“Aku di rumah temanku, Clay. Aku masih agak tipsy, aku rehat dulu yah,” jawab Felisha berusaha setenang mungkin.
“Syukurlah kalau begitu. Nanti malam jadi ke Penthousenya Bang Kevin yah, sekalian temanin aku untuk ngasih lay out Gedung buat acara pernikahan kita nanti,” ucap Clay.
DEG!
Jantung Felisha seperti dihantam bongkahan balok, ia melirik Kevin yang masih menatapnya tajam dengan seulas senyuman di bibirnya sambil melilpat kedua tangannya di dada.
“Lihat nanti yah, aku lanjut tidur lagi Clay, bye …,” pamit Felisha berusaha menyudahi panggilan telepon dari tunangannya.
“Hem, selamat beristirahat calon istriku. I love you, Felisha Gantari,” ucap Clay dengan mesra.
“I love you too,” jawab Felisha lalu buru-buru memutuskan sambungan teleponnya.
Felisha tak kuasa menahan tangis, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Nafasnya tersengal-sengal, apa yang sudah terjadi pada dirinya adalah sebuah bencana dan aib.
“Ternyata, kamu pinter bohong juga yah?” kekeh Kevin tidak beranjak dari tempatnya.
Mendengar ejekan dari Kevin, Felisha langsung mengangkat wajahnya, tanpa pikir panjang Feli langsung bangun dari tempat tidur dan langsung terjatuh di lantai. Sangking sakit, perih dan ngilunya, Feli masih tidak bisa berjalan dengan baik.
“Feli!” Kevin spontan menolong Feli dan kesempatan itu digunakan sebaik mungkin oleh Felisha yang sedang marah.
“Sialan kamu, Kev! Kurang aja! Pemerkosa! Aku ini calon adik iparmu sendiri, bisanya kamu menghancurkan kehidupanku dan kehidupan adik kandungmu sendiri! Kamu bejat, Kevin! Pria Bejat!” teriak Felisha membabi buta sambil memukul tubuh Kevin sebisanya.
Tidak memperdulikan amukan yang meledak-ledak itu, Kevin langsung mengunci tubuh Felisha dan mengangkatnya ke atas tempat tidur. Kedua kaki Feli didudukinya agar tidak bisa menendang ke sana ke mari, kembali ia mengunci tangan Felisa dengan memegang erat pergelangan tangannya.
“Stop Felisha! Stop!”
“Cuih!” Felisha langsung meludahi Kevin pas di wajahnya.
Tidak perduli dengan perlakuan Felisha. Kevin tetap menatap tajam Felisha dengan wajah yang mengeras. Dia juga semakin mengeratkan cengkeraman tangannya hingga membuat pergelangan tangan Felisha terasa sakit, membuat Felisha meringis dan mata yang sudah berkaca-kaca.
“Kamu bilang, aku menghancurkan hidup kalian berdua?! Kalian berdua yang sudah menghancurkan hidup aku! Berkali-kali aku bilang sama Clay kalau aku suka sama kamu dan aku juga pernah menyatakan perasaanku kepadamu. Tapi kalian justru mengejek dan menghina aku dengan memilih berpacaran, bahkan kalian berencana untuk menikah. Itu namanya apa, bajingan!” teriak Kevin marah.
Felisha kembali menangis dan ketakutan saat melihat Kevin seperti ini. “Kamu pikir aku merencanakan semuanya, Kevin?! Aku jatuh cinta sama Clay! Aku cinta sama dia dan aku tidak pernah mencintai kamu! Kenapa kamu malah menghancurkan aku seperti ini!” jawab Felisha penuh dengan air mata.
“Agar kamu menjadi milik aku! Sudahlah, pulanglah. Kalau kamu disini terus, aku tidak bisa menjamin keamananmu, bisa saja aku melakukan seperti yang semalam aku lakukan kepadamu.” Kevin lalu melepaskan Felisha dan kembali ke kamar mandi, mencuci mukanya.
