Martin mulai mengetik pesan untuk Andra, Flower memicingkan matanya ke arahnya. Perasaan Flower udah campur aduk semua jadi satu was-was, watir, marah, bimbang dan pasrah. Jantungnya berdetak kencang!"Apa yang dia ketik ya, serius bener mukanya? Waduh gak tahu deh, bodo amatan ah gak mau pusing! Aku lagi ngambek karena dia belom jawab pertanyaan yang soal serius, eh dia malah nanyain Si Andra bukannya jawab pertanyaan aku, capedeh! Sampe males bahasnya takut ribut malah dia bahas Si Andra, ampun dah!" batinnya, ia mengalihkan pandangannya ke luar kaca di samping kirinya. Huft! Hela nafas Martin berat berulang kali.Flower menoleh ke arahnya, "Apa balesannya bebeb, kenapa kamu sampe tarik nafasnya berat banget seperti orang yang sedang menghadapi masalah besar aja?" tanya Flower, ia begitu penasaran dengan isi chat mereka berdua. Martin menoleh ke arahnya, "Dia gak mau diputusin, dia ngajak ketemu lagi tuh. Aku suruh dia ke apartment aja besok minggu, aku
Flower menyeka bulir-bulir bening yang membasahi kedua pipinya dengan telapak tangannya, dadanya terasa sangat sesak menahan tangis yang tertahan. Martin terdiam seribu bahasa karena tidak ingin memperbesar masalah mencoba mengalah pada wanitanya walau pun banyak yang ingin dia katakan. "Sayang, mau mampir dulu gak ke Alfamart? Mana tahu ada yang mau kamu beli, untuk kamu dan anak-anak." ucap Martin mencairkan suasana yang tegang membuatnya tidak nyaman. "Gak usah mampir ke Alfamart, masih banyak jajanan anak-anak di kulkas. Aku mau cepet sampe rumah aku mau istirahat, capek!" timpal Flower, suaranya jadi parau dan bergetar."Oh gitu, baiklah nyonya besar. Tapi kenapa suaramu kedengaran serak ya kaya orang habis nangis, aku gak salah denger kan?" tanya Martin, ia menoleh ke arah Flower. "Mana ada, kupingmu salah denger kali!" sahutnya, ia menutup mulutnya dengan sebelah tangannya."Coba nengok sini aku mau lihat, kamu jangan bohongin aku ya aku ini bukan
"Ya ampun, apa-apaan sih Si Andra? Setel musik kenceng banget masih pagi gini, berisik! Bukannya bantuin bini dikit kek, anter anak-anak gitu sekolah ini mah boro-boro malah sibuk sama Si Jablay Flower aja, najis! Gue yakin dia masih suka berhubungan sama Si Jablay, biar pun dua bulan ini dia anteng-anteng aja di rumah!" dumel Sari dalam hati. "Tunggu aja ntar pasti ada apesnya dia ketahuan sama gue chattingannya sama Si Jablay, serapih-rapihnya ditutupin tuh bangke pasti kecium juga. Gue sangat menantikan moment itu, biar pun hati gue sakit dan perih bagai disayat-sayat silet, kita tunggu saja!" ultimatumnya, ia tersenyum sinis melengos ke luar mengantar kedua anaknya sekolah sedangkan yang paling kecil masih terlelap.Kecurigaan dan feeling Puspitasari sebagai istri Andra sangat kuat, dia begitu yakin kalo suaminya masih menjalin hubungan dengan wanita yang berhasil membuat Andra berpaling darinya, Flower. "Bi, mamih belom pulang ya tadi Dede lihat kamar mamih masih kosong?" tanya
"Mau mandi, gak bebeb? Kalo mau aku ambilin handuknya, silahkan masuk dan anggap saja rumah sendiri." Flower merapihkan sendal mereka berdua ke lemari sendalnya."Mandi dong aku udah bobo kan tadi di mobil biar pun sebentar jadi bisa mandi, assalamualaikum." Martin masuk ke dalam. "Aku ikut rebaban bentar ya di sofa sayang, lurusin pinggang nih pada sakit pinggang aku tidur di jok mobil.” ijinnya, ia kretegin pinggang, tangan dan lehernya.Kreteg! Kreteg! Kreteg!Flower anggukkan kepalanya tersenyum lebar. "Wa'alaikumsalam, eh iya lupa kan ada kamar tamu rebahan di kamar tamu aja, ntar aku anterin handuknya ke kamar. Aku juga pada sakit nih pinggang, untung joknya kamu ke belakangin punya aku kalo gak leher aku juga pasti sakit." ia pun kretegin badannya seperti yang dilakukan kekasihnya, Martin anggukkan kepalanya.Kreteg! Kreteg! Kreteg!Flower berjalan duluan ke arah kamar tamu yang terletak tidak jauh dari kamarnya dan kamar anak-anaknya, Martin mengikuti di belakangnya. "Aroma h
