"Tuhan tolong hentikan waktu untuk saat ini saja, aku ingin terus bersamanya seperti ini."Layla Mumtazah.***Pintu kamar terdengar terbuka, membuat Abizar segera menarik diri dan segera berdiri di samping Alesha. Rasa canggung dan malu kini jelas menggelayuti hati pasangan suami istri itu karena terpergok oleh mertua sendiri.Tante Mutiara kemudian menatap menantu dan putrinya itu sambil berkata, "Maaf, Mama lupa mengetuk pintu karena terbiasa masuk begitu saja ke kamar Alesha."Abizar tersenyum walau terlihat sekali jika ia tengah canggung saat ini."Mama akan siapkan makanan untuk makan malam, oke?" Wanita cantik itu segera meninggalkan kamar Alesha dan menutup pintu kamar dengan rapat.Meninggalkan pasangan yang merasa canggung saat ini, bagaimana bisa ciuman itu terjadi begitu saja dengan tiba-tiba dan justru terpergok oleh sang mertua."Maaf, aku akan ke kamar mandi," ucap Alesha karena bingung harus melakukan apa saat ini.Abizar hanya terdiam, tetapi mata tajamnya itu terus m
"Dulu kita begitu dekat bagaikan jari telunjuk dan tengah, tetapi sekarang kita seakan-akan bagai dua orang asing yang baru berjumpa."Layla Mumtazah.***Abizar segera merebahkan diri di samping Alesha setelah mengecup lembut kening sang istri. Laki-laki yang tengah bertelanjang dada itu lalu memeluk Alesha yang saat ini berbaring di lengan kirinya, perempuan cantik dengan rambut sedikit acak-acakan itu memejamkan mata dan tertidur begitu pulas, dipandanginya wajah sang istri, entah mengapa ia tak bisa berdusta bahwa ia benar-benar tulus mencinta Alesha.Melihat layar ponselnya menyala, membuat Abizar segera meraih alat komunikasi itu dengan tangan kanannya. Ia melihat dua pesan dari Arum. Membuat Abizar mengerenyitkan dahi, untuk apa istri kakaknya itu mengiriminya pesan di jam dua belas malam seperti saat ini.[Bagaimana bisa kamu ingin Alesha kembali dalam hidupmu lagi setelah apa yang ia lakukan? Apakah begitu mudah kamu melupakan Fatimah dan calon anakmu.][Baiklah, aku rasa kam
"Ajarkan aku membunuh rasa ini karena aku sadar kamu telah semakin jauh melangkah."Layla Mumtazah***Subuh ini air mengguyur dengan derasnya dari langit, akhir-akhir ini memang hujan sering turun karena sudah mulai masuk musim penghujan. Alesha baru saja akan melepaskan mukena yang ia kenakan saat Abizar masuk ke kamar.Laki-laki yang saat ini mengenakan baju koko putih dan sarung batik itu tersenyum melihat sang istri yang telah selesai shalat. Abizar segera memeluk Alesha yang kini tengah berdiri membelakanginya setelah menutup pintu kamar."Jangan mulai lagi," ucap Alesha mengingatkan."Kenapa? Apakah ada larangan untuk aku tak boleh memelukmu?" jawab Abizar tepat di telinga sang istri yang masih tertutup mukena."Tidak ada, tapi pagi ini aku harus ke dapur untuk membantu Ummi," ujar Alesha sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan sang suami.Abizar meletakkan dagunya di pundak Alesha lalu berbisik, "Cuacanya dingin sekali, apakah kamu tak ingin mencari kehangatan?"Mendengar
"Bagaimana bisa bersatu tanpa ikatan cinta? Apakah kamu pikir ini negeri dongeng Cinderella yang cinta bisa terjadi dalam satu malam?"Layla Mumtazah***Kamar mewah nan besar itu, hanya menjadi kekosongan penuh keheningan bagai kuburan untuk Kyoona. Setelah sang ibu menyusul ayahnya untuk tinggal di Korea, kini Andre juga memilih untuk meninggalkan Indonesia.Kyoona tak memiliki harapan lagi untuk bisa bersama Excel, cinta yang dulu begitu menggebu kini mulai hampar. Bukan berarti perempuan berambut panjang itu tak lagi memiliki rasa pada Excel, tetapi ia telah lelah. Ini saatnya ia berhenti untuk merendahkan harga dirinya sendiri.Excel sama sekali tak menginginkan dirinya atau pun anak yang tengah ia kandung saat ini, hal itu membuat Kyoona memutuskan untuk menyetujui usul sang kakak untuk meninggalkan Indonesia sementara waktu, semua bisnis keluarga akan diurus dari sana, walau pasti semua tak akan semudah itu.Namun, Kyoona menyetujui perkataan sang kakak. Menikah dengan Excel ju