Melihat Kevin pergi, Felisha lalu memunguti pakaiannya. Ia masih sesenggukan dan memakai pakaian semalam, dia juga langsung memesan taksi online dan segera turun dari penthouse milik Kevin. “Apartemen Lotus yah, Non?” tanya supir taksi tersebut.
“Iya, Pak,” sahut Felisha singkat sambil sesekali menyeka air matanya.
Tak jauh berbeda dengan Felisha, Kevin pun diliputi dengan perasaan bersalah dalam dirinya. Ia meninju tembok kamarnya berkali-kali hingga membuat punggung tangannya terluka. Mata Kevin mengembun saat mengingat tangisan pilu Felisha di bawah kungkungannya.
“Maafin aku, Feli. Hanya dengan cara ini aku harus menyelamatkan sekaligus memilikimu. Aku berjanji akan bertanggung jawab,” gumam Kevin lalu bersiap menuju ke kantor.
Sesampai di kantornya, Kevin bekerja seperti biasa. Ia melihat kembali sketsa bangunan yang akan dikerjakannya. Merombak bangun ruangnya, dan menambahkan beberapa detail kecil pada ukiran tembok yang akan dikerjakan oleh kontraktor.
Saat dirinya sedang serius memandang layar komputer, tiba-tiba saja pintu kantornya terbuka lebar. Terlihat Felisha datang dengan nafas terengah menggunakan kaca mata hitam. “Tuan, maaf … saya sudah bilang sama Nona ini kalau Tuan lagi tidak mau diganggu. Tapi, Nona ini malah menerobos masuk,” lapor sekretaris Kevin dengan nafas terengah ketakutan.
“Tidak apa-apa, pergilah, tinggalkan kami,” titah Kevin lalu menutup pintu ruangannya dengan rapat dan menutup semua gorden di dalam ruangan tersebut.
Ruangan Kevin yang memang dirancang menggunakan bahan material Polyethylene Terephthalate, membuat mereka dengan leluasa berbicara dan berteriak sepuasnya. Siapa pun di luar sana tidak akan mendengar apa-apa, karena ruangan tersebut memang dibuat kedap suara.
“Apa, kamu sudah merindukanku? Jalannya sudah tidak sakit lagi? Uda bisa lari-lari juga?” olok Kevin sambil bersandar di kursi kebesarannya.
“Harus yah? Kamu, bersikap sebrengsek ini dan tidak merasa bersalah sama sekali?” geram Felisha membuat Kevin tertawa kecil.
“Lalu kamu sampai menerobos kantorku ini untuk apa?” tanya Kevin santai.
“Aku minta kejadian semalam dirahasiakan. Aku tidak mau ada yang tau dan aku minta jangan kacaukan rencana pernikahanku lagi. Apa pun yang terjadi, aku tetap akan menikah dengan Clay. Tolong, jangan buat keluargaku malu. Aku tidak mau pernikahan ini justru membuat hubungan keluargaku dengan keluarga besar Sanjaya hancur berantakan, Kevin.” Felisha lalu menyeka air matanya.
“Berapa uang yang dipinjam sama Papa kamu ke perusahaan keluargaku?” tanya Kevin to the point.
Felisha langsung mendongakkan wajahnya. Ia menggeleng lemah. “Aku, tidak tau. Yang jelas, tolong untuk kali ini saja, jangan rusak penikahan ini. Demi Tuhan, aku sangat mencintai Clay, Kev. Aku tidak akan bisa hidup tanpanya. Ku mohon, jangan pisahkan aku dengannya. Terlepas keluargaku memiliki urusan bisnis dengan keluargamu tapi urusan pernikahan ini murni didasari atas nama cinta,” pinta Felisha sesenggukkan.
“Kalau kamu tau, siapa sebenarnya Clay, aku tidak yakin jika kamu masih mencintai adikku itu,” batin Kevin dalam hati.
“Aku akan merahasiakannya, jika kamu tidak mengandung anakku. Tapi, jika kamu mengandung anakku, maka kamu harus menikah denganku,” ucap Kevin.
