Share

4. SANG PENDONOR

Author: Evita Maria
last update Last Updated: 2024-01-15 14:50:31

“Apakah kau yakin berobat di rumah sakitnya orang-orang kaya ini?” Nathan meneguk ludah sendiri saat menghentikan mobil tepat di depan pintu masuk unit gawat darurat sebuah rumah sakit besar yang berada di jantung kota.

“Aku tidak peduli, keselamatan adikku lebih penting!” kata Michael berkeras. 

Sebenarnya mereka berdua sudah berusaha mendatangi rumah sakit kecil namun bagian administrasi mengatakan unit gawat darurat.sedang penuh saat ini dan masih banyak yang belum tertangani.

Ia menganjurkan mereka ke rumah sakit lain, dan anehnya beberapa rumah sakit serupa dalam kondisi yang sama. Akhirnya Nathan memutuskan menuju rumah sakit besar itu karena kondisi adiknya yang mengkhawatirkan.

Belum lagi ia membuka pintu mobil, tiba-tiba terdengar bunyi klakson sangat keras di belakang mereka.

“Wtf!” maki Nathan kesal, apalagi saat lampu depan mobil rolls royce di belakangnya berkedip-kedip menyilaukan mata. 

Nathan keluar dari mobil diikuti Michael dengan Jonas dalam gendongannya.

“Hey, jangan sok kaya kalian ya! Pamer mobil jelek di depanku,” Nathan memasang wajah garang sambil mendekati moncong mobil mewah tersebut.

“Nathan, sudahlah!” 

Usaha Michael menghentikan sahabatnya tidak digubris, akhirnya ia memilih meninggalkan Nathan, berjalan cepat ke pintu masuk berupa pintu kaca geser. Keselamatan adiknya jauh lebih penting.

Beberapa tim medis tiba-tiba saja keluar dari dalam sambil tergopoh-gopoh membawa bed dorong pasien. 

Mereka seperti tak melihat Michael menggendong anak yang sedang sakit, bahkan seorang dari mereka menabrak bahunya hingga ia terhuyung ke samping.

Mereka berhenti di samping mobil rolls royce yang terparkir dan menunggu. Dua orang pria mengenakan setelan jas dan kacamata serba hitam yang mengingatkan Michael pada karakter Men In Black di film yang pernah ditontonnya, keluar dari sisi kiri-kanan pintu depan mobil. 

Seorang membukakan pintu yang ada di belakangnya, dan seorang lagi menghampiri Nathan yang langsung menciut karena postur tubuhnya kalah tinggi dan gempal.

Seorang pria tampan berambut kecoklatan turun sambil menggendong wanita yang terkulai lemas.Kemeja pria maupun gaun wanitanya bersimbah darah. 

Michael dapat melihat pria itu tampak sangat cemas dengan kondisi wanita yang ada di gendongannya, mungkin mereka sepasang suami istri.

“Tuan Richard, tenanglah!” laki-laki berbaju dokter yang tadi sempat menabrak bahu Michael berkata pada pria itu, ” Kami akan menyelamatkan istri anda!”

Laki-laki itu hanya bisa mengangguk pasrah.

Si wanita dipindahkan ke atas bed dorong pasien lalu dibawa masuk, wajahnya tak asing batin Michael saat rombongan yang membawa Rosie melewatinya. Namun Michael  teringat akan adiknya yang masih ada dalam dekapannya dan belum sadarkan diri, ia-pun bergegas masuk dan menuju meja resepsionis.

“Suster, tolong tangani adikku!” Michael berbicara dengan nafas memburu,” Tubuhnya demam dan tak sadarkan diri dari tadi, aku sangat kuatir.”

Seorang dokter muda wanita yang kebetulan lewat segera mendekatinya dan membuka kelopak mata Jonas yang terpejam seraya menyorotkan senternya.

“Bawa anak ini ke ruang C !” teriak dokter cantik itu pada perawat di sampingnya. Dengan sigap suster itu meraih bed yang ada di dekatnya dan mendorongnya ke arah Michael berdiri. 

Dengan hati-hati Michael meletakkan adiknya di atas bed lalu menoleh pada sang dokter muda, ia sempat melihat name tag yang tersemat di bagian dada kiri jas dokternya, Samantha.

Samantha segera mendorong bed menyusuri lorong, Michael ingin mengekor namun ditahan oleh sang perawat, ”Maaf, anda tunggu saja disini, biarkan kami menangani pasien!”

Michael terpaksa duduk di atas kursi panjang dengan lesu, menunggu. 

