Jasman mencoba membesarkan hati wanita itu mengusap-usap pelan punggungnya dengan ibu jari kirinya, dan membiarkan lengan jaketnya basah oleh air matanya. "Mbak harus tetap tabah dan tegar, kendati terasa sangat berat. Kata orang bijak, hidup ini kombinasi dari dua hal yang saling bertentangan, antara bahagia dan derita, senyum dan tangis, suka dan duka. Dan setiap kita pasti akan merasakan saat-saat yang paling buruk dan saat-saat yang paling indah dalam hidup kita. Saya...memang belum pernah merasakan hidup berumah tangga, Mbak, namun sakitnya dikhianati itu mungkin pedihnya sama dengan kehilangan itu sendiri. Kehilangan seseorang yang kita cintai karena berpindah ke lain hati. Saya juga... pernah merasakan itu. Sakit sekali, memang."
Jasman mengajak kembali Widya untuk duduk di tempat semula.
"Memang, Dik Jas, Mbak rasa-rasanya kura
Ketika telah berdiri berhadapan dengan Galih Sugondo dan ketiga pengawalnya, wajah Jasman agak mendongak, menebarkan pandangannya ke segala penjuru, lalu berkata seolah-olah kepada angin yang sedang berhembus serta rerumputan yang digoyangnya, "Wah, sudah nambah jagoan satu lagi rupanya? Hahahae...Saya semakin merasa aneh saja, ya? Kok, masih ada saja manusia aneh yang bertingkah seperti orang dungu demi mengejar wanita yang justru sangat membencinya." "He, bocah sombong!" bentak Galih Sugondo, pitamnya langsung naik ke ubun-ubunenya. "Saya peringatkanyou, jangan ikut campur urusan saya. Saya..." "Oh, tidak bisa!" potong Jasman dengan suara yang tak kalah tingginya sembari menegakkan telunjuk tangan kanannya ke depan. "Nyonya Widya sekarang adalah tuan saya! Artinya, keselamatan beliau menjadi tanggung jawab saya! Sama persis yang
Serangan demi serangan terus dilakukan oleh Galih Sugondo dan ketiga pengawalnya kepada Jasman. 'Hadiah' tamparan yang barusan diterimanya tak membuat mereka kapok dan mengurungkan serangannya. Mungkin karena tak ingin jadi pecundang dan pengecut, keempatnya pun seolah-olah tak merasakan bilur bekas tamparan dari si pemuda pada pipih mereka. Menyaksikan perlawanan yang tak seimbang dari segi ketinggian ilmu beladiri, justru menjadikan pertunjukan itu sama sekali tak menegangkan. Yang ada penonton terus menderaikan tawa mereka dengan lepas. Ketegangan benar-benar telah berubah menjadi ajang kontes tawa. Dan lagi-lagi tawa riuh penonton pecah ketika suatu momen Jasman berhasil melakukan sebuah gerakan aneh dan demikian cepat dengan melemparkan tubuhnya ke belakang, dan tau-tau ia menghantam. Tubuh sang Big boss pun harusnya akan jatuh tergeletak jika ia tak ditahan. Malu dan gusar ma
Tongkat baseball terlempar dari tangan Galih Sugondo bersamaan dengan suara jeritannya yang tinggi. Wajahnya meringis menahan sakit yang sangat pada tangan kanannya. Ternyata beberapa jemari tangan kanannya mengalami keretakan akibat sabetan keras ikatan pinggang kulit tebal Jasman. Terpaksa ia menjinjing tangannya itu. Saking jengah perasaannya, Jasman tak ambil peduli dengan apa yang dirasakan oleh laki-laki yang berusia nyaris seteng baya itu. Ia belum menghentikan serangannya. Sabetan-sabetan dengan ikat pinggang kulitnya masih terus ia lakukan, menyasar bagian-bagian tubuh lain Galih Sugondo: lengan, pinggang, pundak, punggung. Dan titik terakhir yang yang dihajar oleh Jasman adalah pantat besarnya. Bukan hanya sekali Jasman menyabetkan ikat pinggangnya pada tempat itu, tapi berkali-kali.
