Share

 JADI JANDA GARA-GARA JANDA
JADI JANDA GARA-GARA JANDA
Author: Azril

Bab 1 KECELAKAAN TRAGIS MAS RENDI

"Mas sebenarnya ada hal yang ingin aku ungkapkan padamu, se-sebenarnya aku mencintaimu Mas, sejak kamu sering curhat, dan memberi perhatian padaku selama ini, hatiku tiba-tiba saja menyimpan perasaan padamu, Mas Rendi sebenarnya aku ingin hidup bersamamu," ungkap Sari si janda kembang tetangga Rendi dari kampung sebelah.

Sari hanya ingin mengungkapkan tentang apa yang selama ini di pendam perasaannya. Sudah sekian lama juga Rendi dan Sari selalu curhat bahkan saling membantu dikala mereka ada masalah, entah itu hal ekonomi ataupun hal biasa.

Akan tetapi Rendi sudah mempunyai seorang istri, sedangkan Sari, ia hanyalah seorang janda yang telah haus akan belaian kasih sayang dan juga perhatian. Maka dari itu, perlakuan baik yang di layangkan Rendi terhadapnya, ia anggap semua itu bahwa cintanya tak bertepuk sebelah tangan.

Diandra yang tak sengaja datang untuk mengantarkan makanan pada suaminya mencoba menahan emosi di balik pohon mengintip mereka tanpa sepengetahuan Mas Rendi dan Sari. Dadanya sudah naik turun menghembuskan nafas yang terasa sesak.

Ia menahannya sekuat tenaga agar jangan sampai amarahnya meledak sekarang. Dian ingin tau jawaban apa yang Mas Rendi jawab.

Dan beraninya Sari berhadapan dengan Mas Rendi secara dekat, tangan kotor wanita itu lancang mengulur untuk mengambil tangan Rendi dan menggenggamnya.

"Mas aku tau pernikahan kamu yang seumur jagung itu, tidak bahagia bukan. Kalau begitu aku mau kok jadi istri kamu yang kedua," papar Sari Sambil memandang wajah Rendi dengan tatapan penuh rasa cinta.

Memang 3 bulan sudah Rendi membina rumah tangga dengan wanita cantik yang kini telah menjadi istri sahnya.

"Sebenarnya aku juga mulai menyayangimu Sari, tapi aku ini sudah beristri," ungkap Rendi.

Entah apa maksud dari semua ini, mengapa Rendi tega menyakiti hati wanita yang kini telah menemaninya selama 3 bulan lamanya, walaupun begitu Diandra begitu mencintai dan menyayangi pria itu sepenuh hati. Akan tetapi kalau sudah begini, yang tertinggal hanyalah kekecewaan yang menggelora.

"Kalau begitu gimana kalau kita nikah secara diam-diam saja Mas, aku rela menjadi istrimu yang ke-2 asalkan selalu di nomor satukan," sahut Sari sambil bergelayut manja pada tangan Mas Rendi.

Mata Dian membelalak mencermati yang ia lihat di hadapannya, wanita muda itu nampak cemburu melihat aksi yang dilakukan Rendi dan Sari. Akhirnya emosinya memuncak dan semakin tak terkendalikan.

"Berani-beraninya dia menggoda suamiku!" pekik Dian menatap tajam pada arah kedua manusia yang telah berdiri bersama, melakukan hal keji itu.

Kedua tangan Dian mengepal di sisi sambil gigi menggigit kuat di dalam mulut, amarahnya telah naik ke ubun-ubun.

Bruk!

Dian membanting kembali rantang berisi makanan yang dibawanya sedari tadi.

"Jadi begini yang selalu kamu lakukan di belakang aku Mas! Kamu enak-enak bermesraan dengan janda kembang ini! …Bagus ya kamu! Pantas saja uang yang kamu berikan selalu kurang Mas!" cecar Diandra di sela keemosiannya yang telah membuncah.

"Diandra maksud kamu apa? Kamu salah paham! Mbak Sari hanya membeli cilok saja, ini semua hanya kesalah pahaman. Betulkan Mbak Sari?" ucap Rendi sambil bertanya pada Mbak Sari.

Rendi begitu gelisah melihat wajah sang istri yang semakin memerah menahan emosi.

Pria bertubuh kekar itu tahu betul bagaimana sikap sang istri kalau sudah marah pasti semuanya akan dihancurkan begitu saja tanpa permisi.

Mbak Sari pun ikut ketakutan tatkala melihat Diandra yang datang seperti orang kesurupan.

