Beranda / Romansa / Izinkan Aku Mencintaimu / Terlihat Namun Tak Di Kenal

Share

Terlihat Namun Tak Di Kenal

Penulis: Park Jun Hye
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-11 16:53:27

Reuni tersebut merubah sudut pandang Sandra dalam sekejap, ia tahu bahwa masih ada sahabat dan teman-temannya yang mendukung dirinya.

Sandra akhirnya bangun dari keterpurukannya tersebut, wajahnya mulai terlihat rasa gembira dan sudah tiada rasa sedih yang menimpa dirinya tersebut.

Beberapa anak laki-laki yang dulu menyukai Sandra berusaha mendekatinya terutama Vincent, “Sand, kamu sudah punya cowok?” tanyanya dengan tiba-tiba.

“Ciee…ciee….” serbu anak-anak yang lainnya, “Wah, moment langka nih,” sahut Dewi  tertawa.

Sandra menyenggol Dewi, “Dew, sudah deh, nggak perlu gimana-gimana amat,” jawabnya dengan menutupi kekonyolan Dewi.

“Tapi, ‘kan memang dari dulu Vincent suka sama kamu, Sand,” imbuhnya yang tak ingin kalah dari Sandra.

Sandra tersenyum kecut mendengarnya, “Sorry nih, cent, kayaknya nggak dulu deh,” jawabnya tepat sasaran.

Vincent sedikit kecewa mendengarnya, “Ya sudahlah tak masalah,” katanya dengan seloroh. “Kalau kau sudah siap, aku bisa menampung keluh kesahmu,” tuturnya.

Jawaban Vincent tersebut menimbulkan cuitan kepadanya, “Ciee…ciee yang di tolak. Huuhhh, ayolah coba lagi tahun depan,” timpal salah satu dari mereka.

Salah satu dari teman Vincent menepuk punggungnya seakan berusaha memberikan semangat. Namun tiba-tiba saja terdegar suara bunyi telepon yang terdengar

Kring, Kring…

Suara telepon membuyarkan Dewi. Sementara itu Dewi mengalihkan pandangannya dari teman-teman sekolahnya melihat ke arah teleponnya.

“Yaahh…laki gua malah nelepon,” sahutnya, “Alamak perang nih,” timpalnya. Dewi bangkit dari tempat duduknya, ia sedkit menjauh dari teman-temannya tersebut.

Nadia yang melihatnya  menegurnya, “Bu, mau kemana?” tanyanya setelahnya ia melihat ke teman-temannya dan memainkan alisnya ke arah Tania, Bella dan Sandra.

Baik Tania, Bella dan Sandra tahu bahwa pastinya akan terjadi perang ketiga di antara Dewi dan suaminya. Dewi kembali dengan tampang muka lesu, “Pamit yee,” ucapnya.

Bella penasaran dengan percakapan yang terjadi antara Dewi dengan suaminya, Lucky, “Kenapa sih buru-buru?”

“Laki gua, bu,” ocehnya.

“Kenapa sama Lucky?” tanya Ferdy yang penasaran.

Dewi melihat ke arah Ferdi, “Bestfriend loe bener-bener yee, ajak perang melulu,” kesalnya. Ia mengambil tasnya dan meninggalkan mereka semua, “Pamit yaa, maaf, nggak bisa lama-lama,” tuturnya memberitahu.

Bella mencoba menggoda Dewi yang ingin tahu reaksinya, “Gini nih kalau nikah muda,” katanya yang di sambut dengan tawa gemuruh dari semua anak-anak yang tengah berkumpul.

Dewi yang mendengarnya sedikit tersinggung, “Daripada loe-loe orang yang belum nikah, gua donk sudah ngerasain ‘gituan’ sama sudah punya anak lagi,” ucapnya dengan sembari mengibaskan rambutnya sendiri.

“Tapi, emangnya enak nggak sih begituan?” tanya Vanda.

“Ya enaklah,” sahut Dewi. Dewi melihat ke arah jam tangannya, “Ya sudah, gua balik dulu deh, guys,” katanya dengan meninggalkan mereka yang pergi meninggalkan perkumpulan tersebut.

“Hati-hati, Dew,” sahut Bella.

Dewi hanya melambaikan tangannya kepada teman-temannya, sementara ia melenggang keluar dari restaurant tersebut. Di depan pintu, ia menyenggol seseorang. “Maaf,” tuturnya.

