Share

hanya robot

last update Last Updated: 2025-06-01 11:56:02

Setelah mengobrol banyak hal, Bima pamit undur diri, dia harus segera menghubungi nomor telepon yang dia harap memang bisa menghubungkannya dengan Louisa.

"Kemana lagi, Mas?" tanya pak Tri begitu mobil sudah meninggalkan panti.

"Pulang, Pak. Tapi nanti di jalan beli buah-buahan dulu. Takutnya stok di rumah sudah sedikit," kata Bima yang diangguki patuh oleh pak Tri.

Membawa kantong plastik berisi beberapa macam buah-buahan, Bima memasuki rumah dengan disambut suara tangis Louis. Dia segera menyimpan plastik yang dibawanya di meja ruang makan, lalu segera mencuci tangan sebelum menemui Louis yang terdengar masih menangis.

"Louis kenapa, Mbak?" tanya Bima saat Ajeng melintas setelah tadi membukakan pintu untuknya.

"Kurang tau, Mas. Padahal tadi anteng banget," jawab Ajeng.

"Kangen sama papanya mungkin. Tuh, papa udah datang loh, Mas Louis. Udahan nangisnya, ya?" Mela keluar kamar dengan menggendong Louis yang terus menangis.

"Sini sama saya, Mbak." Bima mengambil alih Loui
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    calon menantu pilihan

    "Bagaimana aku bisa tenang, Max? Kesalahan itu … kesalahan itu mungkin sudah diketahui Edward sejak lama, Max. Tapi aku baru menyadarinya tadi." Max berdiri tegang di depan Sarah. Meski dalam tatapan Sarah, laki-laki itu terlihat tetap tenang seperti biasa. "Saya tidak yakin, Nyonya." "Tapi dia jelas menanyakan padaku, apa aku pernah mengkhianati dia selama pernikahan, Max! Dan kesalahan itu … itu bukan satu pengkhianatan kan, Max? Kita tidak mengkhianati Edward. Kita hanya terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan. Benar kan, Max?!" pekik Sarah sambil berdiri di depan Max. "Pelankan suara anda, Nyonya. Nona Louisa bisa sadar kapan saja. Bukankah anda tidak ingin nona mengetahui tentang hal itu?" kata Max seakan menyadarkan Sarah. "Aku takut, Max. Aku takut kalau Edward sudah mengetahui kebenaran Louisa. Bagaimana aku bisa menjelaskan padanya tentang kesalahan itu?!" "Justru kalau Nyonya terus bersikap seperti ini--apalagi di depan Tuan Edward, bukan tidak mung

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    apa Edward mengetahuinya?

    "Katakan, apa kamu tidak merasa sudah mengkhianati aku, Sayang?" Edward membingkai wajah Sarah, menatap sendu pada istrinya yang masih terengah setelah tautan bibir mereka terlepas. "Edd … apa yang kamu katakan?" tanya Sarah balas menatap Edward yang langsung terkekeh. "Rupanya istriku tercinta ini benar-benar polos." Edward menjauh, lalu berbalik memunggungi Sarah yang jantungnya masih berdegup kencang mencerna apa yang dikatakan Edward. "Pergilah! Temui papa. Sampaikan salamku untuknya," kata Edward lalu melangkah ke meja kerjanya, "ah, aku belum sempat melihat Louisa lagi. Aku pasti kesana nanti bersama Jason. Calon suaminya." "Jangan keterlaluan, Edd!" sentak Sarah, namun Edward hanya menggeleng. "Aku tak membutuhkan pendapatmu, Sayang. Pergilah! Aku sibuk," usir Edward lalu menyibukkan diri tanpa menganggap Sarah masih ada di sana. "Kenapa kamu bersikap seperti ini padaku, Edd?" lirih Sarah yang berhasil membuat Edward berhenti dari sikap tak pedulinya. Laki-l

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    apa kamu tidak merasa?