“Aku tidak mau! Aku akan gugurkan anak haram ini!” pekik Felisha marah, ia menggeleng kuat. Membayangkannya saja membuatnya mual dan pusing seketika.
“Baiklah, maka rekaman kita semalam akan aku kirimkan ke ponsel Clay dan seluruh keluargamu juga ke mamaku. Aku, tidak yakin jika papamu sanggup membayar utangnya ke keluargaku secepat ini. Baru dua bulan kan? Dia pinjam uangnya?” kekeh Kevin melihat wajah Felisha yang semakin frustasi.
“Mau kamu apa sebenarnya, hah?! Biabad kamu!” Felisha tidak berhenti terus memaki Kevin sambil menghentakkan kakinya berkali-kali di lantai.
Kevin tidak perduli sama sekali. “Pokoknya, kalau kamu hamil maka kamu sendiri yang harus membatalkan pernikahanmu dengan Clay. Aku akan menikahimu, dengan begitu hubungan bisnis papamu dengan keluargaku tetap terjalin dengan baik. Aku dan Clay kami sama-sama putra Sanjaya, jadi sebenarnya tidak ada yang dirugikan di sini, benarkan?” terang Kevin dengan smirk menyebalkannya.
“Kalau begitu aku lebih baik mati dari pada menikah denganmu!” Pikiran Feli sudah kacau hingga dirinya nekat mengancam Kevin seperti itu.
“Kalau mau mati yah mati saja. Toh, kalau kamu mati maka papamu akan tetap terlilit hutang dengan keluargaku, aku pun yang akan menagihnya sendiri. Lalu adikmu, juga akan mati karena akan batal mendapatkan transplantasi jantung, aku sendiri juga yang akan mengambil deposito uang dari rumah sakit. Uang itu juga uang keluargaku dan yang terakhir mamamu pasti akan cepat menyusul kamu ke neraka, dia tidak akan bisa hidup nyaman lagi seperti ini.” Kevin semakin menunjukkan senyuman sinisnya.
Membayangkan keluarganya akan hancur, Felisha terengah hebat. Ia tidak ingin hal buruk seperti itu terjadi, apalagi sampai terjadi hal buruk terhadap adik dan papanya. Sementara dia berpikir, kembali terdengar suara yang menyebalkan di telinganya.
“Bagaimana? Masih mau niat bunuh diri?” ejek Kevin sambil melipat kedua tangan dan tersenyum manis kepada Felisha.
“Katakan, apa yang kamu mau sebenarnya?” Felisha sudah habis akal menghadapi Kevin.
“Yang aku mau adalah …”
“Yang aku mau adalah kamu datang ke kantor ini dua hari sekali mulai besok. Semua credit card yang ada di dompetmu serahkan kepadaku, jangan ada yang tertinggal satu pun. Mulai hari ini, kamu pakai black card ini, agar aku tau semua barang yang kamu belanjakan.""Jika, kamu tidak hamil maka aku akan melepaskanmu dan tidak akan mengganggu pernikahamu dengan Clay. Tapi, jika kamu hamil, kamu wajib untuk membatalkan pernikahan kalian. Untuk sementara itu yang aku mau.” Kevin lalu menaruh sebuah clack card di atas mejanya.Felisha melirik benci kepada Kevin. Dia masih belum begitu percaya dengan ancaman tentang video yang dikatakan oleh Kevin. Sekali lagi, Feli mengumpulkan keberaniannya dan angkat bicara kepada calon kakak iparnya itu.“Aku, tidak percaya dengan video yang kamu katakan. Bisa saja itu hanya karanganmu belaka, untuk mengancam aku.” Feli kembali mendengus.Kevin hanya menggeleng sambil tertawa. Ia lalu membuka ponselnya dan tidak lama, suara notif pesan terdengar di ponsel