Widya terdiam sesaat, mencoba memahami ucapan Jasman yang terakhir, sebelum berkata, "Oh ya Dik, kejadian tadi Mbak videokan, lho." Ia memperbaiki posisi duduknya, lalu membuka video hasil rekaman di hapenya, dan memperlihatkannya pada Jasman. "Ini Dik..." Jasman hanya meliriknya sesaat lalu berkata, "Mbak kirim ke WA saya, ya? Ntar di paviliun saya lihatnya." "Ok, Say...!" Lagu "Lady " dari Kenny Rogers mengalun indah dari sound system mobil: Lady, I'm your knight in shining armor and I love you You have made me what I am and I am yoursMy love, there's so many ways I want to say "I
Melihat kondisi sahabat diperlukan sedemikian itu, emosi Jasman langsung naik ke ubun-ubunnya. Darahnya terasa mendidih. Tulang di kedua rahangnya bertonjolan akibat geram yang sangat. Tangan kanannya pun ia kepalkan kuat-kuat. "Apa-apaan ini!?" Jasman langsung meninggikan suara. "Kenapa sahabat gua kalian perlakuan seperti itu?! Dia telah melakukan kesalahan apa terhadap kalian, hah!! Siapa yang bernama Doni!!"Salah seorang dari dua pemuda kembar yang bertahi lalat di bawah mata bertepuk tangan beberapa kali, dan berkata, "Perkenalkan, gua yang bernama Doni, dan kembaran gua ini Deni. Terima kasih karena lu sudah mau datang. Oh ya, teman lu itu tak punya salah atau pun urusan apa-apa dengan kami, dia hanya barang sandera saja supaya lu bisa datang ke mari!" "Manusia lu bilang barang
Fadli selama ini hanya tau saja bahwa Jasman adalah seorang pendekar, tetapi belum sekali pun ia menyaksikan sahabatnya itu bertarung. Tetapi setelah mendengar sahabatnya itu berkata demikian, hatinya pun menjadi tenang. Bukankah ia sudah menyaksikan betapa sahabatnya itu mampu membuat tubuh kedua lawannya itu dengan hanya satu gerakan, dan dua kali pula. Tiba-tiba kedua petarung kembar melemparkan bayonet yang digenggamnya ke arah Jasman. Wusshh...!! Wussshh...!! Kedua senjata tajam itu dilemparkan dari jarak yang cukup dekat dengannya sasaran hidupnya, yaitu tubuh Jasman. Dapat dibayangkan, jika kedua sajam itu menancap di tubuh pemuda itu, tentu merupakan ancaman serius bagi hidupnya. Apalagi, naga-naganya, sepasang pem
Tentang keberadaan mereka di rumah sakit, Jasman tak lupa mengabarkannya kepada Mbak Widya. Wanita itu sangat kaget mendengar kabar itu. "Memang siapa yang sakit, Dik Jas?' tanya Widya dengan suara panik. "Saya dan teman saya, Mbak," sahut Jasman. "Saya cuma menjahit telapak tangan saya yang terluka. Tapi teman saya yang bernama Fadli terpaksa harus dirawat inap." "Hai, apa yang terjadi pada Dik Jas dan temannya, kok sampai masuk rumah sakit seperti itu?" "Teman saya diculik, disandera, dan disiksa oleh orang-orang suruhannya Pak Galih, Mbak, " jawab Jasman. "Fadli disandera untuk memaksa saya agar mau bertemu dengan mereka. Ya saya terpaksa menerima tantangan mereka. Akhirnya terjadi pertarungan antara saya dengan mereka, dan saya te
Setiba di rumahnya Mbak Widya, suasana sudah sangat mencurigakan Jasman. Saat ia membunyikan klakson agar Bik Yam membukakan pintu gerbang, wanita itu lari tergopoh-gopoh dengan raut wajah menyisakan ketegangan. "Aden kenapa baru pulang?" tanya wanita itu saat Jasman turun dari mobilnya. Nafasnya masih terlihat tidak normal. "Tadi Nyonya telepon berkali-kali tapi Aden nggak angkat." "Iya, Buk, maaf, tadi saya pas ketiduran di kost teman saya ini," jawab Jasman. "Apa yang terjadi, Bik?" "Tadi ada beberapa pria yang datang ke rumah ini, Den. Kata Nyonya, mereka adalah orang-orang suruhan mantan suaminya." "Lantas...mereka melakukan apa terhadap Nyonya Widya?" tanya