Share

Terlihat Namun Tak Di Kenal

Reuni tersebut merubah sudut pandang Sandra dalam sekejap, ia tahu bahwa masih ada sahabat dan teman-temannya yang mendukung dirinya.

Sandra akhirnya bangun dari keterpurukannya tersebut, wajahnya mulai terlihat rasa gembira dan sudah tiada rasa sedih yang menimpa dirinya tersebut.

Beberapa anak laki-laki yang dulu menyukai Sandra berusaha mendekatinya terutama Vincent, “Sand, kamu sudah punya cowok?” tanyanya dengan tiba-tiba.

“Ciee…ciee….” serbu anak-anak yang lainnya, “Wah, moment langka nih,” sahut Dewi  tertawa.

Sandra menyenggol Dewi, “Dew, sudah deh, nggak perlu gimana-gimana amat,” jawabnya dengan menutupi kekonyolan Dewi.

“Tapi, ‘kan memang dari dulu Vincent suka sama kamu, Sand,” imbuhnya yang tak ingin kalah dari Sandra.

Sandra tersenyum kecut mendengarnya, “Sorry nih, cent, kayaknya nggak dulu deh,” jawabnya tepat sasaran.

Vincent sedikit kecewa mendengarnya, “Ya sudahlah tak masalah,” katanya dengan seloroh. “Kalau kau sudah siap, aku bisa menampung keluh kesahmu,” tuturnya.

Jawaban Vincent tersebut menimbulkan cuitan kepadanya, “Ciee…ciee yang di tolak. Huuhhh, ayolah coba lagi tahun depan,” timpal salah satu dari mereka.

Salah satu dari teman Vincent menepuk punggungnya seakan berusaha memberikan semangat. Namun tiba-tiba saja terdegar suara bunyi telepon yang terdengar

Kring, Kring…

Suara telepon membuyarkan Dewi. Sementara itu Dewi mengalihkan pandangannya dari teman-teman sekolahnya melihat ke arah teleponnya.

“Yaahh…laki gua malah nelepon,” sahutnya, “Alamak perang nih,” timpalnya. Dewi bangkit dari tempat duduknya, ia sedkit menjauh dari teman-temannya tersebut.

Nadia yang melihatnya  menegurnya, “Bu, mau kemana?” tanyanya setelahnya ia melihat ke teman-temannya dan memainkan alisnya ke arah Tania, Bella dan Sandra.

Baik Tania, Bella dan Sandra tahu bahwa pastinya akan terjadi perang ketiga di antara Dewi dan suaminya. Dewi kembali dengan tampang muka lesu, “Pamit yee,” ucapnya.

Bella penasaran dengan percakapan yang terjadi antara Dewi dengan suaminya, Lucky, “Kenapa sih buru-buru?”

“Laki gua, bu,” ocehnya.

“Kenapa sama Lucky?” tanya Ferdy yang penasaran.

Dewi melihat ke arah Ferdi, “Bestfriend loe bener-bener yee, ajak perang melulu,” kesalnya. Ia mengambil tasnya dan meninggalkan mereka semua, “Pamit yaa, maaf, nggak bisa lama-lama,” tuturnya memberitahu.

Bella mencoba menggoda Dewi yang ingin tahu reaksinya, “Gini nih kalau nikah muda,” katanya yang di sambut dengan tawa gemuruh dari semua anak-anak yang tengah berkumpul.

Dewi yang mendengarnya sedikit tersinggung, “Daripada loe-loe orang yang belum nikah, gua donk sudah ngerasain ‘gituan’ sama sudah punya anak lagi,” ucapnya dengan sembari mengibaskan rambutnya sendiri.

“Tapi, emangnya enak nggak sih begituan?” tanya Vanda.

“Ya enaklah,” sahut Dewi. Dewi melihat ke arah jam tangannya, “Ya sudah, gua balik dulu deh, guys,” katanya dengan meninggalkan mereka yang pergi meninggalkan perkumpulan tersebut.

“Hati-hati, Dew,” sahut Bella.

Dewi hanya melambaikan tangannya kepada teman-temannya, sementara ia melenggang keluar dari restaurant tersebut. Di depan pintu, ia menyenggol seseorang. “Maaf,” tuturnya.

“Ya, tidak apa-apa,” sahut laki-laki berbadan bidang tersebut. Ia meninggalkan Dewi dan masuk ke dalam restaurant.

Seorang pramusaji melihat pemuda tersebut, “Kevin, ayahmu memanggil,” katanya memberitahukannya.

Laki-laki yang bernama Kevin tersebut pergi menemui ayahnya, ia mengenakan celemek dan meninggalkan lantai bawah.  

Sandra yang mendengar nama Kevin, menoleh ke kanan dan kiri, “Kau…kau menyebut nama Kevin?” tanya Sandra kepada pramusaji tersebut.

