JANIN YANG KAU SURUH GUGURKAN, KINI JADI ANAK SUKSES 10Aku seperti pernah melihatnya.Siapa ya? Aku mencoba mengingat ingat.Oh iya, mereka adalah......."Tante Bella, Om Gio?" Sapaku. Mereka mengerutkan kening, Mungkin mereka tak mengingatku karena waktu itu aku masih kecil."Aku Tiara om, tante, anaknya almarhum bapak Hendra" jelasku."Ohh ya ampun Tiara, kamu udah besar nak" ia memelukku begitu aku memberitahunya bahwa aku anak pak Hendra, orang yang telah menolongnya ketika ia sedang gulung tikar. Dulu usahanya bangkrut, dan bapak meminjamkan modal yang lumayan cukup besar sehingga mereka bisa mendirikan lagi usaha."Eh tunggu, kamu bilang almarhum? Pak Hendra sudah meninggal?" Tanya nya seraya melepas pelukannya.Aku hanya mengangguk lemas "Iya tante, tak lama setelah aku menikah, bapak menghembuskan nafas terakhirnya" ucapku. Sedih rasanya kalo mengingat kini aku sudah tak punya orang tua."Innalilahi. Kamu pun sudah menikah pula? Yah telat berarti tante" Aku mengerutkan kenin
"Aku akan kirim video ini sama mas Alan, biar kamu beneran dicerein. Dan mas Alan nikahin akuuuu" Mendengar penuturan Indri aku biasa saja dan tetap melanjutkan ngobrol dengan Andi. Sementara Indri yang merasa diabaikan olehku pergi begitu saja dengan menghentak hentakan kakinya."Ibu masih mau disini? Sini kita ngopi bareng bu" ajakku."Eleehhh ngapain juga aku disini, mending aku kejar tuh calon mantuku. Kamu siap siap, bakalan dicerein sama Alan" ucapnya lalu pergi menyusul Indri yang katanya calon menantunya itu."Di, maaf ya. Kelakuan yang tak mengenakkan dari mertua aku sama mantannya suamiku itu" ucapku."Mantan Alan? Kenapa mertuamu ngomongnya calon menantu. Apa dia punya anak laki laki yang belum nikah?" Tanyanya."Ngga, dia terobsesi mau jadi istrinya mas Alan. Kalo ibu, dulu dia gak seperti itu. Tapi semenjak aku di phk di kantor terus tinggal di rumahnya, aku dianggap seolah olah beban baginya" tanpa sadar aku menceritakan keburukan mertuaku."Astagfirullah, maaf ya. Aku
Setelah dirasa cukup lama berada di kamar mandi aku pun mengendap endap keluar mengintip apakah Indri masih ada di sana atau tidak. Ternyata Indri sudah pergi dari sana. Aku pun keluar dengan perasaan lega dan menghampiri Mela yang masih menunggu di kasir."Mel, kamu balik ke dapur lagi aja" titah ku."Iya bu, kenapa tumben ibu ninggalin kasir. Biasanya juga mau BAB pun ibu tahan hehe" canda Mela. Bukan ia tak sopan berbicara seperti itu padaku selaku pemilik usaha ini. Tapi aku sendiri yang menginginkan kita selayaknya teman aja, biar tidak kaku. Tapi mereka masih tahu batasan."Aku harus pulang cepet nih takut Indri udah liat aku disini terus kasih tahu ibu kan berabe" gumamku."Mel, Rani. Saya pulang duluan ya, ada urusan" ucapku."Terus, kasirnya bu?" Tanya Rani."Kalian gantian aja, aku harus buru buru pulang" pamitku seraya melambaikan tangan dan berjalan cepat keluar kedai.Karena aku tak membawa motor, aku pun menghentikan angkutan umum dan menaikinya.Setelah 13 menit perjal
Setelah mengucapkan itu, ibu pergi ke kamar dan menutup pintu keras keras.Sri yang melihat ibunya seperti itu mengernyitkan alisnya mungkin merasa aneh."Ibu kenapa gitu ya? Maafin ibu ya mbak" ucap Sri."Iya gak papa, udah biasa kok""Mungkin, ibu gak senang karena rencananya gagal" jawabku."Rencana apa memangnya?" Tanyanya penasaran."Kalo mbak gak kunjung hamil, mas Alan akan dinikahkan dengan Indri" "Hah, ngga ngga jangan. Mas ih jangan mau, mas tahu sendiri kan kabar yang beredar kalo Indri kerja di luar negri tuh jadi simpenan majikannya" jelasnya yang membuatku melongo."Emangnya mas mau sama cewe yang udah digarap sama laki laki lain?" Tanya Sri yang membuat mas Alan bergidik."Hiiii yah nggak lah, bisa bisa mas terkena penyakit lagi"**Keesokan hari setelah aku melakukan testpack, aku pergi ke bidan untuk memastikan kehamilanku. Tentunya aku diantar mas Alan selepas ia pulang dari pabrik.Dan ternyata benar, kehamilanku kini berusia lima minggu. Masa masa yang rentan terj
