“MINGGIR!”
Hide berseru pada satu orang yang nekat menghadang—satu-satunya anak buah Abe yang tersisa, menghalanginya keluar dari bangunan terbengkalai itu. Tapi pria itu nekat, maka Hide memberi apa yang diinginkannya.
Sekali ayunan, Hide menangkis serangan pria itu, kedua kali Hide menebas, luka besar melintang dari bagian bahu kiri, terus sampai ke perut. Darah menyembur dan ia langsung terkapar.
Bukan halangan besar, tapi Hide menjadi lebih lambat. Ryu melewatinya dan berlari lebih dulu keluar. Target pengejaran mereka, kini sudah hampir mencapai mobil.
“Jangan kabur!” Ryu berseru panik, karena terlihat Abe sudah memasuki mobilnya. Tapi Abe tidak langsung mencoba untuk kabur. Begitu duduk di belakang kemudi, ia tampak mengambil sesuatu lalu menjulurkan tangannya.
Mata Ryu melebar sa
âHimawari! Natsu!âTerdengar bocah berumur sekitar sepuluh tahun menegur dengan keras, saat menemukan dua bocah yang lain bersembunyi di balik semak yang ada di bawah pohon.âKenzoâaniki!âNatsu kaget melihat Kenzo yang tiba-tiba muncul lalu menarik anak perempuanâHimawari yang ada di sampingnya untuk berdiri, akan mengajaknya berlari, tapi tentu saja dicegah oleh Kenzo.âTidak boleh! Kau membuat Okaa-san khawatir. Kau harus kembali.â Kenzo meraih lengan Natsu.âTapi Himawari takut. Ia tidak suka sekolah.â Natsu menunjuk Himawari yang kini terisak.âHimaâchan.â Kenzo berlutut, lalu mengelus kepala Himawari yang menunduk.âSekolah tidak menyeramkan. Kau akan bertemu banyak orang baru, dan teman-teman baru.â Kenzo membujuk lembut, sampai Himawari mendongak menatap mata Kenzo.âTapi⊠tapi⊠aku ingin bersama Natsu. Aku tidak mau sekolahâŠââTapiâŠâ Kenzo mengusap wajahnya. Himawari tentu akan ada di sekolah yang berbeda dengan Natsu. Himawari baru akan masuk taman kanak-kanak hari ini, bukan
âTempat ini tidak buruk.â Hide tidak menolak secara langsung, tapi keberatan itu terlihat.âMemang, aku akan memastikan tempat ini tidak akan pernah buruk untuk anak-anak itu. Tapi Kenzo berbeda dengan anak-anak itu. Mereka anak-anak yang benar-benar tidak punya keluarga, terpaksa tinggal di sini. Kenzo punya aku. Aku keluarganya. Aku satu-satunya yang dimiliki oleh Kenzo.âAyu tidak ingin mengakui hal itu ketika mengingat perbuatan ibunya, tapi Kenzo tetap adalah anak dari adik ibunyaâkeluarganya. Satu-satunnya keluarga kandung yang pantas dimilikinya saat ini, tidak ada yang lain.âAku tidak bisa melupakan fakta itu, dan berpura-pura kalau Kenzo adalah orang lain. Hal ini akan menghantuiku saat tidur.â Ayu kembali membujuk.Hide memainkan kunci mobil yang di bawahnya sambil menatap bagian belakang kepala Kenzo yang kini kembali mencoba untuk menggambar sesuatu dengan krayon di kertas yang baru.âAku tahu kau membenci ibunyaâaku juga sama. tapi kau tidak harus membenci Kenzo. Anak it
