Share

Izinkan Aku Kembali
Izinkan Aku Kembali
Penulis: Nelda Friska

Pertemuan Setelah Empat Tahun

"Kenapa kamu lakukan itu? Apa kurangnya aku?"

Adam Pradipta, pria berusia tiga puluh tahun itu menatap tajam sang istri yang kini tengah duduk seraya menundukkan kepala. Tangannya meremas gaun malam yang ia kenakan. Matanya yang basah, sama sekali tidak mampu menghadirkan rasa iba pada diri Adam.

"Aku hanya jenuh dan kesepian. Mas sering tidak punya waktu buatku. Aku ini wanita yang tidak hanya butuh uang, tapi juga perhatian dari suamiku sendiri." Hanin Ayuningtyas, wanita berusia 26 tahun itu meluapkan segala rasa yang mengganjal dalam dada. Betapa selama ini ia sangat merindukan perhatian dari sang suami yang jarang pulang dengan dalih sibuk dan pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.

"Tapi tidak dengan berselingkuh bahkan berzina! Kamu sudah mengotori kepercayaanku, Hanin!" tunjuk Adam tepat ke wajah sang istri.

"Aku bisa memaafkan apa pun kesalahan kamu, kecuali satu ... pengkhianatan! Untuk itu, mulai malam ini, aku Adam Pradipta, menjatuhkan talak padamu Hanin Ayuningtyas. Kamu bukan istriku lagi, dan silakan pergi dari rumah ini!"

Mata Hanin terpejam sesaat, lalu terbuka seraya menyunggingkan senyum tipis pada pria yang kini telah menjadi mantan suami. "Aku terima talakmu, Mas. Aku juga serahkan Silla berada dalam asuhanmu. Terima kasih atas dua tahun kebersamaan kita yang tidak akan pernah aku lupakan. Aku permisi."

Hanin bangkit, lalu memandang ke arah pria yang tengah menunduk seraya memegang pipinya yang lebam, akibat pukulan Adam yang bertubi-tubi. Pria yang Adam pergoki tengah berada dalam ranjang yang sama dengan sang istri.

"Ayok kita pergi, Bram," ajak Hanin.

Pria bernama Bram itu menurut, lalu bangkit dengan susah payah mensejajari Hanin yang berdiri menghadap Adam.

"Sekali lagi aku pamit, Mas. Titip silla. Aku yakin dia akan menjadi anak yang baik dalam asuhanmu."

"Pergilah dan jangan pernah mencoba menemui Silla. Soal berkas perceraian, biar aku yang akan mengurusnya." Adam berucap tegas, tanpa mau melihat ke arah sang lawan bicara.

Hanin mengangguk pasrah, kemudian berjalan beriringan dengan Bram, keluar dari rumah yang memberinya banyak kenangan indah.

Setelah kepergian dua orang itu, Adam menjatuhkan bobot tubuhnya di Sofa seraya meremas rambutnya dengan kasar. Ia tidak menyangka, kepulangannya kali ini disambut dengan kejutan yang begitu menyakitkan. Dengan mata kepala sendiri, Adam menyaksikan sang istri yang sedang bergumul dengan pria lain di ranjang miliknya.

Beruntung, Silla, putrinya yang baru berusia satu tahun tengah menginap di rumah neneknya. Mungkin karena itu pula, Hanin berani membawa pria lain untuk masuk ke rumah ini.

Adam menggeleng. Tidak, ia tidak boleh lemah hanya karena kehilangan wanita pengkhianat seperti Hanin. Akan ia pastikan, mulai malam ini nama Hanin dan segala kenangan tentang wanita itu, akan ia kubur dalam-dalam.

🌼

Empat tahun kemudian ....

"Ayah, kita jadi makan siang sama Mama Anggun?" tanya bocah kecil yang masih memakai seragam sekolah salah satu Paud.

"Iya, Sayang. Mama Anggun sudah menunggu di sana."

"Kok enggak ikut Ayah jemput Silla?" Mata bocah kecil itu mengerjap lucu, membuat sang Ayah gemas, lalu mencium pipi gembilnya.

"Ayah dari rumah sakit langsung jemput kamu, makanya enggak sempat jemput Mama Anggun dulu. Tapi sekarang dia sudah menunggu kita. Ayok, Princes!"

Bocah kecil itu mengangguk lucu, kemudian mengikuti sang Ayah memasuki sebuah Restoran yang tempatnya tidak jauh dari sekolah anak itu.

Senyum sepasang Ayah dan Anak itu langsung terbit, begitu melihat seorang wanita dengan balutan gamis dan hijab lebar melambaikan tangan ke arah mereka. Begitu sampai, sang wanita langsung menyongsong Silla untuk dibawa ke duduk di pangkuannya.

"Mama kangen banget sama Silla," ucapnya seraya terus mengecup pipi gembil sang anak.

"Sudah pesan belum, Gun?" tanya pria itu dengan senyuman yang selalu tampak menawan di mata Anggun.

"Belum, nunggu Mas sama Silla. Takut salah nanti," ujarnya dengan cengiran.

"Oke, biar Mas yang pesan."

Pria itu memanggil pelayan yang terlihat sedang membersihkan salah satu meja. Pelayan itu pun dengan tergesa menghampiri seraya membersihkan bajunya yang terkena noda yang tertinggal di atas meja.

"Selamat siang, Pak, Bu, silakan dilihat daftar menunya."

Pria yang ternyata adalah Adam, seketika menyimpan ponsel yang sedang ia cek. Kemudian kepalanya mendongak melihat wajah si pelayan yang mengulurkan buku menu padanya.

Mata keduanya beradu. Jantung mereka sama-sama bertalu dengan cepat saat melihat orang yang berada di hadapan.

Rahang Adam mengeras, tangannya mengepal saat melihat wanita yang menjadi sumber kesakitannya empat tahun lalu kini berdiri tepat di depannya.

"Hanin."

Bersambung.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kim Tan
ceritanya bgs dam gak panjang2
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status