***

Richard duduk di atas kursi panjang dengan siku bertumpu pada pahanya sementara kedua tangan memegangi kepalanya. Pikirannya sangat kacau, rasa sesal, panik dan takut bercampur menjadi satu.

Ia menyesal dengan gegabah telah mengucapkan kata ‘cerai’ pada Rosie tanpa memperhatikan perasaannya .

Ia juga panik dan takut  bila terjadi sesuatu yang buruk pada istrinya, hubungan keluarga Eddison dan White akan hancur dan perusahaan uni mereka akan tercerai-berai.

“Istri anda akan baik-baik saja.” 

Suara teduh di sampingnya membuatnya mengangkat kepala dan menoleh, seorang pria muda tak dikenal tersenyum padanya. Ia hanya mengangguk sopan tanpa banyak bicara karena ia memang tak suka berbasa-basi.

Richard melemparkan pandangan ke pintu masuk, mertuanya yang bernama Sebastian White tiba-tiba muncul dengan wajah merah padam.

“Ayah!” ia segera bangkit dan melambai ke arah ayah mertuanya sambil mempersiapkan diri akan kemungkinan terburuk.

Benar saja, begitu melihat Richard, ayah mertuanya bergegas menghampiri dan langsung mencengkram kerah kemejanya.

“Kau apakan anakku, hah?” dengus pria berusia 60 tahun itu marah.

“Hanya kesalahpahaman, Ayah!” Richard terpaksa berbohong.

“Kesalahpahaman apa? Rosie-ku tidak mungkin berbuat bodoh kalau tidak ada pemicunya. Kalau sampai terjadi sesuatu dengan puteriku, kuhancurkan kau, mengerti?!” ancam Sebastian sambil melotot.

“Aku mengerti, Ayah. Jangan kuatir!” kata Richard tenang meski sebenarnya pikirannya kalut. 

“Tuan Richard,” terdengar suara dokter Jeffry yang menangani Rosie, berhasil menyelamatkan Richard dari cengkraman Sebastian. Mereka berdua menghampiri dr Jeffry dengan mimik cemas.

“Bagaimana kondisi istriku?”

“Istri anda kehilangan banyak darah, sementara golongan darah AB- yang ia miliki  tergolong langka. Rumah sakit kami tak memiliki stok darah tersebut. Kami akan berusaha mencarinya di rumah sakit lain tapi kami kuatir…”

“Aku tidak peduli, kalian harus bisa mendapatkannya atau kuminta direktur tempat ini memecatmu!” sergah Richard marah. 

“Saya akan berusaha!” 

Suara dokter berusia 45 tahun itu terdengar bergetar karena ia tahu sulit sekali mencari golongan darah langka yang bisa mendonor apalagi kondisi Rosie sedang kritis.

“Maaf,” Michael yang dari tadi menguping memberanikan diri menyela, ”Mungkin aku dapat membantu, kebetulan golongan darah-ku B-.”

“Benarkah?” 

Dr Jeffry nyaris melonjak kegirangan. ia sudah membayangkan dirinya dipecat karena keluarga Eddison adalah pemegang saham terbesar di rumah sakit swasta tersebut.

Richard sendiri tak menyangka pemuda yang tadinya dianggap usil kini menjadi malaikat penolong.

“Baguslah kalau begitu, aku akan siapkan semuanya.”

Dr Jeffry memanggil seorang perawat untuk membawa Michael ke salah satu ruangan.

“Terimakasih,” ujar Richard tulus sambil mengulurkan tangan, ”Richard.”

“Michael,” balas pemuda itu sambil menyunggingkan senyum tipis, ”Seperti kata saya tadi, istri anda akan baik-baik saja.” 

Richard mengangguk, bahunya turun dengan berat. Ia merasa sangat bersalah terhadap Rosie.

“Terimakasih, Anak Muda!” Sebastian menepuk pundak Michael.

Michael mengangguk sembari berjalan mengikuti perawat menuju ruangan tempat transfusi darah akan dilakukan.

***

Setelah mengisi riwayat medis dan mengikuti prosedur lainnya, Michael dinyatakan sehat demikian juga golongan darahnya dapat diterima oleh tubuh istri Richard.. 

Ia duduk dan bersandar pada kursi khusus, membiarkan perawat mulai bekerja. Perawat bertubuh mungil itu melingkarkan manset tekanan darah pada lengan bagian atas agar pembuluh darah Michael lebih mudah terlihat lalu membasahi satu titik di lengannya dengan kapas beralkohol.