Pramusaji tersebut bingung, “Anda berbicara dengan saya?” tanyanya.

“Ya, kau tadi bilang Kevin. Dimana dia?” tanya Sandra. Nafasnya berburu seakan dirinya akan menemui sang cinta pertama.

Tania bingung dengan sikap Sandra, “San, kenapa sih?” tanyanya yang penasaran. Tania memegang tangan Sandra berusaha Sandra tidak melarikan dirinya.

Sandra menepis tangan Tania, ia mengambil tasnya dan bergegas menemui Kevin. Ia menemui sang pramusaji tersebut, “Katakan dimana dia?” tanyanya kepada pramusaji tersebut.

“Anda siapanya Kevin?” tanyanya sekali lagi.

Sandra terdiam mendengar pertanyaan tersebut, ia juga tak bisa berbicara apapun, “Tapi, tadi kau bilang Kevin,” ujarnya.

“Ya, saya memang bilang Kevin tapi dia anak pemilik restaurant di sini,” tuturnya, “Dan, Anda hanya tamu,” ucapnya.

“Jadi, saya tidak boleh bertemu dengan Kevin?” tanyanya yang masih berusaha untuk bisa menemui Kevin.

Tania menghampiri Sandra, ia tidak ingin sahabatnya itu kenapa-kenapa, “Permisi, maaf ya,” sahutnya. Tania membawa kembali Sandra menemui teman-temannya.

Sandra beberapa kali mencoba untuk adu pendapat dengan pramusaji tersebut, ia tahu benar dan ia juga tidak salah mendengar.

Tania berusaha menenangkan sahabatnya tersebut, “Kau kenapa?” tanyanya yang penasaran dengan kejadian tadi.

“Aku mendengar bahwa ia menyebut nama Kevin,” ujarnya dengan kesal. “Kau tahu sudah berapa lama aku mencari Kevin?” tanya balik Sandra kepada Tania.

Tania menelan salivanya, ia memegang tangan Sandra, “Sand, lupain Kevin. Kalau memang kau berjodoh dengannya pasti ketemu,” ucapnya dengan perhatian.

“Aku tahu tapi aku juga nggak salah dengar,” keukehnya kepada Tania.

Tania menghela nafasnya, ia kenal betul Sandra. Jika Sandra sudah bilang ia tidak salah pasti ia tidak pernah akan menyerah.

Tak berapa lama, Kevin turun dan melihat ke arah mereka berdua, “Ada yang bisa saya bantu?”

Kevin mencari masker, ia mengambil masker berjenis carbon dan memasangkannya. Ia mengaitkan masker ke cuping hidungnya dan menarik masker tersebut ke arah dagu dan hidungnya.

Sandra menoleh ke arahnya, “Tidak apa-apa,” ucapnya memberitahu.

“Kalau ada yang perlu, bisa panggil saya,” tuturnya yang memberitahu kepada mereka berdua.

“Ya, terima kasih atas perhatiannya,” jawab Tania.

Kevin pergi meninggalkan Sandra dan Tania, ia benar-benar tidak mengenali Sandra sama sekali. Kevin menuju dapur restaurant dan membiarkan dirinya hanyut begitu saja dalam pekerjaannya.

Bunyi gemerincing terdengar, pintu restaurant terbuka seseorang masuk di belakang. Wanita cantik berparas menawan. Ia masuk menemui pramusaji, “Kevin dimana?” tanya wanita tersebut.

“Dia di belakang, bu,” jawabnya memberitahu.

“Oke, biarkan saya yang menemui anak saya sendiri,” tuturnya dengan perkataan yang halus.

Kevin keluar dengan membawa beberapa makanan di tangannya. Ia membawa pesanan makanan yang di pesan oleh Tania dan teman-temannya.

“Ini,” jawabnya dengan menaruh pesanan makanan tersebut. Ia meletakkan sesuai dengan pesanan yang mereka pesan.

Setelahnya ia meninggalkan tempat tersebut dan pergi ke belakang, “Mama,” sahut Kevin yang melihat mamanya itu.

Indy sang mama Kevin tersenyum melihatnya, “Kevin, ada teman mama yang mau jodohin kamu nih,” ujarnya memberitahu.

“Ma, sudah berapa kali Kevin bilang. Kevin belum mau pacaran,” sahutnya dengan sedikit kesal.

“Memangnya kamu mau sampai kapan tungguin wanita itu?” tanyanya yang sedikit emosi.

“Sampai aku bisa ketemuin Sandra!” sergahnya dengan kasar. Kevin melempar serbet yang ia bawa ke meja terdekat.