“Ya, tidak apa-apa,” sahut laki-laki berbadan bidang tersebut. Ia meninggalkan Dewi dan masuk ke dalam restaurant.

Seorang pramusaji melihat pemuda tersebut, “Kevin, ayahmu memanggil,” katanya memberitahukannya.

Laki-laki yang bernama Kevin tersebut pergi menemui ayahnya, ia mengenakan celemek dan meninggalkan lantai bawah.  

Sandra yang mendengar nama Kevin, menoleh ke kanan dan kiri, “Kau…kau menyebut nama Kevin?” tanya Sandra kepada pramusaji tersebut.

Pramusaji tersebut bingung, “Anda berbicara dengan saya?” tanyanya.

“Ya, kau tadi bilang Kevin. Dimana dia?” tanya Sandra. Nafasnya berburu seakan dirinya akan menemui sang cinta pertama.

Tania bingung dengan sikap Sandra, “San, kenapa sih?” tanyanya yang penasaran. Tania memegang tangan Sandra berusaha Sandra tidak melarikan dirinya.

Sandra menepis tangan Tania, ia mengambil tasnya dan bergegas menemui Kevin. Ia menemui sang pramusaji tersebut, “Katakan dimana dia?” tanyanya kepada pramusaji tersebut.

“Anda siapanya Kevin?” tanyanya sekali lagi.

Sandra terdiam mendengar pertanyaan tersebut, ia juga tak bisa berbicara apapun, “Tapi, tadi kau bilang Kevin,” ujarnya.

“Ya, saya memang bilang Kevin tapi dia anak pemilik restaurant di sini,” tuturnya, “Dan, Anda hanya tamu,” ucapnya.

“Jadi, saya tidak boleh bertemu dengan Kevin?” tanyanya yang masih berusaha untuk bisa menemui Kevin.

Tania menghampiri Sandra, ia tidak ingin sahabatnya itu kenapa-kenapa, “Permisi, maaf ya,” sahutnya. Tania membawa kembali Sandra menemui teman-temannya.

Sandra beberapa kali mencoba untuk adu pendapat dengan pramusaji tersebut, ia tahu benar dan ia juga tidak salah mendengar.

Tania berusaha menenangkan sahabatnya tersebut, “Kau kenapa?” tanyanya yang penasaran dengan kejadian tadi.

“Aku mendengar bahwa ia menyebut nama Kevin,” ujarnya dengan kesal. “Kau tahu sudah berapa lama aku mencari Kevin?” tanya balik Sandra kepada Tania.

Tania menelan salivanya, ia memegang tangan Sandra, “Sand, lupain Kevin. Kalau memang kau berjodoh dengannya pasti ketemu,” ucapnya dengan perhatian.

“Aku tahu tapi aku juga nggak salah dengar,” keukehnya kepada Tania.

Tania menghela nafasnya, ia kenal betul Sandra. Jika Sandra sudah bilang ia tidak salah pasti ia tidak pernah akan menyerah.

Tak berapa lama, Kevin turun dan melihat ke arah mereka berdua, “Ada yang bisa saya bantu?”

Kevin mencari masker, ia mengambil masker berjenis carbon dan memasangkannya. Ia mengaitkan masker ke cuping hidungnya dan menarik masker tersebut ke arah dagu dan hidungnya.

Sandra menoleh ke arahnya, “Tidak apa-apa,” ucapnya memberitahu.

“Kalau ada yang perlu, bisa panggil saya,” tuturnya yang memberitahu kepada mereka berdua.

“Ya, terima kasih atas perhatiannya,” jawab Tania.

Kevin pergi meninggalkan Sandra dan Tania, ia benar-benar tidak mengenali Sandra sama sekali. Kevin menuju dapur restaurant dan membiarkan dirinya hanyut begitu saja dalam pekerjaannya.

Bunyi gemerincing terdengar, pintu restaurant terbuka seseorang masuk di belakang. Wanita cantik berparas menawan. Ia masuk menemui pramusaji, “Kevin dimana?” tanya wanita tersebut.

“Dia di belakang, bu,” jawabnya memberitahu.

“Oke, biarkan saya yang menemui anak saya sendiri,” tuturnya dengan perkataan yang halus.

Kevin keluar dengan membawa beberapa makanan di tangannya. Ia membawa pesanan makanan yang di pesan oleh Tania dan teman-temannya.

“Ini,” jawabnya dengan menaruh pesanan makanan tersebut. Ia meletakkan sesuai dengan pesanan yang mereka pesan.

