Share

Bab 7

Penulis: Layla Mumtazah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-03 09:48:53

"Berikan aku sedikit waktu untuk bisa melakukannya," pinta Alesha dengan cepat. "Sampai aku benar-benar siap untuk menjadi istrimu."

~Alesha Syaqueena

***

"Istri?" Wanita bergamis hitam itu menatap Alesha. "Bagaimana kamu bisa menikah tanpa memberitahu?"

"Kakak bilang ada urusan pekerjaan di luar kota, kenapa tiba-tiba menikah?" tanya adik Abizar bernama Zahrah.

"Istrimu ...?" tatapan sinis Alesha dapat dari kakak ipar Abizar. Arum namanya.

Abizar sendiri memiliki dua saudara, kakak pertamanya laki-laki bernama Ansyar, sudah menikah dengan Arum dan memiliki seorang putri berumur lima tahun. Zahrah adik bungsu Abizar yang masih duduk di kelas tiga SMA. Sementara Abizar sendiri anak kedua.

Namun, kisah rumah tangganya tak berjalan dengan baik. Ia kehilangan sang istri saat mengalami kecelakaan dan istrinya meninggal dunia.

Alesha mendekat dan mencium takzim ibu mertuanya. Sebisa mungkin ia tersenyum manis.

"Kamu sudah makan, Nak?" tanya ummi Abizar.

Alesha mengangguk. Waktu perjalanan ke sini tadi dia memang memakan satu potong roti.

"Jika masih lapar, kita bisa makan bersama," ucap Ummi lagi.

"Maaf, Ummi, sebenarnya Alesha sudah kenyang," jawabnya lembut.

"Abizar, coba nasehati istrimu itu. Tutup rambutnya. Di sini kan, ada Mas Ansyar," ujar Arum yang memakai jilbab hitam segi empat panjang itu menatap tak suka ke arah Alesha.

"Arum, kamu ini. Alesha akan menyesuaikan dirinya nanti dengan sendirinya," ucap Ummi lalu meminta Abizar untuk membawa Alesha ke kamarnya.

Abizar mengangguk. Pasangan pengantin baru itu kini telah semakin menjauh dari tempat makan untuk menuju ke kamar.

"Mi, kenapa sih, dibiarkan saja Abizar menikah dengan gadis itu?" protes Arum.

"Emang apa yang harus Ummi lakukan? Mereka juga sudah menikah."

"Iya, tapi kita bahkan, tidak tahu mereka menikah di mana? Siapa gadis itu? Apa latar belakangnya?" Arum terus berkomentar.

"Ummi percaya pada Abizar, pasti ada alasan kenapa ia menikah diam-diam dan mendadak seperti itu."

"Ummi ini gimana sih? Harusnya pertanyakan dulu pernikahan mereka." Arum terlihat kesal.

"Kamu ini apa-apaan, sih? Kamu kenapa malah mendebat, Ummi?" Ansyar akhirnya menegur sang istri. "Abizar itu pihak laki-laki, dia gak butuh wali seperti pihak wanita."

Arum langsung terdiam. Wanita berusia 29 tahun itu tak berkata lagi jika sang suami sudah angkat bicara.

"Zahrah, Arum, Ansyar, Ummi minta biarkan saja Abizar dan istrinya, jangan banyak bertanya-tanya dulu. Setelah kematian Fatimah, Ummi baru kali ini melihat Abizar seperti hidup lagi."

"Baik, Ummi," ucap Zahra.

Sementara Ansyar hanya mengangguk dan Arum hanya diam saja.

"Dan untuk Abi, biar Ummi dan Abizar saja yang akan mengatakan semua ini."

***

Alesha yang baru saja selesai mandi dan masih mengenakan handuk, terkejut saat melihat Abizar yang baru masuk kamar sembari membawa ceret kaca kecil berisi air minum.

"Astaghfirullah," ucap Abizar sambil berusaha menutup matanya.

Sementara Alesha kembali lagi masuk ke kamar mandi dan menutup pintu.

"Maaf, aku gak tahu kalau kamu ...." ucap Abizar.

"Gak papa, aku yang salah harusnya aku memakai baju di kamar mandi saja," jawab Alesha.