"ahh iya, dia teman kerjaku dulu" ucapku berbohong."Ohh, wah banting setir ya yang dulunya kerja diperusahaan sekarang jadi pelayan. Emangnya gak gengsi gitu kak?" Tuh kan apa kataku juga. Sri kali udah ngomong gak disaring, langsung ceplas ceplos aja. Untungnya Rani sudah kembali ke kasir lagi."Ya gapapa yang penting kan halal" jawabku.Kami berdua pun kembali pulang ke rumah. Ternyata Indri masih disana, tentu saja bersama ibu. Dan rujak yang tadi ia bawa pun masih utuh.Ehh ngga ngga, lebih tepatnya nanas mudanya yang masih utuh. Mangga mudanya sudah habis. Lagian siapa yang mau menghabiskan nanas muda sebanyak itu. Yang ada lidah terasa kebas kalo memakan semua nanas itu.Sri dan aku melewati mereka begitu saja. Sekarang aku harus lebih ekstra berhati hati sama mereka. Aku jadi ngeri bagaimana kalau mereka nekat mencelakai aku dan calon bayiku ya.Aku lebih memilih masuk ke kamar dan merebahkan tubuh yang akhir akhir ini terasa cepat lelah. Tapi Alhamdulillah nya di trimester p
Pov AlanSaat itu, Tiara meminta izin kepadaku untuk melepas KB. Katanya, dia takut kalau yang dibicarakan ibu benar terjadi. Dia takut kalau dia tak kunjung hamil, aku akan menikah dengan Indri. Padahal, aku masih membenci Indri. Sangat malah, tapi aku berusaha melupakan kejadian itu semua karena aku sudah menemukan pengganti yang sangat jauh lebih baik darinya. Ya, Tiara, istriku yang paling aku cintai. Mengingat kejadian beberapa tahun lalu saat aku masih mempunyai hubungan dengan Indri. Kami sudah berencana untuk menikah karena ya hubungan kami sudah hampir menginjak 3 tahun lebih.Ibu sangat tak suka pada Indri karena penampilannya yang kata ibu seperti baju yang kekurangan bahan. Memang Indri selalu memakai baju crop tanpa lengan dan celana atau rok pendek sejengkal diatas lutut yang sobek sobek pula.Sifatnya pun begitu, memang rada rada ga ada akhlak. Dulu aku mewajarkan saja sikapnya dia yang begitu. Karena ia hanya tinggal sendiri. Dulu orang tuanya bercerai saat Indri mas
Sepulang dari rumah Indri, aku bercerita kepada ibu dan bapak tentang apa yang dilihatku tadi. Aku kaget dengan reaksi ibu."Udah maafin saja cuman masalah kecil aja kok dibesar besarkan. Gak dewasa kamu, harusnya kamu ngomong baik baik sama Indri, bukannya malah langsung mutusin gitu aja. Minggu ini kita kan mau ke rumah Indri untuk melamarnya" jelas ibu. "Bu, masalah kecil dari mananya? Jelas jelas itu masalah yang sangat besar. Aku mati matian menahan hasrat dan hawa nafsu ketika sedang dengan Indri yang selalu memakai pakaian minim. Tetapi ia begitu mudahnya bercinta dengan pria lain""Iya iyaa ibu ngerti udah maafin saja, nanti kalau sudah nikah dia bakal berubah" ibu berusaha membujukku."Asal ibu tahu, saat dia sedang asyik asyiknya memadu kasih dengan pria yang katanya itu mantannya. Indri ngomong dia akan tetap ngelakuin itu kalo mantan atau pun lelaki lain ada yang mengajaknya" ucapku meledak ledak."Tapi kan Indri banyak duit Lan. Dia selalu memberi ibu uang banyak" "Oohh
Akhirnya aku sampai di rumah. Karena teringat terus dengan Tiara, aku langsung membuka ponsel dan mengirimi pesan kepada Tiara.(Assalamualaikum, Ra ayah mu masih marah?) Ceklis dua abu yang seperkian detik langsung berubah menjadi biru yang sudah dibaca. Ia terlihat sedang mengetik.(Waalaikum salam, ayah gak marah kok. Dia orangnya gak banyak ngomong dan cuek, jadi kelihatannya marah. Tapi dia baik kok) balasnya yang membuatku kembali bersemangat mengejar cinta Tiara."Ahh aku kirim pesan permintaan maaf aja kali ya ke ayahnya Tiara?" Gumamku."Patut dicoba, siapa tahu dikasih lampu hijau" gumamku lagi.Sebelum mengirim pesan kepada ayahnya Tiara, tak lupa aku membalas pesan Tiara terlebih dahulu.(Assalamualaikum, om ini saya Alan. Yang antar Tiara pulang tadi. Saya minta maaf om, Tiara pulangnya telat. Saya janji besok besok kalau saya jalan sama Tiara, dia gak akan telat pulang) Tak disangka, ayahnya Tiara sedang mengetik. Tetapi tak kunjung ada balasan, terus saja sedang menget