"Hentikan debaran ini yang membuatku merasa sesak karena tak bisa memiliki dirimu."Layla Mumtazah.***Arum yang hari ini mengenakan gamis dusty pink dengan garis hitam di kedua sisi lengannya dipadukan dengan jilbab hitam menutupi dada membuatnya nampak begitu anggun, sama seperti saat Kyoona melihatnya tiga tahun yang lalu."Bawa semuanya," titah Arum yang dibarengi dengan anggukan kepala Alesha.Di ruang tamu itu Kyoona masih berdiri menatap wanita yang kini berada di hadapannya setelah Alesha masuk untuk meletakkan kantong-kantong plastik di dapur."Tunggu," ucap Kyoona saat Arum melewatinya begitu saja.Perempuan berjilbab hitam itu menghentikan langkah kakinya dan menoleh, ia mengerutkan kening saat melihat Kyoona, mata Arum melihat dari ujung kepala hingga ke kaki sahabat Alesha itu."Iya, ada apa?" tanya Arum sambil menatap Kyoona."Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Kyoona yang membuat Arum menaikan kedua pundaknya."Aku rasa kita tak pernah bertemu karena aku baru
"Kamu adalah awan saat sinar matahari begitu terik."Layla Mumtazah.***Apa itu cinta?Aku rasa tak ada yang bisa menjelaskan apa itu cinta dengan baik bahkan, sekelas pujangga pun. Kecuali seseorang yang sedang jatuh cinta dan itu adalah aku."Assalammualaikum, Bi ... ada apa bidadariku?" ucap Abziar saat menerima panggilan telepon dari Alesha."Waalaikumsalam, suamiku," balas Alesha tak kalah lembut dari suara Abizar."Mendengar suara istriku ini membuatku ingin buru-buru pulang," ucap Abizar sambil menatap layar laptopnya."Mau ngapain?""Mau bikin adonan kue bolu sama kamu, Bi," ujar Abizar membuat Alesha tersipu malu.Sekertaris Abizar yang masih berdiri di sampingnya saat ini hanya bisa menahan senyum mendengar perkataan sang bos. Ia tak menyangka saja bahwa sang bos masih harus masuk ke dapur untuk membantu sang istri memasak dan membuat kue."Kenapa kamu masih di sini, aku akan panggil lagi nanti setelah semuanya selesai aku tanda tangani," kata Abizar membuat pria itu mengan
"Apa pun akan aku lakukan untukmu, walau jarum jam bergerak berbalik arah pun aku akan tetap ada untukmu."Layla Mumtazah.***Arum menatap kosong untuk sesaat saat mendengar ucapan Alesha, tetapi ia lalu berkata dengan cepat. "Mungkin kamu sudah lupa aku pernah berkata bahwa aku tak ada di sana saat kejadian itu terjadi. Apakah sekarang kamu ingin menuduhku?"Alesha tersenyum tipis melihat raut takut di wajah Arum. "Aku hanya bertanya bukan menuduh.""Apakah kamu sedang berusaha untuk mengambing hitamkan aku atas kesalahanmu?" Arum memicingkan mata pada Alesha."Aku hanya bertanya Mba, kenapa Mba berpikiran sejauh ini.""Dengar baik-baik Alesha, Fatimah itu sahabatku, satu kamar sejak di pesantren, satu rumah setelah kami menikah, jadi kamu jangan memfitnah diriku."Alesha memilih diam, melihat bahwa Arum seperti terusik dan tak suka dengan pertanyaannya, membuat istri Abizar itu semakin yakin pasti ada sesuatu tiga tahun yang lalu.***Malam tiba dengan cepat, setelah sore hujan men
"Aku tanpamu bagaikan dunia tanpa internet."Layla Mumtazah***Abizar segera bangkit dan duduk di hadapan Alesha. "Apa yang kamu bicarakan ini?""Mba Arum selalu mengatakan bahwa ia tak ada di tempat kejadian kecelakaan itu, tapi Kyoona melihatnya. Kyoona begitu yakin bahwa wanita yang ia lihat di dekat TKP adalah Mba Arum."Abizar tiba-tiba terdiam, ia menatap wajah Alesha. "Malam itu Fatimah mengatakan akan bertemu dengan Arum, tetapi saat itu Arum mengatakan bahwa ia tak jadi menemui Fatimah, hal itu membuatku menyusulnya dan meninggalkannya sebentar untuk membeli es krim sebelum kejadian itu terjadi.""Apakah kamu yakin bahwa Mba Arum gak jadi datang malam itu?""Entahlah, aku tak sempat berpikir apa pun, melihat tubuh Fatimah bersimbah darah di hadapanku.""Maafkan aku," lirih Alesha penuh penyesalan.Abizar segera merengkuh tubuh Alesha dan memeluknya dengan erat. "Ini bukan kesalahanmu. Lupakan saja, semua sudah takdir dari Allah."Alesha menenggelamkan wajahnya dalam dekapan