Sebenarnya, apa yang tengah dua insan ini lakukan. Bukankah mereka pasangan suami istri.

Namun, anehnya justru mereka tampak seperti dua orang asing.

"Kamu bisa menolongku mengambilkan bajuku di dalam koper?" tanya Alesha yang masih berada di dalam kamar mandi.

"Baiklah, akan aku ambilkan," ucap Abizar sambil membuka koper bewarna ungu itu.

"Tolong ambilkan aku baju tidur, ya. Celananya panjang warna putih dan bajunya juga panjang warna putih dengan bunga-bunga kecil bewarna merah muda." Alesha memberikan petunjuk.

Abizar mulai membongkar isi koper untuk mencari baju yang Alesha inginkan. Namun, kini tatapan Abizar terpaku pada sepasang celana dalam dan BH bewarna hitam.

Ya, Allah, kenapa melihat begini saja membuat tanganku bergetar? batin Abizar.

"Apakah kamu juga membutuhkan celana dalam?" tanya Abizar karena melihat dalaman hitam itu.

Alesha yang berada di dalam kamar mandi, menutup mulutnya rapat dengan kedua tangan.

Sungguh sangat memalukan. Haruskah ia bertanya seperti itu? Batinnya berbicara sendiri.

Gadis cantik berambut panjang itu menarik napasnya berkali-kali. Ini kali pertama ada pria lain yang melihat dalaman yang ia miliki. Jantung Alesha berdebar cukup kencang merasakan adrenalin ini.

"Haruskah aku juga membawakannya?" tanya Abizar lagi untuk memastikan.

Alesha menghela napas berat lalu berkata, "Bisakah kamu tutup mata saat meraihnya?"

"Apa? Bagaimana bisa aku meraihnya jika tutup mata?" protes Abizar.

"Baiklah, bawa sini. Tapi jangan coba-coba mengintipku." Ancam Alesha.

"Tenang saja, aku tak akan macam-macam."

Abizar mengetuk pintu, ia segera memejamkan mata dan menyodorkan pakaian Alesha. Gadis itu segera menutup pintu kembali saat sudah mendapatkan bajunya.

Sungguh pasangan yang aneh.

***

Mata Abizar seakan-akan enggan terpejam menatap langit-langit kamar. Ia bingung dengan apa yang ada dipikirannya saat ini dan apa yang ingin ia lakukan sekarang.

Sementara Alesha yang kini tidur di samping Abizar juga tak dapat memejamkan mata. Ia benar-benar takut jika akan terjadi sesuatu di antara mereka.

Abizar dan Alesha kini justru berbalik bersamaan, membuat mata mereka tak sengaja saling beradu.

"Aku ...," ucap mereka lagi-lagi berbarengan.

"Kamu duluan," ucap Abizar mengalah.

"Aku ... apakah kamu? Maksudku ... apakah kita akan?" Perkataan Alesha membuat Abizar bingung.

"Kamu mencoba mengatakan apa?" Laki-laki itu mengerutkan keningnya.

"Maksudku ... aku belum siap untuk ...." Alesha berkata lirih sambil menggigit bibir bawahnya.

Abizar menatap mata Alesha, gadis yang selalu saja menangis saat bertemu dengannya itu kini berada di sisinya. Sejujurnya, jiwa laki-lakinya pasti ingin memeluk dan melakukan malam pertamanya saat ini. Setelah dua hari mereka tinggal di kamar rumah sakit.

"Berikan aku sedikit waktu untuk bisa melakukannya," pinta Alesha dengan cepat. "Sampai aku benar-benar siap untuk menjadi istrimu."

Abizar hanya bisa diam memandangi wajah sang istri yang terlihat cemas. Sebenarnya, Abizar sendiri pun tak bisa menahan detak jantungnya yang terus memompa aliran darah begitu cepat. Sehingga menciptakan debaran yang semakin tak terkendali.

"Apakah menurutmu aku akan memaksamu?" tanya Abizar berusaha menahan dirinya sendiri saat ini.

"Apakah kamu tidak akan ... maksudku, hal itu ...." Alesha benar-benar gugup. "Apakah, tidak apa-apa, jika kamu harus menunggu kesiapanku?"