Setelahnya ia meninggalkan tempat tersebut dan pergi ke belakang, “Mama,” sahut Kevin yang melihat mamanya itu.

Indy sang mama Kevin tersenyum melihatnya, “Kevin, ada teman mama yang mau jodohin kamu nih,” ujarnya memberitahu.

“Ma, sudah berapa kali Kevin bilang. Kevin belum mau pacaran,” sahutnya dengan sedikit kesal.

“Memangnya kamu mau sampai kapan tungguin wanita itu?” tanyanya yang sedikit emosi.

“Sampai aku bisa ketemuin Sandra!” sergahnya dengan kasar. Kevin melempar serbet yang ia bawa ke meja terdekat.

“Sandra terus pikiran kamu. Lupain dia, Kev, masih banyak wanita lain yang mau sama kamu,” ujarnya dengan sedikit menaikkan intonasi suaranya.

“Kevin tidak akan menikah sebelum aku menemui Sandra,” katanya yang keras kepala.

Sandra sedikit terkejut mendengar ucapan Ibu dan anak tersebut, feeling Sandra benar bahwa Kevin yang ia cari ada di depan matanya.

Indy mengejar anaknya yang naik ke lantai atas, “Memangnya kamu sendiri saja tahu apa tidak kalau dia masih hidup?” tanyanya dengan marah.

“Bukan urusan mama, itu urusan aku.” Kevin berpura-pura untuk bekerja namun pikirannya tidak ada di tempat kerjanya tersebut.

Indy hanya bisa memegang kepalanya, ia bingung dengan anaknya sendiri yang menolak perjodohan tersebut. Ia tahu bahwa kesannya ia sendiri yang mengatur rencana perjodohan tersebut.

Sandra yang ingin menikmati makanannya malah menangis tiba-tiba, ia meninggalkan makanannya dan menuju kamar mandi. Tania pamit untuk menemui Sandra di kamar mandi.

Bunyi air di wastafel terdengar Tania masuk, “Hei, itu Kevin yang kau cari?” tanyanya yang penasaran.

“Pastinya,” ucapnya memberitahu kepada Tania.

Tania mengigit bibir bawahnya, ia merengkuh tubuh Sandra yang merusaha menahan tangis. Sekali lagi pintu terbuka, Bella dan Vanda masuk, “Sandra, jadi dia yang kamu cari?” tanyanya yang penasaran.

Sandra melihat teman-temannya dan ia menganggukan kepalanya. Mereka semua juga ikut bingung bagaimana menjelaskan kondisi ini kepada teman laki-laki mereka semuanya.

Vanda memeluk temannya tersebut, “Sand, kamu kenapa nggak bicara sama kita orang, kalau tahu gitu kita pasti bakalan bantu cari cara,” katanya dengan mengelus punggung Sandra.

Tania dan Bella ikut menenangkan kondisi yang sudah sedikit runyam tersebut, mereka akhirnya percaya bahwa Kevin yang mereka cari ada di depan mata mereka semuanya.

Mereka akhirnya kembali ke meja. Mereka meminta untuk tidak membicarakan hal itu terlebih dahulu kepada anak laki-laki.

Namun ternyata Rio yang sudah membaca situasi tersebut melakukan tindakan aneh bersama dengan Vincent, “Cent, loe masih kenal dengan Kevin?” tanyanya yang memulai kebanyolannya.

“Kevin siapa?” tanyanya balik. Ia sembari mengernyitkan alisnya dan menyuapi mulutnya dengan potongan daging besar.

“Itu loh Kevin yang pernah dulu ikut olah raga bareng di lapangan,” sahutnya memberitahu kepada Vincent.

Vincent berusaha untuk mengingatnya, “Kayaknya gua tahu,” celetuknya. Tania yang melihat kekonyolan dua orang itu memelototi mereka berdua.

“Kevin yang ini bukan sih?” tanyanya sekali lagi.

“Kurang tahu. Soalnya dia pernah bilang, kalau dulu papanya itu yang mengelola sebuah restaurant,” sahutnya yang membuka percakapan tentang masa lalu Kevin.

“Setahu gua dulu dia sekolah di SMA Junior Simpson,” katanya.

Sandra ingat bahwa dulu Kevin memang memberitahunya bahwa ia bersekolah di Junior Simpson, “Loh kok tahu,” ucap Sandra yang mulai ingat nama sekolahnya Kevin.

“Loe kenal Kevin juga?” tanya Vincent.