Kring ... Kring ... "Halo.""Eh jablay gila, dasar pelakor, bisanya godain laki orang!" terdengar suara makian yang lantang dari seorang wanita yang baru saja teleponnya diangkat. "Waduh, siapa ini maki-maki gue, kenal juga kagak gue, lakinya siapa? cowok yang lagi deket sama gue banyak!" pikir dan ucapnya dalam hati sambil mengerlingkan matanya, dia terkejut mendengar ocehan cacian di telepon dari wanita yang belom jelas siapa lelaki yang dimaksudnya, yang berstatus suaminya."Makanya jadi istri harus bisa jaga suaminya, diservis yang bagus, biar suaminya gak jajan di luar! Lagian suami anda siapa ya? kenal juga tidak saya, maaf anda salah sambung!" sahutnya dengan santai, membuat wanita itu semakin murka, naik darah dan makiannya semakin menjadi-jadi. "Jangan pura-pura kagak kenal sama laki gue Si Andra, Andra Satya Astromeda, elo Flower kan? Eh jablay ngaca dong elo, emang elo nya aja yang kegatelan sama laki gue, dasar jablay murahan!" hinanya bertubi
"Jangan ngaku cantik kalau belum kena labrak istri orang!" kata-kata itu sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya, dan sudah menjadi semboyan dalam hidupnya semenjak dia berkecimpung terjun ke dunia malam, bekerja karaoke sebagai LC (Ladies Company) di salah satu hotel besar di kota metropolitan, Jakarta.Menemani customer menyanyi, minum alcohol, kadang harus mengkonsumsi narkoba, keluar masuk kamar hotel hanya untuk membuat costumernya puas dan senang. Dia sudah tidak memikirkan lagi soal badan dan kesehatannya, siang jadi malam, malam jadi siang, situasi dan kondisi hidupnya sudah tidak normal lagi, terbalik. Memang tidak semua lc diharuskan jadi lc++, tapi Flower Violetta memilih menjadi Lc++ karena dia telah menyandang status sebagai seorang janda, dan harus menghidupi kedua putri cantiknya yang kembar Alana dan Alena, yang ikut dengannya setelah bercerai dengan mantan suaminya Eugene White.Melihat kedua putrinya tidur dengan le
Hujan rintik-rintik dan alunan lagu slowrock Malaysia menemani selama perjalanan menuju tujuan tempat wisata berikutnya, yaitu Ciater. Yang berada di kota Subang. Dia mengendarai mobilnya pelan-pelan dengan kecepatan 60/km. Ketika sudah setengah jalan hujan mulai turun lebat, dia menurunkan kecepatannya dari 60/km menjadi 40/km. Kedua putri dan pembantunya sedang berada di alam mimpi. "Pernah juga kau pinta perpisahan aku sangkakan itu hanyalah gurauan ..." senandungnya dalam hati, seketika bulir-bulir bening tak terasa menetes membasahi kedua pipinya karena terlalu menghayati dan meresapi lagunya. Kemudian teringat saat berpisah dengan ayah dari kedua putrinya, dan kejadian-kejadian saat dilabrak oleh istri-istri para costumernya, sungguh sangat memilukan hatinya. Dalam hatinya ia ngedumel dan berkeluh kesah, tentang nasib dirinya sekaligus hidupnya."Kenapa jadi begini hidup aku? Kenapa dulu dia lebih memilih warisan orangtuanya?
Ternyata bukan dari istrinya Si Plontos Andra saja, tapi banyak lagi yang labrak. Dia pikir labrakan yang sudah lama sebelum istrinya Si Andra serta tiga istri costumernya yang lain, tidak akan mengiriminya pesan yang menghina dan mengancam lagi. Tapi ternyata mereka semua yang lama belum anggap masalah dengannya kelar, labrakannya berubah menjadi teror bukan hinaan dan ancaman lagi. Sadis!Di lain sisi... Si Andra jadi memikirkan apa yang akan di lakukan oleh istrinya yang bernama Puspitasari, jika mengetahui dia masih menjalin hubungan dengan janda beranak dua itu. Dia sudah berumah tangga dengan istrinya selama lima belas tahun dan dikaruniai empat orang anak lelaki. Istrinya berprofesi sebagai seorang bidan.Andra pun bimbang, gelisah, khawatir, pokoknya perasaannya campur aduk. Dia tidak bisa memutuskan hubungannya dengan wanita beranak dua itu, tapi di sisi lain dia juga tidak mau terjadi hal-hal yang buruk terjadi pada istrinya. Dia tida