Saat ia mulai mengambil jarum suntik, Michael segera membuang pandang ke sembarang arah. Meski berbadan kekar dan kuat, ia belum pernah berhadapan dengan jarum suntik. 

“Tahan nafas!”

Michael menahan nafas kuat-kuat, ia berusaha mengalihkan kecemasannya dengan memandang langit-langit ruangan yang bercat putih. Ia mencoba mengingat hal-hal indah bersama adiknya.

***

Beberapa jam kemudian,

Rosie mulai siuman dan kondisinya-pun sudah stabil. Dokter mempersilahkan Richard dan Sebastian masuk untuk menemuinya.

Richard merangkum tangan Rosie dan menciumnya lembut, ”Kau membuat kami cemas sekali.”

Rosie mengerjapkan mata berharap ia tak sedang bermimpi, Richard takut kehilangan dirinya? Apakah ini mimpi?

Air matanya kembali bergulir ketika kepingan-kepingan memori mulai sambung-menyambung membentuk satu peristiwa di benaknya. Kata-kata Richard tentang keputusannya untuk bercerai terus bergaung seperti keputusan hukuman mati, membuatnya sulit bernafas.

“Jangan tinggalkan aku,” gumam Rosie lemah namun mampu membuat Richard dan Sebastian tersentak. 

Sebastian mendekat ke sisi lain ranjang namun tak ada satu katapun terucap dari bibirnya. Ia hanya melemparkan tatapan dingin ke arah Richard, menunggu apa yang akan diucapkan menantunya pada putrinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JEBAKAN MADU SANG GIGOLO   58. HARI PERNIKAHAN

    Dalam keheningan ruangan yang hanya terisi suara gemerisik gaun satin, Rosie berdiri bagai patung lilin, indah namun bagai tanpa nyawa. Cahaya lampu di atas kepala menyorot lembut menciptakan kilauan pada renda dan kain satin yang membalut tubuh rampingnya.Tiba-tiba pintu terayun terbuka, terdengar suara langkah kaki berbalut sepatu high heels memasuki ruangan lalu disusul suara wanita yang terperangah sekaligus terpesona.“Wow, cantik sekali!” pekik Selena memandang sepupunya dari atas ke bawah berulang kali seolah tak pernah puas mengagumi. Tetapi kemudian wajah bahagianya berubah manyun menyadari ekspresi Rosie yang kaku tanpa keceriaan di dalamnya.“Kau ini kenapa? Ini hari pernikahanmu, harusnya bahagia bukan cemberut seperti nenek-nenek tua!” omel Selena, “Tariklah ke atas bibirmu itu!”Rosie berusaha menarik bibirnya ke atas seperti saran Selena, menciptakan senyuman miring yang tak sedap dipandang.“Jelek sekali, ingat … Ini momen terbaikmu!” keluh Selena, diraihnya tangan Ro

  • JEBAKAN MADU SANG GIGOLO   57. GAUN PENGANTIN PILIHAN

    Keputusan menikah Michael dan Rosie mendapatkan sambutan yang positif dari banyak pihak, terutama Sebastian. Pria tua itu sangat lega karena putrinya bersedia menikah dengan pengusaha kaya raya. Ia lega bukan hanya karena bisnis Keluarga White akan membaik, tetapi juga anak dan cucunya akan memiliki sebuah keluarga utuh.Rosie sendiri berusaha untuk berpura-pura bahagia di depan Sebastian, ia tak ingin ayahnya berduka yang akan mempengaruhi kesehatan pria yang sudah tak muda lagi itu. Namun sesungguhnya jauh di dalam hati, Rosie mengalami pergumulan batin. Antara dendam, kebencian, dan cinta. Ia membenci Michael dengan sepenuh hati, ingin membalas dendam atas kebohongan yang pernah ditorehkan pria itu kepadanya. Tetapi wanita itu juga takut akan jatuh cinta lagi pada ayah kandung Ronald, karena jujur ia belum bisa melupakan Michael. Namun Rosie merasa sedikit lega karena Michael bersikap acuh tak acuh padanya semenjak kesepakatan mereka untuk menikah. Pria itu hanya datang ke aparte

