu narsis walaupun sedang memperjuangkan cintanya."Aku yang lebih membutuhkan dia!""Aku!""Aku!"Tidak ada yang mau mengalah dalam perang kata-kata, mereka memulai perang dengan saling pandangan mata, tatapan mata tajam. Dan kejadian itu tidak luput dari intaian Liana yang kembali lagi ke restourant karena khawatir kepada Nova dan Evan.“Apa kamu tidak mau melepaskan Liana?” Nova menanyakan sekali lagi,
Liana yang sejak tadi mengawasi mereka melolotkan mata melihat dua Direktur itu bertengkar. Nova menubruk tubuh Evan membuat Evan terjatuh. Astaga! Liana langsung masuk ke dalam restourant. Dia berlari dengan cepat dan mencoba menengahi pertikaian mereka."Hentikan, Direktur!" Liana berteriak. Liana mencoba mencari celah di tengah keduanya agar mereka memisahkan diri, hasilnya nihil. Mereka tidak mendengar perkataan Liana. "HENTIKAN!" Liana berteriak lagi.Nova mengatakan secara provokatif kalau Evan yang tidak mau mempermalukan dirinya. "Kau tidak ingin mempunyai malu, bukan? Sejak dulu. Sekarang aku akan mengajarkan kamu rasa malu," ucap Nova dengan panjang.Nova memukul Evan di depan umum, tidak peduli Liana berteriak dan menyuruh mereka berhenti berkelahi. Penghuni restaurant mulai terganggu adanya kegiatan perkelahian bertengkar fisik. Orang-orang mulai menonton gratis.Maka Evan tidak mau kalah, dia mena
Di restourant, Nova dan Evan masih tetap saling menjambak rambut bahkan sampai berguling-guling di lantai tidak mempedulikan mereka menjadi pusat perhatian."Ya! HENTIKAN DIREKTUR!" Liana yang berteriak memohon agar mereka menghentikan perkelahian ini, tapi diabaikan dan tidak di dengar.Liana langsung berkata kepada pengunjung restourant untuk tidak mengambil gambar dan mengambil vidio perkelahian. Ucapan Liana tidak di dengarkan oleh pengunjung, mereka mengambil foto dan vidio."Tolong jangan mengambil gambar dan jangan merekam menjadi vidio! Aku mohon, jadikan ini rahasia!" kata Liana meninggikan suara.Tidak ada yang menuruti perkataan Liana.Liana pasrah. Akhirnya Liana mengambil kain penutup meja dan menutup kain meja itu ke kepala Nova dan Evan, mereka tidak mau mengalah dan terus berkelahi. Setidaknya menutup kepala mereka membuat pengunjung restoran tidak bisa melihat dan mendengar apa yang
Nova sedikit marah dengan perkataan Evan. "Brengsek !!!"Liana sudah merasa pasrah dan tidak tahu harus berbuat apa. Menghentikan Direktur? Kedua direktur keras kepala, tidak mendengar perkataan Liana. Liana semakin pusing dengan percakapan Evan dan Nova, berkali-kali Liana mendengar namanya disebut oleh mereka.Sekretaris Andra, sekretaris Yuni dan Bu Erlin akhirnya datang di restoran, Sekretaris Andra membantu Liana meleraikan kedua Direktur, sedangkan sekretaris Yuni dan Bu Erlin mengurus pengunjung restoran agar tidak keluar terlebih dahulu-mereka meminta pengunjung untuk menghapus foto dan Vidio kejadian memalukan ini.****Masalah telah selesai. Di perjalanan kembali ke kantor, Sekretaris Andra menginterogasi Liana tentang kelakukan Nova dan Evan yang baru pertama kalinya melakukan perkelahian fisik, biasanya mereka hanya perang kata-kata."Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa sampai sepa