    Edward mengusap pipinya yang terasa sakit, dengan gerakan tangan, dia meminta Alex mendekat. "Tunjukkan rekaman itu, Alex!" titahnya, Alex pun segera membuka ponselnya, dan menunjukan rekaman yang ada di dalamnya. "Lihat! Aku sebaik itu pada mantan menantu kita," kekeh Edward begitu ponsel Alex berpindah ke tangan Sarah yang membelalak melihat isi rekaman. "Cucuku," lirih Sarah begitu melihat sosok Bima yang duduk bersebelahan dengan seorang wanita yang menggendong bayi. Anak Bima, cucunya. Air mata Sarah berjatuhan, dia menangisi cucunya yang tidak pernah dilihatnya. "Salah apa dia hingga sekecil itu harus menerima kebencian darimu, Edd?" Sarah menatap suaminya dengan pilu, Edward memberi tanda agar Alex segera pergi. "Aku hanya menempatkan semuanya pada posisinya kembali, Sayang." Edward mengusap pipi Sarah, lalu dikecupnya pipi itu dengan lembut. "Apa maksudmu?" Edward menghempaskan punggungnya, sementara Sarah tak sabar menunggu suaminya kembali membuka suara.

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    kemarahan Sarah

    Sarah memasuki rumah, setelah mengatakan pada pelayan kalau dia pulang hanya untuk mengambil beberapa pakaian, dia pun bergerak naik ke lantai dua. Namun saat teringat dengan suaminya, wanita cantik itu memutar setengah badannya untuk bertanya. "Apa Tuan Edward ada di rumah?" "Iya, Nyonya. Bahkan tadi siang, Tuan Besar Wei juga datang kesini untuk bertemu dengan Tuan Besar. Tapi …." "Papa kesini?" ulang Sarah, dia bahkan urung menaiki anak tangga dan menghampiri pelayannya. "B-betul, Nyonya," jawab si pelayan dengan gugup. Dia heran bagaimana bisa dia lupa untuk menghubungi Sarah, dan mengatakan kalau Thomas dibawa oleh Sam ke rumah sakit setelah berbicara dengan Edward. Rupanya beberapa kejadian tak disangka di rumah tersebut, membuatnya jadi tidak bisa berpikir dengan jernih. Dia pasrah andai setelah dia mengatakan semuanya, sang nyonya akan marah padanya. "Ada apa? Kenapa kamu seperti gugup?" Sarah menatap tajam. Hatinya merasa tak enak, entah kabar tak menyenangk

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    hanya robot

    Setelah mengobrol banyak hal, Bima pamit undur diri, dia harus segera menghubungi nomor telepon yang dia harap memang bisa menghubungkannya dengan Louisa. "Kemana lagi, Mas?" tanya pak Tri begitu mobil sudah meninggalkan panti. "Pulang, Pak. Tapi nanti di jalan beli buah-buahan dulu. Takutnya stok di rumah sudah sedikit," kata Bima yang diangguki patuh oleh pak Tri. Membawa kantong plastik berisi beberapa macam buah-buahan, Bima memasuki rumah dengan disambut suara tangis Louis. Dia segera menyimpan plastik yang dibawanya di meja ruang makan, lalu segera mencuci tangan sebelum menemui Louis yang terdengar masih menangis. "Louis kenapa, Mbak?" tanya Bima saat Ajeng melintas setelah tadi membukakan pintu untuknya. "Kurang tau, Mas. Padahal tadi anteng banget," jawab Ajeng. "Kangen sama papanya mungkin. Tuh, papa udah datang loh, Mas Louis. Udahan nangisnya, ya?" Mela keluar kamar dengan menggendong Louis yang terus menangis. "Sini sama saya, Mbak." Bima mengambil alih Loui

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    satu keanehan

    Bima terdiam dengan mata terus menatap tak percaya. Di depannya layar mesin ATM itu menampilkan jumlah saldo tabungannya, tak seperti yang dia duga. "Bagaimana aku bisa punya uang sebanyak ini? Apa ini tidak salah?" gumam Bima, dia memang tetap bekerja setelah menikah dengan Louisa, tapi tak menyangka juga akan memiliki uang sebanyak hampir 3 M. "Ini pasti salah!" Bima masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia mengeluarkan kartu, lalu kembali memasukan ke mesin untuk mengecek ulang, namun hasil yang tertera tetap tak berubah, dia memang memiliki uang sebanyak itu dalam rekeningnya. "Dari mana uang sebanyak itu? Nggak mungkin Louisa mengirim uang itu padaku kan?" Bima menggeleng bingung. Hingga ketukan dari pintu kaca, membuatnya tersadar kalau saat ini banyak orang yang mengantre untuk menggunakan fasilitas umum tersebut. Setelah menarik uang seperlunya, Bima segera keluar dari ruangan kecil itu, beberapa orang menatap kesal padanya yang terlalu lama berada di dalam.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status