"I-iya be-betul kata Mas Rendi, saya ini hanyalah mau beli cilok. Tidak ada maksud lain," jelas Mbak Sari gugup, tangannya nampak gemetaran diiringi rasa ketakutan.

"Bacot kamu Sari, aku lihat semuanya kalau kamu menyukai suamiku bukan?! Dasar janda tidak tau diri kamu! Berani-beraninya menggoda suami orang!" sungut Diandra murka.

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Sari.

"Dian aku mohon kamu jangan kasar begitu, kasihan Sari," sergah Rendi.

"Kalian pikir aku bodoh hah! Aku lihat sendiri dengan bola mataku, kalau kamu tadi berani bermesra-mesraan dengan wanita DURJANA ini Mas! Aku benci sama kamu Mas, aku kecewa! Lebih baik kita bercerai saja!" ancam Diandra sambil berlari meninggalkan Rendi dan Sari.

Bulir-bulir bening dari kelopak wanita muda itu jatuh tanpa permisi membasahi pipi. Diandra tak menyangka kalau sang suami begitu tega.

Namun Rendi mengejar sang istri yang dicintainya itu, untuk menjelaskan bahwa yang dilihat oleh Dian barusan, hanyalah kesalahpahaman. Walaupun memang benar Rendi melakukan hal yang membuat istrinya kecewa.

"Dian, tunggu!" seru Rendi begitu lantang tatkala Diandra malah berlari kencang.

Dikala Diandra menyebrang sembarangan mobil merah melaju begitu kencang.

"Diandra awas…" teriak Rendi, berusaha mendorong tubuh Dian yang hampir saja ditabrak oleh mobil yang melaju amat kencang. Pria berparas tampan yang 3 bulan ini telah menemani hari-hari Dian itu mengorbankan dirinya demi menolong sang istri tercinta.

Jebred!

Satu hantaman roda empat yang sedang melaju kencang menabrak kediaman Rendi.

Rendi terpental dengan sangat kencang. Hingga mengakibatkan kepalanya terbentur hebat.

Mata wanita muda itu membeliak, seluruh tubuhnya pun ikut bergetar saat menyaksikan sang suami telah terbengkalai tak berdaya.

"Mas Rendi," seru Dian berlari untuk menghampiri sang suami.

"Mas, bangun Mas. Tolong! Tolong! Tolong suami saya!" teriak Dian sambil menyangga bahu sang suami yang sudah di penuhi darah itu.

Tidak ada satupun yang menyahuti teriakan wanita cantik itu. Dan mobil sedan berwarna merah itu pun kabur jauh entah kemana, tanpa menolong korban yang ditabraknya. Alangkah teganya pengendara mobil tersebut. Entah salah dan dosa apa Rendi? hingga mereka sengaja menabraknya tanpa bertanggung jawab.

"Tolong suamiku," teriak Dian tidak putus asa..

Bulir-bulir bening mengucur deras membasahi pipi Dian. Sungguh, Dian tak kuasa melihat sang suami dengan berlumur darah yang memenuhi seluruh tubuhnya.

"Mas, bangun Mas. Kamu pasti kuat," kata Dian sambil mencoba mengguncang-guncangkan sang suami yang sudah terbaring lemah tak sadarkan diri di pangkuan sang istri.

Tidak ada siapapun yang menolong, hanya Dian dan Rendi saja. Padahal ada banyak mobil dan kendaraan lainnya yang berseliweran di jalan. Namun, tidak ada satupun yang melirik.

Alangkah hati Dian menjerit meratapi sang suami yang telah terbaring lemah.

"Dian, itu suamimu kenapa?" tanya Paman Dude yang tak sengaja lewat, betapa ia pun sangat panik.

Paman Dude terkejut segera mematikan motor yang dikendarainya, lalu turun untuk melihat keadaan Rendi.

Paman Dude menyentuh pergelangan tangan Rendi, untuk memeriksa bahwa denyut nadinya masih berfungsi.

Degh!

Jantung Dian berdegup kencang.

"Bagaimana nadinya Paman? apakah masih berdenyut?" tanya Dian cemas.

Paman Dude hanya menatap Dian begitu sendu, lelaki itu tampak kebingungan.

"Paman jawab?!" sentak Dian penasaran.

Bagaimana tidak, Rendi baru saja mengorbankan nyawanya demi hanya menyelamatkan sang istri yang amat di cintainya itu. Dian nampak panik diiringi gemetar yang amat hebat mengguncang seluruh tubuhnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status