Di suatu Caffe Aiden menemui Felly untuk berbicara empat mata. Ia sudah mendengar semua gosip yang beredar di keluarga besarnya."Kenapa?" pertanyaan pertama yang Aiden ucapkan kepada Felly."Maksud kakak apa?" tanya Felly."Kakak yakin, kamu mengerti maksud pertanyaan kakak ," ucap Aiden datar membuat Felly menghela napasnya dengan kasar."Kak, Felly mencintai Vier kak. Kakak tau sendiri bagaimana hubungan Felly dengan Javier selama ini," ucap Felly lirih."Kakak mau tanya sama kamu. Bagaimana kalau kamu berada di posisi istri Vier?" tanya Aiden membuat Felly terdiam, "Fel, bukan kah kamu yang minta agar Lena mau menikah dengan Vier? Lalu mengapa kini kamu malah menyakitinya?" "Tapi disini Felly yang tersakiti kak hiks hiks," kata Felly terisak."Bagaimana rasanya tersakiti? Sakit bukan? Lalu mengapa kamu membuat wanita lain juga tersakiti Fel? Dan kamu juga tau bahwa wanita itu sedang hamil," ucap Aiden tak habis pikir."Jujur kakak kecewa sama kam
‘’Daddy cukup!" teriak Celena tergesa menuruni tangga untuk menghampiri Javier, "Daddy, Lena mohon jangan pukul Javier lagi hiks hiks," Celena sampai bersimpuh di depan Arya saat melihat Arya hendak memukul Javier lagi."Celena, lebih baik kamu kembali ke kamar nak," usir Arya sepelan mungkin."Lena mohon Dad, jangan pukul Javier lagi hiks hiks, dia gak salah. Lena mohon Dad," ucap Celena terisak.Melihat menantunya sampai bersimpuh di depannya memohon agar ia tidak memukul Javier. Membuat emosi Arya semakin memuncak. Dirinya sungguh malu terhadap menantunya. Ia begitu tulus sedangkan Javier malah terus menyakiti nya."Vier, kamu lihat! Kamu lihat istri kamu!" seru Arya menunjuk ke arah Celena, "Buka mata kamu lebar lebar buka son buka!""Masih kurang baik apalagi istri kamu hah! Masih tega kamu menyakitinya?" tanya Arya dengan suara meninggi, "Apa pernah dia minta kamu untuk bertanggung jawab atas kelakuan kamu?" tanya Arya lagi."Jawab!" bentak Arya membua
Seperginya mobil Farel. KIni Javier dan Felly berdiri berdampingan, menatap kosong pada halaan rumah sakit yang terlihat begitu luas. "Vier, benarkah Celena mengandung tiga bayi sekaligus?" tanya Felly dengan suara bergetar.Sungguh, hatinya terasa sangat sesak, tak bisa di pungkiri bahwa ia merasa sangat tidak rela, tapi ia juga tidak mau jika harus melawan takdir. "A—aku tidak tau," jawab javier lirih, ia masih syok dengan apa yang ia dengar barusan.Mengapa Celena tidak mengatakan apapun padanya? Mengapa ia bisa tidak tau bahwa Celena hamil kembar tiga?Felly pun jiga begitu syok mendengar ucapan Farrel. Seandainya dirinya yang menikah Javier pasti dirinya saat ini sudah hamil. Dan ia akan merasa sangat bahagia, bisa juga ia juga akan hamil kembar seperti Celena.Tapi saat ini dirinya bukan siapa siapa Javier lagi. Air matanya kembali menetes kala mengingat itu, dadanya begitu sesak."Lebih baik kamu pulang Vier," ujar Felly pelan, suara nya sangat p
"Ikut aku!" ucap Javier datar dan langsung menarik tangan Celena"Ada apa?" tanya Celena biasa."I kut a ku!" eja Javier dingin lalu Celena pun pamit untuk mengikuti langkah kaki Javier."Javier apa apaan sih!" seru Celena yang merasa tangannya sakit akibat cengkraman Javir."Kamu yang apa apaan! Kamu gila hah!" Javier langsung membentak Celena saat mereka sudah sampai di sebuah koridor sepi."Kenapa aku gila?" tanya Celena berusaha bersikap biasa.'Iya aku gila Jav, aku gila karena memikirkan mu! Aku gila karena terus Menangisi mu!' imbuh Celena menjerit dalam hati."Bisa bisanya kamu menyetir ugal ugalan seperti itu! Kau mau membunuh anakku hah!" bentak Javier lagi membuat Celena tertawa getir."Apa di apartemen mantan kamu gak ada kacanya, tuan JAVIER ATHAYA PRANATA?" tanya Celena menekankan nama suaminya, "Makanya pulang yah Tuan, di rumah ada banyak kaca nanti kamu bisa ngaca sendiri di sana. Kamu bisa tanya sama diri kamu sendiri 'siapa yang mau
"Farrel STOP!" pekik Caramel terdiam. "Kenapa?" tanya Farrel sambil menatap wajah Caramel yang berbeda. "Oma ... " panggil Caramel lirih. "Kamu kenapa sayang?" tanya Oma Tamara. "Oma, kayaknya Cara ngompol tapi," wajah Caramel semakin pucat dan ia menggigit bibir bawahnya. ‘’Lo jorok banget sih Car!’’ seru Farel tak habis pikir. ‘’Anjirrr sakittt Rel!!’’ tiba tiba Caramel mencengkram kuat lengan Farrel. "Woy, gue lebih sakit ini! Caramelllll!!!!" pekik Farrel sakit karena tangannya di cengkram oleh Cara. "Oma sakitttt!" teriak Caramel langsung heboh kala ia merasakan sesuatu keluar lewat jalan sensitifnya. "Astaga Caramel! Jangan jangan kamu mau melahirkan!" seru oma tamara seketika semua orang panik. "Kita ke rumah sakit!" ucap Celena ikut panik. "Iya, tapi siapa yang mau nyetir? Supir bukannya lagi pergi sama mommy?" tanya Farrel bingung, "Ra, lepasin deh, biar gue siapin mobil!" kata Farrel berusaha melepaskan cengkraman Cara namun nyatanya malah semakin erat cengkraman
Malam harinya, Javier pulang ke rumah jam 10 malam. Celena masih belum tidur ia masih menunggu kepulangan suaminya seperti biasa. Selama beberapa bulan ini Celena sudah berusaha menjadi istri yang baik untuk Javier. Dari mulai menyiapkan air mandi, baju, sepatu, memasang dasi, dan makanan untuk Javier selaku Celena yang menyiapkan.Celena tidak pernah menuntut banyak dari Javier, hanya saja Celena minta setiap tidur ia hanya ingin di peluk atau sekedar di usap perutnya. Karena entah mengapa menurut Celena tangan javier begitu ajaib.Bagaimana tidak ajaib, kalau di peluk Javier, Celena bisa tidur nyenyak dan tidak mual di pagi hari. Sedangkan bila ia tidur sendiri maka ia akan gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak. Bahkan paginya ia akan kembali mengalami morning sicknes."Sudah makan?" tanya Celena saat melihat Javier keluar dari kamar mandi."Sudah," jawab Javier singkat. Ia masih memandang wajah Celena dengan perasaan campur aduk.Bohong bila Javier tidak merasa