âAku masih tidak ingin melakukannya.â Hide menggerutu.âAku tahu, tapi aku yakin kau juga tahu kalau ini yang paling benar.â Ayu menatap suaminya yang kini sedang melepaskan sabuk pengamannya. Sudah sekitar dua menit lalu mereka sampai, tapi belum ada yang mencoba turun.Keputusan yang merekaâAyu ambil, memang sangat besar. Ayu perlu menenangkan diri. Dan Hide sudah menyerahkan pilihan pada Ayu, tapi tetap menjalaninya dengan setengah hati.âSudah, ayo.â Ayu akhirnya membuka pintu dan turun.Anak-anak yang tadi bermain di halaman, berhamburan mendekat saat melihatnya.âTanakaâsan! Apa yang kau bawa hari ini? Gula-gula? Buku cerita?âAneka suara bersahutan menyambut Ayu. Ia memang sudah sering mengunjungi panti asuhan itu dengan membawa hadiah, tentu mereka berharap Ayu akan membawa sesuatu.âAku membawa sesuatu di mobil untuk kalian, tapi rahasia. Kalian bisaâŠâAyu tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, karena rombongan anak yang megerubunginya langsung berlarian meninggalkannya menuju
âAku tidak ingin tidur denganmu.â Ryu mengulang pertanyaan itu sebagai bentuk ketidakpercayaan, karena terlalu absurd. Ia lalu menggelengkan kepala sambil mengusap wajahnya.âAku rasa kemampuanmu untuk menyimpulkan sesuatu sedang tidak amat tajam saat ini,â kata Ryu.âTidak!â Kyoko tersinggung tentunya. Meski tidak langsung, Ryu kurang lebih menyebutnya bodoh.âJangan marah, aku maklum malah. Aku akan kecewa kalau keadaan pikiranmu amat tenang saat ini.â Ryu tersenyum puas.âAku bukan tidak tenang!â Kyoko menyanggah.âKau baru saja bertanya tentang keinginanku tidur denganmu. Aku rasa hal itu termasuk gangguan yang membuatmu tidak tenang.â Ryu meninggalkan koper, dan mendekati Kyoko, yang mendadak panik, mundur menjauh.âJangan mengingkari. Kau tidak akan berhasil membuatku berpikir sebaliknya.â Ryu terkekeh pelan melihat kepanikan itu.âAku tidakâŠâ Kyoko menggigit bibir, tidak punya balasan pintar karena tentu paham juga kalau sikap Ryu yang menjauh memang mengganggu untuknya.âKemar
âJangan membukanya sekarang. Kau akan basah.â Ryu menaikkan hoodie jas hujan yang dipakai Kyoko pada saat yang tepat, karena detik berikutnya, air dalam jumlah banyak, menghambur ke arah tempat mereka duduk. Seperti ada yang menyiramkan ember raksasa ke arah mereka. Ini karena pertunjukkan yang mereka lihat, melibatkan paus orca yang melompat keluar dari air. Tentu saat terjatuh akan menghempaskan air dalam jumlah banyak ke arah penonton. Ryu bertepuk tangan seperti yang lain, menghargai kerja keras mamalia raksasa itu, tapi Kyoko tidak bertepuk tangan sekalipunâbahkan sampai pertunjukan itu selesai. âApa kau tidak menyukainya?â Ryu bertanya saat mereka berjalan keluar dan melepaskan jas hujan yang telah basah kuyup. Ryu meraih handuk kecil yang dibagikan petugas, lalu memakainya untuk mengeringkan rambut dan leher Kyoko. Meski Ryu menutup hoodie pada saat yang tepat, tapi masih ada bagian rambut dan leher Kyoko yang basah. âKau tidak suka akuarium. Aku akan mencatatnya.â Ryu ters
“Aku ingin pulang.”Kyoko menyahut dengan tiba-tiba, saat Ayu baru saja mengoleskan lipstik berwarna pink di bibirnya.“Hah? Kenapa? Apa ada yang tertinggal?” Ayu menegakkan tubuhnya dengan kebingungan. Ayu sejenak memandang perlengkapan kimono yang akan dipakai Kyoko.Seharusnya tidak ada, karena memang kimono Kyoko lebih sederhana—tidak banyak pernik kecuali hiasan rambut. Tidak seperti yang dipakai Ayu saat menikah di Utoro.Rencana Ryu, mereka akan melakukan pernikahan yang sama seperti Ayu, tapi mau berkompromi, dan menjadi lebih sederhana, yaitu menikah di balai kota. Ryu tidak mungkin berani memaksa, karena tahu benar bagaimana sejarah Kyoko dengan bangunan kuil. Lagi pula pestanya akan tetap ada, hanya upacaranya saja yang berubah.Keputusan itu tentu saja tidak ada yang memperm