“Sandra terus pikiran kamu. Lupain dia, Kev, masih banyak wanita lain yang mau sama kamu,” ujarnya dengan sedikit menaikkan intonasi suaranya.

“Kevin tidak akan menikah sebelum aku menemui Sandra,” katanya yang keras kepala.

Sandra sedikit terkejut mendengar ucapan Ibu dan anak tersebut, feeling Sandra benar bahwa Kevin yang ia cari ada di depan matanya.

Indy mengejar anaknya yang naik ke lantai atas, “Memangnya kamu sendiri saja tahu apa tidak kalau dia masih hidup?” tanyanya dengan marah.

“Bukan urusan mama, itu urusan aku.” Kevin berpura-pura untuk bekerja namun pikirannya tidak ada di tempat kerjanya tersebut.

Indy hanya bisa memegang kepalanya, ia bingung dengan anaknya sendiri yang menolak perjodohan tersebut. Ia tahu bahwa kesannya ia sendiri yang mengatur rencana perjodohan tersebut.

Sandra yang ingin menikmati makanannya malah menangis tiba-tiba, ia meninggalkan makanannya dan menuju kamar mandi. Tania pamit untuk menemui Sandra di kamar mandi.

Bunyi air di wastafel terdengar Tania masuk, “Hei, itu Kevin yang kau cari?” tanyanya yang penasaran.

“Pastinya,” ucapnya memberitahu kepada Tania.

Tania mengigit bibir bawahnya, ia merengkuh tubuh Sandra yang merusaha menahan tangis. Sekali lagi pintu terbuka, Bella dan Vanda masuk, “Sandra, jadi dia yang kamu cari?” tanyanya yang penasaran.

Sandra melihat teman-temannya dan ia menganggukan kepalanya. Mereka semua juga ikut bingung bagaimana menjelaskan kondisi ini kepada teman laki-laki mereka semuanya.

Vanda memeluk temannya tersebut, “Sand, kamu kenapa nggak bicara sama kita orang, kalau tahu gitu kita pasti bakalan bantu cari cara,” katanya dengan mengelus punggung Sandra.

Tania dan Bella ikut menenangkan kondisi yang sudah sedikit runyam tersebut, mereka akhirnya percaya bahwa Kevin yang mereka cari ada di depan mata mereka semuanya.

Mereka akhirnya kembali ke meja. Mereka meminta untuk tidak membicarakan hal itu terlebih dahulu kepada anak laki-laki.

Namun ternyata Rio yang sudah membaca situasi tersebut melakukan tindakan aneh bersama dengan Vincent, “Cent, loe masih kenal dengan Kevin?” tanyanya yang memulai kebanyolannya.

“Kevin siapa?” tanyanya balik. Ia sembari mengernyitkan alisnya dan menyuapi mulutnya dengan potongan daging besar.

“Itu loh Kevin yang pernah dulu ikut olah raga bareng di lapangan,” sahutnya memberitahu kepada Vincent.

Vincent berusaha untuk mengingatnya, “Kayaknya gua tahu,” celetuknya. Tania yang melihat kekonyolan dua orang itu memelototi mereka berdua.

“Kevin yang ini bukan sih?” tanyanya sekali lagi.

“Kurang tahu. Soalnya dia pernah bilang, kalau dulu papanya itu yang mengelola sebuah restaurant,” sahutnya yang membuka percakapan tentang masa lalu Kevin.

“Setahu gua dulu dia sekolah di SMA Junior Simpson,” katanya.

Sandra ingat bahwa dulu Kevin memang memberitahunya bahwa ia bersekolah di Junior Simpson, “Loh kok tahu,” ucap Sandra yang mulai ingat nama sekolahnya Kevin.

“Loe kenal Kevin juga?” tanya Vincent.

“Gua ketemu dia waktu les bahasa inggris di English First,” ucapnya memberitahu masa lalunya itu.

“Gile…jadi sudah selama itu loe menjomblo demi si Kevin?” tanya Rio yang penasaran dengan kisah cintanya Sandra.

Wajah Sandra sedikit memerah namun di dalam hatinya senang bahwa akhirnya ia bisa menemukan Kevin dengan bantuan teman-temannya itu. Tania juga akhirnya paham maksud dari kekonyolan Rio dan Vincent.

“Ya gitu deh,” jawabnya dengan malu-malu.

“Ya sudah mending sekarang kita sudahin dulu nanti oomnya Sandra ngoceh kalau dia belum pulang,” kata Tania yang memberitahu.

Diam-diam Tania menuliskan nomor handphonenya di sebuah tissue, berharap yang menemukannya adalah si Kevin.

Pembicaraan ketiga anak itu terdengar hingga ke telinga Kevin dan Indy. Indy sedikit ketakutan bahwa wanita yang ia sebutkan masih hidup dan ada di depan mata mereka berdua.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status