“Tuan, hasil ini negative, tapi ada semburat garis ke dua. Apa saya boleh melakukan test sekali lagi? Mungkin pakai tespek ini saja,” jawab Dokter sambil memberikan sebuah testpek yang kelihatannya lebih canggih dari testpek yang sebelumnya.“Tidak! Aku tidak mau test lagi. Aku juga sudah tidak kebelet buang air kecil kok. Ngapain, aku test lagi,” tolak Feli bersiap meninggalkan kantor Kevin.“Berani kamu keluar dari ruangan ini, aku langsung kirim video kamu di group chat keluarga! Coba saja, kalau berani!” ancam Kevin terdengar tidak main-main.Nyali Feli seketika itu juga ciut. Ia lalu kembali duduk dan menatap sebal kepada Dokter yang sedang menyodorkan sebuah testpek baru.“Kenapa aku harus test lagi kalau memang tadi sudah negatif. Dokter sengaja mau ngerjain saya, yah?!” bentak Feli tidak terima.“Maaf, Nona. Karena Anda melakukan test kehamilan tidak pada saat pagi hari atau saat urine pertama. Maka hasilnya bisa saja kurang akurat.""Atau, kalau Nona tidak bisa buang air keci
“Kumohon Kevin, Aku hanya minta, ijinkan aku tinggal di apartemenku sebelum acara makan malam keluarga kita. Aku, berjanji tidak akan berbuat yang macam-macam,” tangis Felisha sambil memohon kepada Kevin. Kevin merasa ragu dengan permintaan Felisha. Tapi, dia juga tidak tega melihat wajah sembab wanitanya. Kevin menyadari perbuatannya yang terlalu ekstrem dengan dalil menolong Felisha memang tidak masuk di akal. “Baiklah, tapi dengan syarat kamu akan selalu ditemani sama orang kepercayaanku. Dia akan membantu di apartemen, aku juga akan menyediakan supir untuk mengantar jemput kamu.” Felisha mengangguk sambil menyeka air matanya. “Aku, juga minta ijin untuk bertemu Clay sebelum membatalkan pernikahan kami.” Permintaan Felisha kali ini cukup mengusik perasaan Kevin. Wajah Kevin kembali mengeras sambil mengepalkan ke dua tangannya. “Aku mohon, Kev. Bukankah pada akhirnya aku akan menjadi milikmu?” “Lalu, di mana Clay beberapa hari ini?” tanya Kevin sambil tersenyum sinis kepada Fel
Semua orang tercengang, menatap Feli. Mereka bukan hanya kehabisan kata-kata, tetapi mereka juga bingung dengan situasi yang mendadak membuat segalanya hancur seketika.“Ma-maaf, Clay. Aku, tidak bisa melanjutkan pernikahan kita bulan depan,” pecah sudah tangis Felisha sampai ia luruh berlutut di lantai menutup wajahnya.Betari langsung mengambil inisyatif untuk menghampiri anaknya. Dia juga tidak kalah panik, sambil mengguncang tubuh Felisha, ia ingin tau alasannya.Siapa tau, masih ada kesempatan untuk memperbaiki atau siapa tau, dia bisa berlutut dan memohon kepada Nyonya Garini Sanjaya untuk mempertimbangkan kelanjutan acara penting dalam keluarganya ini, jika memang anaknya yang bersalah.“Felisha, apa kamu sudah gila, hah?! Lihat itu Clay, dia sangat mencintaimu, semua keluarga Sanjaya sangat menyayangimu, kenapa kamu justru seperti ini, Nak?! Katakan, ada masalah apa sebenarnya, hem?! Kita selesaikan baik-baik yah, Nak. Mama mohon, jangan begini, cepat katakan, Felisha! KATAKAN
“Clay, selama ini tidak seperti yang kamu kira, Felisha. Suatu saat, kamu akan tau dengan sendirinya. Sekarang, aku tidak akan mau berbicara panjang lebar lagi. Aku minta pernikahan kami di percepat. Tidak perlu menunggu bulan depan. Aku ingin minggu depan kita sudah menikah.” Tidak ada yang tidak syok mendengar pengakuan Kevin. “Demi apa kamu melakukan hal seperti ini,” lirih Felisha sudah tidak bertenaga lagi untuk melawan Kevin. “Demi anak kita. Untuk kelancaran dan ketenangan selama acara pemberkatan dan juga pesta. Aku minta Mama mengirim Clay ke Eropa.” Garini masih tidak habis pikir dengan sikap dan kelakuan Kevin. Dia hanya tertunduk lesu, mau marah tapi dia sudah kepalang malu atas pengakuannya Kevin. Merasa tidak ada tanggapan apa pun, Kevin kembali memanggil Garini. “Ma?!” “Entahlah Kevin, Mama harus menenangkan diri. Informasi ini masih terlalu berat untuk Mama cerna. Kita akan bicara saat kembali di rumah. Hadi, Betari, bawa anakmu pulang. Jaga dia baik-baik dan ingat