  • JEBAKAN MADU SANG GIGOLO   56. PEMBALASAN JEBAKAN MADU

    “Aku ada ide!” Tiba-tiba Selena menjentikkan jari, bibirnya menyunggingkan senyuman lebar. “Ide apa, Lena?” Rosie menjadi penasaran, ia harus akui Selena memiliki ratusan ide, meskipun kebanyakan dari idenya terbilang ekstrim.“Bagaimana kalau kau turuti saja persyaratan yang diminta Michael pada ayahmu?” usul Selena, dan sebelum sepupu berambut pirang itu memprotes, ia menempelkan telunjuknya ke bibir Rosie.“Coba pikirkan, bila kau setuju menikah dengan Michael. Pertama, hotel yang didirikan Sebastian akan terselamatkan dan kau bisa mengembangkannya menjadi hotel yang maju. Kedua, Ronald memiliki seorang ayah seperti yang selama ini selalu diimpikan. Ketiga, Sebastian memiliki semangat hidupnya kembali!” papar Selena, mata coklatnya berbinar penuh semangat.“Aku membenci laki-laki itu, Lena!” sergah Rosie cepat. “Aku tidak mau jatuh kedua kali padanya, sakit sekali rasanya.” “Kalau kau memang membencinya, mengapa takut jatuh cinta?” tantang Selena memprovokasi. “Lakukan balas dend

  • JEBAKAN MADU SANG GIGOLO   55. PENYESALAN SANG AYAH

    Sebastian menatap Rosie dalam-dalam, ada guratan kecewa di matanya. “Hanya ini jalan satu-satunya untuk menyelamatkan hotel ibumu, Rosie!” suara Sebastian terdengar serak. “Tidak ada seorangpun yang sudi mengeluarkan uang untuk usaha kita ini, hanya dia yang mau menolong!” “Michael bukan menolong, Ayah!” sergah Rosie marah, “Dia menginginkan timbal balik, dan aku tak akan memberikan diriku padanya!” “Ayah mohon kau mau mempertimbangkannya, demi masa depanmu dan Ronald!” pinta Sebastian, suaranya nyaris memelas. “Tidak ada yang perlu dipertimbangkan, Ayah!” tegas Rosie, mata birunya berkilat-kilat. “Aku sudah tidak mau Ayah jadikan alat pembayaran untuk mencapai kesuksesan. Dulu Ayah sudah menjualku pada keluarga Eddison untuk penyatuan dua perusahaan besar, sekarang menjualku pada Bridgewood? Aku bukan pelacur!” Napas Rosie memburu dilanda emosi yang sangat hebat. Ia ingin menangis dan meraung namun sadar saat ini harus tegar dan kuat. Aku tak akan membiarkan siapapun menyakiti h

  • JEBAKAN MADU SANG GIGOLO   54. HARGA YANG HARUS DIBAYAR

    Sebastian menatap punggung kursi direktur di depannya dengan rasa penasaran yang tinggi. Pria tua ini tak mengerti dan sedikit tersinggung mengapa George Jr. tidak menyambut dan menampakkan diri di depannya.Apakah benar dugaan Rosie, pebisnis macam George Bridgewood mustahil bersedia bekerja sama dengan keluarga White yang berada di ambang kebangkrutan?“Hal penting apakah yang ingin Anda bicarakan dengan saya, Tuan George Junior?” Sebastian memberanikan diri bertanya seraya membenarkan posisi duduk yang terasa tak nyaman. Ia bersiap untuk menerima kemungkinan terburuk , karena sudah beberapa kali mengalaminya. Ya, penghinaan kerap pria tua itu terima saat menawarkan kerja sama karena dianggap datang hanya untuk meminjam uang. Bila hari ini ia menerima penghinaan itu lagi, baginya semua telah berakhir.“Saya ingin menyuntikkan dana untuk merenovasi kembali hotel Anda dan membantu pemasaran agar hotel tersebut bangkit kembali dan jaya seperti dulu.”“Benarkah Anda mau melakukan itu?”

  • JEBAKAN MADU SANG GIGOLO   53. RENCANA MEREBUT RONALD

    “Rosie, tunggu!” Michael berusaha mengejar Rosie yang berjalan tergesa menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari supermarket sambil menggandeng Ronald .“Rosie, jangan abaikan aku!” Michael berhasil menangkap lengan Rosie dari belakang, namun wanita berambut pirang itu menyentakkannya dengan marah.“Jauhi aku dan anakku!” desis Rosie dengan nada mengancam. Michael menoleh pada Ronald yang bersembunyi di belakang kaki jenjang wanita itu, seolah kaki-kaki itu dapat membuatnya tak terlihat.“Apakah dia anakku?” bisik Michael, matanya berkaca-kaca. Ia tak ingin menangis, tetapi melihat sosok kecil yang merupakan copy dirinya sungguh pemandangan yang mengharukan.“Ronald, masuk ke mobil cepat!” perintah Rosie pada putranya. Ronald berlari masuk ke dalam mobil dengan patuh.“Aku harap tidak perlu melihatmu lagi, karena kalau sampai kau berani mendekati kami, aku akan memanggil polisi!” ancam Rosie lagi.“Kau tega memisahkan aku dari anak kita!” Suara Michael terdengar kecewa. “Seharusny