“Gua ketemu dia waktu les bahasa inggris di English First,” ucapnya memberitahu masa lalunya itu.

“Gile…jadi sudah selama itu loe menjomblo demi si Kevin?” tanya Rio yang penasaran dengan kisah cintanya Sandra.

Wajah Sandra sedikit memerah namun di dalam hatinya senang bahwa akhirnya ia bisa menemukan Kevin dengan bantuan teman-temannya itu. Tania juga akhirnya paham maksud dari kekonyolan Rio dan Vincent.

“Ya gitu deh,” jawabnya dengan malu-malu.

“Ya sudah mending sekarang kita sudahin dulu nanti oomnya Sandra ngoceh kalau dia belum pulang,” kata Tania yang memberitahu.

Diam-diam Tania menuliskan nomor handphonenya di sebuah tissue, berharap yang menemukannya adalah si Kevin.

Pembicaraan ketiga anak itu terdengar hingga ke telinga Kevin dan Indy. Indy sedikit ketakutan bahwa wanita yang ia sebutkan masih hidup dan ada di depan mata mereka berdua.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Melakukan Bersama

    Mendengar perkataan Bram membuat hati Kevin bergetar, ia akhirnya juga menguatkan hatinya untuk bisa tegar dalam menghadapi masalahnya satu per satu. Kevin akhirnya bergegas untuk melakukan hal yang bisa ia lakukan pada saat itu juga.Kaki Kevin berlari meninggalkan kantor kepolisian dan menuju rumah sakit. Kevin mencegah taksi yang lewat tengah malam tersebut dan memintanya untuk mengantarkan dirinya ke rumah sakit.Kring..Kring…Handphone yang ia bawa selama kurang lebih dua jam tidak berbunyi pada akhirnya berbunyi juga. Kevin mengambil handphonenya dan melihat layar LCD, di tangkapan layar ia bisa melihat bahwa Lia menghubunginya. “Halo,” sapa Kevin.“Hei, dimana?”“Aku dalam perjalanan,” ucapnya.Lia melihat kepada ayahnya yang meminta untuk menelepon Kevin. Lia sendiri mengigit bibirnya ragu untuk memberitahu kepada kakaknya sendiri sementara Aditya berusaha membujuk Lia untuk memintanya datang.Lia sendiri tidak bisa berkata-kata lagi. Sementara di ujung telepon Kevin sudah hen

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Perasaan Masing-Masing

    Johana yang sedikit lega dengan pemberitahuan mereka berdua dengan mantap masuk bersama ke dalam kantor kepolisian. Erick yang di tugaskan kembali ke TKP, akhirnya memberanikan diri untuk menyerahkan bukti.Erick yang baru pertama kali bertemu dengan Johana, tergagap bahkan ia sendiri salah tingkah. “Aku baru dari TKP. Kami meminta salinan sebagai bukti,” cakapnya berbasa-basi. “Kau bisa melihatnya di atas,” senyum Erick.Johana yang mendengarnya melongo. “Woah. Kerja bagus. Mana?” tanya Johana sembari memuji tindakan Erick.“Akan aku berikan diatas, jika disini bisa saja nantinya dikira hal apa,” cetusnya.“Baiklah.”Johana, Erick dan Kevin masuk ke dalam ruangan yang dapat mereka akses masuk ke dalam ruangan secara leluasa. Erick sendiri bahkan memberikan jalan terlebih dahulu kepada Johana.Kevin merasa aneh dengan sikap Erick yang seolah-olah baru saja jatuh cinta pada pandangan pertama. Bahkan Erick juga mengarahkan jalan kepada Johana. “Lewat sini,” cakapnya. Johana dan Kevin me

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Terungkapnya Motif Utama

    Heru yang sudah tahu kebiasaan Sandra akhirnya menerobos masuk di ikuti dengan Anita dan Agus bahkan di susul Tania. “Kau ini! Kenapa sih tidak pernah memberitahu aku? Sudah aku bilang, anggap aku ayahmu,” ceramahnya.Heru membuka selimut Sandra yang menutupi dirinya tersebut. “Bagaimana, Paman, menemukanku?” cakapnya yang memberengut kesal kepada pamannya sendiri.Tak!Heru saking kesalnya akhirnya menjitak kepala keponakannya sendiri. “Argh, sakit,” erang Sandra. Lia yang melihatnya tertawa kecil, ia tahu bahwa perbuatan Sandra barusan di balas oleh pamannya sendiri.Lia perlahan keluar bersama dengan ayahnya membiarkan mereka untuk ikut ambil bagian. Dari luar pintu Lia menutup pintu tersebut secara perlahan. Aditya yang sudah berumur memandang putrinya yang masih memegang di sampingnya.Dari kejauhan mulai terdengar derap langkah kaki yang berlarian di selasar ruangan menuju ruangan Sandra di rawat. “Pak Ketua, Anda kemana saja?” tanya suster kepala yang memegang kening kepalanya