âKau pasti gila!â Kyoko berdiri dan berjalan mondar-mandir di ruang tengah. Sementara kepalanya mengingat-ingat apakah ada sedikit saja tanda Ryu tidak serius.Tapi semuanya serius. Ryu bahkan mengirim foto contoh kimono yang akan dipakainya pada hari pernikahan. Saat melihatnya, Kyoko mengira Ryu gila karena kebohongan mereka akan menjadi sangat sangat extra kalau sampai menyebut soal corak kimono.Namun, pada akhirnya Kyoko memilih, karena ingin mengakhiri pembahasan tidak penting itu. Pembahasan itu penting ternyata.âApa kau akan diam saja?!â Kyoko membentak marah, melihat Ryu yang malah dengan santai menyesap bir dan memakan kacang yang juga dibawanya tadi.âKau ingin aku melakukan apa?â Ryu mengernyit.âYa batalkan itu semua! Hubungi mereka semua! Batalkan!â Kyoko duduk kembali di samping Ryu kemudian menyerangnya. Meraba pinggang Ryu.âEh, tunggu! Jangan tiba-tiba menjadi agresif begini.â Ryu tentu saja kaget.âAgresif apa?! Ini! Hubungi mereka!" Kyoko hanya mengambil ponsel Ry
Ryu menggelengkan kepala saat kembali dengan mudahnya bisa membuka pintu apartemen Kyoko setelah memasukkan tanggal ulang tahunnyaâdan akan datang lusa.Ryu sudah berpuluh kali mengingatkan Kyoko untuk pengganti password yang terlalu mudah ditebak itu. Bukan hanya sekaliâsaat dulu ia berhasil masuk untuk mencari alat penyadap, tapi beberapa kali setelahnya juga sama.Saat ini Kyoko sudah tidak lagi tinggal di Tokyo. Ia pindah ke Osaka karena memang pekerjaannya lebih banyak di daerah Osaka, setelah benar-benar aktif menjadi bagian dari Kuryugumi yang membantu Hide dan Ryu.Hanya Kyoko belum rajin bekerja setelah kunjungan ke rumah orang tuanya, dan tidak ada yang memaksa juga. Hide tidak menyuruh apapun, tergantung Ryu.Keamanan apartemen itu benar-benar lemah, terutama karena masih tidak ada suara apapun meski Ryu sudah berjalan memasuki ruangan selama beberapa saat. Sudah jelas Kyoko tertidur karena memang hari sudah cukup malam. Ryu memang langsung pergi ke apartemen itu setelah kem
Ayu mematut dirinya di cermin, menatap kimono baru yang akan dipakainya lusa. Kimoni itu dipesan khusus untuknya, jadi tentu semua pas. Tapi Ayu ingin melihat apakah warnanya cocok sesuai bayangan. Dan memang semua cocok. Jatuh dengan pas di tubuhnya, tidak berat dan panas. Itu yang penting, karena saat ini masih musim panas. Kimono modern dengan warna dasar putih itu, dihiasi oleh bunga sakura pink. Ayu bahkan menyiapkan hiasan rambut yang juga penuh dengan hiasan bunga sakura juga untuk melengkapinya. Ayu tidak memakai hiasan bunga itu sekarang, tapi saat mencoba untuk menempelkannya di kepala, warna pink itu juga cocok dengan rambut hitamnya. Semua beres kalau begitu. Ia sudah menyiapkan baju untuk Natsu, juga Hide. BRAK! Ayu tersentak dan menjatuhkan hiasan rambut di tangannya. Suara keras pintu geser yang tertutup itu, tentu membuatnya kaget. Untung saja Natsu ada di kamar sebelah, jadi tidak akan terganggu. Tidak terdengar suara tangis, bahkan saat suara langkah Hide saat m