"Tenanglah, lebih baik saat ini pejamkan matamu dan tidur." Abizar lalu membalik tubuhnya membelakangi Alesha. Laki-laki berkaos putih itu menggigit kepalan jarinya sendiri karena menahan rasa yang tak terkendali.

"Kamu marah?" tanya Alesha lagi tak enak.

Abizar hanya menggeleng tak menjawab.

"Jika kamu tak marah, kenapa membelakangiku?"

Abizar menggeleng lagi tanpa bersuara.

Sejujurnya Alesha merasa bersalah. Namun, ia juga tak bisa memaksakan dirinya.

"Aku mohon tidurlah," ucap Abizar akhirnya.

Namun, kali ini justru tak ada jawaban dari Alesha. Membuat Abizar segera membalikkan tubuh dan melihat sang istri telah tidur dengan manisnya.

Entah mengapa, Abizar memilih mendekat dan meletakkan lengannya di bawah kepala Alesha dengan perlahan. Ia lalu memandangi wajah sang istri dan menyelipkan rambut yang jatuh di wajah putih Alesha.

Abizar dengan takut-takut mengecup pucuk kepala gadis yang kini telah resmi menjadi istrinya, ia takut gadis itu terganggu dan terbangun. Ia lalu memejamkan mata. Tanpa sepengetahuan Abizar sebenarnya Alesha belum tertidur.

Alesha kini membuka matanya dan menatap seorang pria yang baru ia kenal memperlakukan dirinya dengan begitu baik sebagai seorang wanita dan juga istri.

'Kenapa Excel tak bisa memperlakukanku dengan baik?'

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 60

    "Biarkan aku membagi rasa ini, rasa yang hampir mati dan menjadi abu."Layla Mumtazah***Arum terbangun dengan keringat dingin yang membasahi wajahnya, ia tak pernah bisa tertidur nyenyak saat wajah pucat Fatimah selalu datang dalam mimpinya. Berkali-kali ia berusaha menenangkan diri karena tak ingin membuat Ansyar terbangun.Perempuan cantik dengan mata indah itu bangkit dari tempat tidur, ia melangkah ke kamar mandi untuk mencuci wajah, tetapi saat ia hendak mencuci muka justru adegan kecelakaan Fatimah seakan-akan terlihat jelas di kaca seperti layar bioskop yang sedang memutar film. Lalu tiba-tiba sosok Fatimah berwajah pucat berdiri di hadapannya, memiringkan kepala dan tersenyum miring dengan tatapan kosong.Tubuh Arum seketika merosot ke lantai, ia tak mampu untuk berteriak karena merasakan sekujur tubuhnya lemas seketika. "Aku mohon berhenti menggangguku," lirihnya sambil memejamkan mata."Apakah kamu tak ingin menebus dosamu padaku, berhentilah mengganggu kehidupan Abizar."

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 59

    "Sekali memulai aku tak dapat mengakhirinya."Layla Mumtazah***"Ummi, ini jus untuk Alesha," ucap Arum sembari tersenyum. Wanita berjilbab moca itu meletakkan gelas berisi jus buah di atas meja, akan ada permainan kecil untuk Alesha saat ini. Hal itu tentu saja membuat Arum tersenyum senang."Rum, kamu tahu kan, Alesha tengah hamil saat ini, ia mulai mengalami mual jika mencium bau-bauan. Jadi untuk sementara jangan biarkan dia mencuci baju dan piring untuk menghindari mual yang lebih parah karena mencium sabun-sabun itu," ujar ummi yang tentu saja membuat Arum kesal.Saat ini seisi rumah seakan-akan berpusat pada Alesha, semua orang ingin memperhatikan dirinya sebagai ratu.Arum menatap sembari menggangguk patuh pada sang mertua. "Baik ummi, tenang saja Arum mengerti."Ummi yang telah selesai mencuci piring, menggelap tangganya yang basah lalu menyentuh pundak Arum dan tersenyum. "Semoga kamu dan Ansyar juga disegerakan memilki momongan lagi, ya."Arum mengangguk, ia terpaksa ters

