Share

Detik-detik Kematian Eyang

Langit gelap saat pintu rumah Wak Djoko kutinggalkan, selain satu-satunya saksi yang aku temui, ternyata beliau juga pernah mengirimi Eyang surat undangan sewaktu anaknya ingin menikah.

Undangan itu hampir saja mempertemukan aku dengannya lebih awal, tapi takdir Allah berkata lain, aku lebih dulu harus menyaksikan Bibi Lija dan Rere menderita dan kehilangan nyawa.

Segera kusapu jalan dengan langkah lebar menuju bibir kota. Walau pun perasaanku ragu pulang ke Siliwangi, tapi pikiranku tetap saja tertuju pada … kondisi Paklik di rumah.

“Tutup, Lek! Bentar lagi hujan kencang,” teriak pemilik kios campuran pada seorang anak lelakinya.

Teriakan itu membuatku tersadar dan segera mempercepat langkah, semoga saja andong masih ada yang beroperasi dijam-jam surup begini.

Waktu berlalu dengan segenap upayaku mencari kendaraan dan melepas napas longgar karena andong telah mengantarku pulang dengan sehat wal’afiat. Saat menengok rumah Eyang, tak ada satu pun obor depan menyala, buru-buru kusodor
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status