  • JEBAKAN MADU SANG GIGOLO   52. BANGKIT DARI KETERPURUKAN

    Keputusan Rosie pulang kembali ke New York setelah lima tahun semata-mata karena ingin mengunjungi ayahnya yang sakit-sakitan. Hubungan mereka sudah sangat buruk sebelum akhirnya ia memilih pergi waktu itu. Kini saatnya memaafkan sekaligus memperkenalkan Ronald kepada kakeknya. Berdiri berhadapan di lobi sebuah hotel milik Sebastian yang tersisa, Rosie merasa canggung. Ayahnya seperti orang asing, dengan rambut berwarna perak, tubuh ringkih dan tongkat yang ia gunakan untuk membantunya tetap tegak berdiri. Apa yang telah Sebastian alami selama lima tahun ini sepertinya sangat berat untuk ia lalui sendirian. “Apakah dia … cucuku?” suara serak Sebastian menyadarkan Rosie. Wanita itu mengangguk lalu membungkuk menatap mata putranya. “Ronald, dia adalah kakekmu!” Rosie menunjuk Sebastian. Anak laki-laki berusia empat tahunan itu menoleh ke arah kakeknya, mata hijaunya berkilat. Setelah mendapat izin dari Rosie, Ronald berlari ke arah Sebastian. Sebastian tak bisa berjongkok untuk m

  • JEBAKAN MADU SANG GIGOLO   51. SETELAH LIMA TAHUN

    Lima tahun berlalu, di kota Seattle. Seorang bocah laki-laki kecil sedang berlarian keluar dari gedung sekolah, rambut ikalnya bergoyang tertiup angin. “Ronald!” langkah si kecil terhenti ketika seorang guru pria memanggilnya dari belakang. “Ya, Pak Tim?” Ronald kecil memutar tubuh menghadap gurunya yang bernama Timothy. “Kau melupakan kotak makan siangmu di bangkumu lagi!” Tim menggoyang-goyangkan tempat makan Ronald seraya menghampiri. “Terima kasih, Pak!” Ronald tersenyum saat menerima kotak makan bergambar 'lilo and stitch' kembali. Tim membantu memasukkan kotak tersebut ke dalam ransel yang disandang si kecil. Tim mengangkat dagu ke depan, melambai ke arah seorang wanita cantik yang menunggu Ronald di dalam mobil hatchbacknya. Ia menggandeng tangan Ronald berjalan ke arah mobil. “Hi, Mommy!” Ronald menyapa wanita itu. “Hi, Sayang!” Wanita itu tersenyum lebar, dengan sabar menunggu Tim membuka pintu mobil dan pria kecilnya memanjat masuk ke dalam mobil mereka. “Bagaimana

  • JEBAKAN MADU SANG GIGOLO   50. PENYESALAN SEUMUR HIDUP

    Di hari minggu yang cerah, pesta pernikahan Richard dan Sasha dengan nuansa alam terbuka sedang berlangsung. Sasha terlihat begitu bahagia, senyuman tak kunjung pupus dari bibir. Ia tampil bak seorang putri negeri dongeng, gaun pengantin mermaid yang dikenakan menyempurnakan penampilan. Pernikahan ini adalah yang ditunggu-tunggu, kini dirinya tidak akan lagi disebut pelakor atau orang ketiga. Semua orang akan memanggilnya dengan sebutan Nyonya Eddison.Tetapi tidak demikian dengan Richard, seharian berwajah murung. Ia berusaha tersenyum di depan Sasha, namun pikirannya carut marut.Di hari istimewanya, sahabat yang selalu setia tidak bersedia datang maupun sekedar menelepon mengucapkan selamat. Richard mencoba menghubungi beberapa kali namun tak ada tanggapan. Rasa kehilangan tentu saja ada, bahkan sangat kental. Ia bukan hanya kehilangan sahabat, tetapi juga partner kerja.Selesai pemberkatan nikah, Sebastian White -ayah Rosie- menghampiri Richard. Wajahnya sangat dingin dan tidak b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status