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 58

    "Aku milikmu atas kehendak Allah, jagalah aku seperti ibuku menjagaku sewaktu kecil."Layla Mumtazah.***Sore ini Alesha meminta izin untuk pergi ke suatu tempat, tentu saja ia tak pergi sendiri karena sang pawang tak akan membiarkan perempuan secantik bidadari itu untuk pergi sendirian."Jadi kita mau ke mana, Bi?" tanya Abizar."Nanti kamu juga akan tahu," ujar Alesha sembari menatap ke luar kaca.Kurang lebih dua puluh lima menit perjalanan dengan mobil pastinya, kini Alesha sudah sampai ketempat tujuan yang ia inginkan. Perempuan berjilbab hitam itu terduduk di tanah sembari menyentuh batu nisan sang ayah."Pa, maafkan Alesha, baru sekarang datang ke sini. Pa, sekarang Alesha sudah menikah," ucap perempuan berkulit putih itu dengan mata berkaca-kaca.Abizar menyentuh pundak Alesha, ia menoleh sembari mengangguk."Papa, Alesha rindu, saat tahu bahwa Alesha hamil, Alesha benar-benar teringat akan Papa. Alesha ingin sekali bisa bermanja-manja dengan Papa seperti saat kecil dulu, tet

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 57

    "Kebahagiaan itu akan hadir ketika keikhlasan mulai menguasai hati."Layla Mumtazah."Bi, ini ...?" Abizar menatap Alesha penuh dengan kebahagiaan juga rasa haru.Alesha mengangguk-angguk menatap mata Abizar yang mulai menitikkan butir bening."Alhamdulillah, ya, Allah, alhamdulilah," ucap syukur Abizar sembari memeluk erat tubuh Alesha."Kamu akan jadi seorang ayah dan aku akan menjadi seorang ibu," ujar Alesha sembari menangis.Laki-laki berkemeja putih polos itu lalu melepaskan pelukan dari sang istri, meletakkan kedua tangan di pundak Alesha dan berkata, "Mulai saat ini, kamu harus jaga kesehatan untuk dirimu dan calon anak kita, kamu harus menjaga makanan, vitamin, tak boleh bergadang, jangan kerja keras, semuanya harus sesuai dengan apa yang aku katakan."Alesha terdiam, ia merasa heran dengan sifat Abizar saat ini, perempuan cantik itu merasa ada sisi posesif sang suami yang tiba-tiba muncul."Akan ada janin yang tumbuh dalam rahimmu, akan ada kehadiran malaikat kecil dalam hid

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 56

    "Terkadang kita hanya mau tahu dengan egois meminta yang terbaik, tanpa mau tahu bahwa Allah telah mempersiapkan yang lebih baik dari yang kita minta."Layla Mumtazah.Alesha menelan ludahnya sendiri saat melihat Ansyar berdiri di sana sembari menatap heran, di samping laki-laki berkemeja maroon itu Nisya tengah berdiri sambil tersenyum manis melihat wajah sang ibu, Arum. Sementara Zahrah berada di belakang punggung sang kakak."Apakah saat ini sudah waktunya sarapan?" tanya Alesha tiba-tiba mencoba mencairkan suasana.Nisya mengangguk. Sementara Ansyar terlihat memicingkan mata menatap sang istri.Arum bergegas membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arah putrinya. "Nisya, ke sini Sayang, duduklah," pinta Arum sambir menarik kursi.Tentu saja gadis kecil berjilbab merah muda itu segera menuruti apa perkataan sang ibu, Ansyar dan Zahrah pun bergegas duduk dan menunggu sarapan mereka.Abizar mau tak mau pun akhirnya memilih untuk duduk bersama, meninggalkan Alesha yang buru-buru menyeles

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 55

    "Aku tanpamu bagaikan dunia tanpa internet."Layla Mumtazah***Abizar segera bangkit dan duduk di hadapan Alesha. "Apa yang kamu bicarakan ini?""Mba Arum selalu mengatakan bahwa ia tak ada di tempat kejadian kecelakaan itu, tapi Kyoona melihatnya. Kyoona begitu yakin bahwa wanita yang ia lihat di dekat TKP adalah Mba Arum."Abizar tiba-tiba terdiam, ia menatap wajah Alesha. "Malam itu Fatimah mengatakan akan bertemu dengan Arum, tetapi saat itu Arum mengatakan bahwa ia tak jadi menemui Fatimah, hal itu membuatku menyusulnya dan meninggalkannya sebentar untuk membeli es krim sebelum kejadian itu terjadi.""Apakah kamu yakin bahwa Mba Arum gak jadi datang malam itu?""Entahlah, aku tak sempat berpikir apa pun, melihat tubuh Fatimah bersimbah darah di hadapanku.""Maafkan aku," lirih Alesha penuh penyesalan.Abizar segera merengkuh tubuh Alesha dan memeluknya dengan erat. "Ini bukan kesalahanmu. Lupakan saja, semua sudah takdir dari Allah."Alesha menenggelamkan wajahnya dalam dekapan