“Lalu, apa yang harus Mama lakukan kepada Clay? Mama tidak tega memikirkannya,” lirih Garini seperti sedang memakan buah simalakama. “Tolong Kevin, dengan mengirimkan Clay ke luar negeri Mama. Pernikahanku dengan Felisha juga tidak perlu dirayakan, aku hanya butuh pernikahan yang sah di mata agama dan negara. Itu sudah lebih dari cukup. Suruh Clay untuk mengambil S2 di luar negeri, setelahnya aku akan memberikan akses untuk Clay memegang Perusahaan cabang yang ada di eropa atau di amerika, terserah Clay mau yang mana,” pinta Kevin. Ia tau kalau hal ini pasti berat untuk keluarganya. Tetapi untuk saat ini, keputusan mengirim Clay keluar negeri adalah pilihan yang terbaik. Garini tidak dapat berbicara banyak, ia segera menganbil ponselnya. “Ando, tolong pesankan tiket ke London untuk besok malam atas nama anakku Clay Bimantoro Sanjaya dan atas namamu. Tugasmu adalah memastikan Clay melanjutkan pendidikannya di London selama dua tahun ini,” tit
Garini menutup wajahnya dan menggeleng kepalanya tidak percaya. Ia menangis histeris, ia tidak percaya kalau Clay pernah membunuh seorang wanita. “Itu adalah awal Clay bertemu dengan Felisha. Mereka baru pacaran sekitar dua bulan. Kevin memanggilnya dan menanyakannya perihal kejadian kelam dan aib ini. Clay mengakuinya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tapi sayang, sebelum pertunangan terjadi, Kevin kembali menemukan ini.” Sebuah rekaman pada sebuah flashdisk Kevin berikan kepada Garini. “Ap aini?” tanya Garini, ia takut mengambil flashdisk dari tangan anaknya itu. “Ini, adalah bukti perselingkuhan Clay, Ma. Dia bahkan mengadakan pesta pora ala Sodom dan gomora. Kevin juga tidak sanggup untuk menjelaskannya secara gamblang, semua ini adalah alasan kuat Kevin merebut Felisha dengan menjebaknya,” akuh Kevin kepada Garini. Flashdisk yang sempat ia pegang, Garini kembalikan kepada Kevin. “Mama, akan menjauhkan Clay dari kehid
“Katakan apa rencanamu?!” desis Kevin. “Rencana?! Rencana apa maksudmu? Oh! Aku mau menghubungi Clay kalau kau tidak ada di sini!” Felisha tidak kalah sinis menjawab Kevin. Emosi Kevin langsung terbakar saat itu, suara pecahan piring pecah membuat Felisha terjingkat. Ia melihat Kevin membanting piring tersebut hingga pecahannya berhambur di seluruh lantai dapur kering. Tubuh Felisha gemetar karena ketakutan, apalagi saat tatapan tajam nan gelap menusuk batin Felisha. Bibir Kevin juga hanya berbentuk segaris lurus dan sesekali mengertakkan giginya menahan deru nafas yang masih terdengar di telinga Felisha. “Jangan pernah pancing emosiku seperti ini lagi. Aku bukanlah manusia seperti ini, jangan membuat aku kasar dan arogan kepadamu.” Suara Kevin bergetar begitu juga dengan tangan yang baru saja mengelus wajah Felisha. Felisha langsung memalingkan wajahnya, ia tidak sudi disentuh oleh pria yang sudah menghancurkan masa depa