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Pertemuan yang Mengharu Biru

    Mereka yang memandangi tidak tahu lagi suasan jelas menengangkan. “Ada apa?” tanya Kevin yang mencairkan suasana di ruangan.Dokter tersebut enggan untuk memberitahunya, ia juga tidak tega harus mengatakannya. Dokter tersebut menatap lama kepada Kevin dan bergantian ke sekeliling ruangan. “Katakan saja,” desak Kevin yang tidak sabaran.Bram sendiri mengernyitkan dahinya, ia juga belum memahami situasi yang terjadi. Dirinya baru mendengar dari Kevin. “Sebenarnya apa yang terjadi?” ucap Bram yang membutuhkan klarifikasi kepada Kevin.Kevin menelan salivnya. “Pak Bram, kami sebenarnya sedang menyelidiki suntikan apa yang di berikan oleh ibuku. Dan, aku tidak tahu bahwa hasilnya akan secepat yang tidak aku pikirkan,” oceh Kevin dengan sendirinya.“Jadi kau berusaha menyelidikinya?” tanya balik Bram.“Ya.”Bram menatap kepada dokter tersebut. “Katakan saja apa isi dari suntikan yang di berikan si ‘viper’,” ejek Bram yang melirik kepada Indy.“Kalian tidak apa-apa jika aku memberitahunya?”

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Indy di Tangkap

    Dengan tegap dan mantap Kevin akhirnya menuju pos keamanan bersama dengan Felix,. Baik Kevin dan Felix berjalan hingga langkah kaki tersebut sampai di depan pos keamanan. Beberapa kali Felix mengetuk pintu untuk mengunjungi penjahat yang akhirnya tertangkap basah.Clek!Petugas keamanan membukakan pintu, ia memberi salam kepada Felix. “Permisi, Pak,” balas sapa Felix. “Boleh masuk?” tanyanya dengan sopan.“Silakan,” sahutnya yang memberikan jawaban kepada Felix.Felix dan Kevin masuk melangkah ke dalam kantor keamanan rumah sakit. Dari kejauhan Kevin sudah bisa melihat bahwa ibunya sudah ada di dalam kantor keamanan. Kevin menyenggol Felix untuk menanyakannya. “Sudah berapa lama ibuku di sini?” tanya Kevin.Felix terdiam sejenak memikirkan setelah kejadian yang terjadi di ruangan, ia bergumam, “Mungkin hampir dua jam,” jawabnya memberi tahu.Kevin meringsek maju ke depan berupaya untuk melihat kondisi Ibunya sendiri yang sudah mulai menatap dirinya. Kevin berjongkong di hadapan Ibunya

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Hal yang Memalukan

    Kevin yang mengamuk akhirnya hanya bisa keluar dari kantor polisi. Bram mengejarnya untuk bisa menenangkan Kevin. “Kevin!” panggil Bram namun Kevin tidak menggubrisnya.Sekali lagi Bram mencegah kegilaan Kevin, kakinya berderap mendekati Kevin. “Hei! Tatap aku!” kesal Bram.Dengan marah Kevin menyentak tangan Bram yang memegangnya. “Apa lagi?” tanya Kevin dengan setengah berteriak.“Apa yang akan kau lakukan? Kau memikirkannya secara matang, Kevin,” ucapnya.Kevin terhenyak perkataan Bram ada benarnya ia harus memikirkan semua rencananya harus dengan matang-matang jika tidak ibunya sendiri tidak akan tertangkap dan akan terus menerus lepas kendali sama seperti ular yang dengan mudahnya lepas dari toples jika tidak di ikat dengan kencang.Perumpaan yang di katakan oleh Bram ketika mereka bertemu jelas membuat Kevin teringat. Ibunya saat ini sudah seperti ular yang lepas dari toples. “Aku marah kepada diriku.” Cakap Kevin.“Lalu, apa hubungannya dengan kasusmu?” tanya Bram kepada Kevin.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status