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 54

    "Apa pun akan aku lakukan untukmu, walau jarum jam bergerak berbalik arah pun aku akan tetap ada untukmu."Layla Mumtazah.***Arum menatap kosong untuk sesaat saat mendengar ucapan Alesha, tetapi ia lalu berkata dengan cepat. "Mungkin kamu sudah lupa aku pernah berkata bahwa aku tak ada di sana saat kejadian itu terjadi. Apakah sekarang kamu ingin menuduhku?"Alesha tersenyum tipis melihat raut takut di wajah Arum. "Aku hanya bertanya bukan menuduh.""Apakah kamu sedang berusaha untuk mengambing hitamkan aku atas kesalahanmu?" Arum memicingkan mata pada Alesha."Aku hanya bertanya Mba, kenapa Mba berpikiran sejauh ini.""Dengar baik-baik Alesha, Fatimah itu sahabatku, satu kamar sejak di pesantren, satu rumah setelah kami menikah, jadi kamu jangan memfitnah diriku."Alesha memilih diam, melihat bahwa Arum seperti terusik dan tak suka dengan pertanyaannya, membuat istri Abizar itu semakin yakin pasti ada sesuatu tiga tahun yang lalu.***Malam tiba dengan cepat, setelah sore hujan men

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 53

    "Kamu adalah awan saat sinar matahari begitu terik."Layla Mumtazah.***Apa itu cinta?Aku rasa tak ada yang bisa menjelaskan apa itu cinta dengan baik bahkan, sekelas pujangga pun. Kecuali seseorang yang sedang jatuh cinta dan itu adalah aku."Assalammualaikum, Bi ... ada apa bidadariku?" ucap Abziar saat menerima panggilan telepon dari Alesha."Waalaikumsalam, suamiku," balas Alesha tak kalah lembut dari suara Abizar."Mendengar suara istriku ini membuatku ingin buru-buru pulang," ucap Abizar sambil menatap layar laptopnya."Mau ngapain?""Mau bikin adonan kue bolu sama kamu, Bi," ujar Abizar membuat Alesha tersipu malu.Sekertaris Abizar yang masih berdiri di sampingnya saat ini hanya bisa menahan senyum mendengar perkataan sang bos. Ia tak menyangka saja bahwa sang bos masih harus masuk ke dapur untuk membantu sang istri memasak dan membuat kue."Kenapa kamu masih di sini, aku akan panggil lagi nanti setelah semuanya selesai aku tanda tangani," kata Abizar membuat pria itu mengan

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 52

    "Hentikan debaran ini yang membuatku merasa sesak karena tak bisa memiliki dirimu."Layla Mumtazah.***Arum yang hari ini mengenakan gamis dusty pink dengan garis hitam di kedua sisi lengannya dipadukan dengan jilbab hitam menutupi dada membuatnya nampak begitu anggun, sama seperti saat Kyoona melihatnya tiga tahun yang lalu."Bawa semuanya," titah Arum yang dibarengi dengan anggukan kepala Alesha.Di ruang tamu itu Kyoona masih berdiri menatap wanita yang kini berada di hadapannya setelah Alesha masuk untuk meletakkan kantong-kantong plastik di dapur."Tunggu," ucap Kyoona saat Arum melewatinya begitu saja.Perempuan berjilbab hitam itu menghentikan langkah kakinya dan menoleh, ia mengerutkan kening saat melihat Kyoona, mata Arum melihat dari ujung kepala hingga ke kaki sahabat Alesha itu."Iya, ada apa?" tanya Arum sambil menatap Kyoona."Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Kyoona yang membuat Arum menaikan kedua pundaknya."Aku rasa kita tak pernah bertemu karena aku baru

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status